Esquire Theme by Matthew Buchanan
Social icons by Tim van Damme

13

Dec

Saatnya Kembali Menulis

Satu minggu terakhir, saya mengalami kelelahan yang luar biasa. Rasanya sulit sekali menulis dan berkonsentrasi. Perjalanan pulang dari Myanmar dan juga Tangerang sungguh melelahkan jiwa. Bukan karena jaraknya, tapi karena konsentrasi yang tercurah di sana. Media sosial yang serba instan membuat saya semakin terdistraksi. 

Ada kenyataan bahwa hidup saya ter-dislokasi. Saya hidup di Jakarta dengan segala kerumitan dan kemacetannya. Sementara itu, saya selalu merindukan hawa sejuk dan dingin seperti di Cisarua. Dan dengan segala kerumitan itu, fisik dan batin, pikiran saya ingin segera mendarat. 

Mencermati kembali kertas-kertas saya, rasanya sudah di ambang batas kejenuhan membicarakan politik luar negeri, ekonomi, dan politik. Dan di sore hari yang lelah itu, saya mendapatkan inspirasi dari blog teman; bahwa keren itu tidak harus selalu menjadi berat dan rumit.

Rumah bagi jiwa saya adalah kesederhanaan. Itu yang selalu saya rindu. Kembali ke kesederhanaan dengan refleksi, teh hangat, dan soto hangat membuat saya kembali merasakan diri sebagai manusia kembali. Ditambah, musik bagus yang membuat diri kita hangat dan kembali bersatu dengan kesederhanaan. 

Saya ingin memulai hari baru dengan kesederhanaan. Salah satunya, kembali menulis. 

Menulis dengan waras mungkin menjadi indikator saya untuk menjaga ke-manusia-an saya. Saya percaya setiap manusia itu unik. Dan keunikan itu yang harus digali, agar talenta unik tak tersia-siakan. 

Seperti burung yang sayapnya telah diisi kembali dengan nutrisi, saya siap terbang ! 

image