Obrolan April
April adalah bulan politik. Tanggal 9 April, diadakan pemilu legislatif yang menurut saya kemeriahannya ngalahin lebaran. Semua orang membicarakannya: siapa yang kamu coblos? Berapa ya real count-ya? Siapa aja ya yang mau koalisi? Semua obrolan tentang partai, pemilu, pilpres, koalisi, dan tetek bengeknya bergulir dari berbagai penjuru: tukang becak, PNS di kantor, dosen dan civitas akademika, pengusaha, sampai tukang mie ayam langganan saya pun tumben-tumbennya nanya, “Nyoblos siapa, Mbak?”
Saya suka politik. Dan cukup happy juga sih sepanjang bulan ini perbincangan mengenai politik Indonesia akan terus seru dan menghangat. Semuanya ngomongin politik, dari yang nggak tahu apa-apa, pura-pura nggak tahu, lumayan tahu, tahu banget, sampe yang sok tahu (golongan ini paling bikin males).
Tapi bagi saya, di otak saya, obrolan April hanya berkisar dengan topik: kapan semhas?
Entahlah orang mau berceloteh apa, entahlah di luar sana para elite partai bakalan gontok-gontokan memperebutkan kursi di parlemen, entah para pengamat politik bakal memprediksi seperti apa, nggak ada yang bikin saya lebih penasaran dibanding menentukan tanggal untuk saya bisa seminar hasil.
Sebenarnya target saya bulan ini bisa seminar hasil. Yah di pertengahan bulan atau akhir bulan, lah. Pertengahan Mei saya Inshaa Allaah akan ke Singapura, jadi alangkah menyenangkannya saya bisa bertolak meninggalkan Indonesia tanpa beban, apalagi beban sememusingkan skripsi.
Tapi namanya penelitian emang kayak milih pacar. Nggak bisa ditebak lika-likunya. Awalnya kayaknya cocok, lancar, pas dijalanin ternyata ada hambatan gede, pusing, konsul sana sini malah bikin makin gila, galau pengen ganti judul, diterusin tapi bikin otak kliyeng-kliyeng.
Kapan-kapan saya cerita soal skripsi saya, deh. Hahaha.
.Rizka Amalia Fulinda.