Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara menyampaikan
isi hatiku tentangmu kepadamu.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara menyapamu
ketika kamu berada dihadapanku.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara membantu dan
menolongmu ketika masalah menghadapimu.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara mengenggam
tanganmu erat ketika kamu terjatuh.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara memandangmu
dari dekat ketika kamu bersedih.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara menjadi
pendengar yang baik ketika kamu ingin bercerita.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara berada
untukmu, menemanimu saat suka dan dukamu.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara semua itu.
Karena sungguh aku tidak tahu. Karena aku sungguh tak kuasa, sebab aku bukan
dan belum menjadi siapa-siapa bagimu.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara semua itu.
Karena sungguh aku bukan seorang yang paham bagaimana menjadi seorang kekasih
hatimu.
Sungguh, sungguh aku tidak tahu bagaimana cara semua itu.
Karena sungguh aku takut, takut pada Dia. Takut jika nantinya aku menjadi sebab
api neraka memanggilmu ketika kamu menggenggam tanganku. Takut jika nantinya
aku menjadi sebab syaithan menghantuiku dan menghantuimu ketika kamu bersamaku,
sedangkan kamu bukan yang halal untukku. Karena sungguh, aku tidak akan
membiarkan itu terjadi padamu. Karena sungguh, aku sangat menyayangimu.
Karena itu, aku tak mengapa tidak tahu. Akan aku jaga kamu
dalam jarak dan doa, akan aku titip kamu pada Tuhan. Agar kamu tetap aman
disana, agar syaithan bahkan enggan berteman denganmu. Agar Tuhan memberkatimu.
Dan aku sungguh tidak tahu bagaimana cara agar kelak aku
bisa menjadi pacarmu yang baik, karena aku tak menginginkan untuk mengetahui
cara itu, karena yang ingin aku tahu adalah bagaimana cara agar kelak aku bisa
menjadi istrimu yang baik.
Kepadamu calon suami yang Tuhan rahasiakan, semoga kamu
baik-baik disana dalam lindungan Tuhan…
Bogor, 26 Juni 2015
Fikratus Sofa Muzakkiya