i love my [un]perfect life

@theonlynelly enjoys tumblr-world as well as her wordpress, posterous, and blogspot :) | have you noticed my imperfectness? ;)
Recent Tweets @theonlynelly
Posts I Like

Tiga bulan terakhir ini banyak info lowongan untuk bekerja sebagai guru PAUD, TK, dan SD di sekolah-sekolah As-Sunnah.

Menjadi guru TK, adalah cita-citaku ketika kecil dulu. Sehingga datangnya tawaran-tawaran itu cukup menyita sebagian pikiranku.

Jujur, aku pun tergiur. Manusia mana sih yang tak ingin punya penghasilam sendiri sehingga tidak perlu merepotkan orang lain?

Namun di sisi lain, akan ada banyak hal yang harus kukorbankan jika harus bekerja..

Jika bekerja, aku akan kehilangan waktu belajar bersama ‘AbZu’, dua keponakanku. Bukan mereka yang belajar, akulah yang lebih banyak belajar kepada mereka. Akulah yang mengambil ilmu darinya. Tentang bagaimana bayi seusianya beraktifitas dan berkembang, serta banyak hal lain..

Jika bekerja, aku mengingkari apa yang hatiku inginkan. Aku sungguh tak ingin bekerja di luar, bukan karena aku malas, tapi karena aku tahu kapasitas diriku. Aku sebagai wanita paling 'cocok’ bekerja dari atau di dalam rumah.

Bukan berarti aku 'mengharamkan’ pekerjaan guru, bukan. Mungkin, jika kelak anak-anakku telah dewasa aku bisa menjadi guru, bukan di masa-masa tumbuh kembang mereka.

Di sisi lain, aku merasa bersalah. Sebagai anak aku termasuk anak yang 'berani’ karena tidak mengindahkan permintaan orang tua. Beliau berdua mengharapkanku jadi dosen. Bapak masih berharap, sedangkan Ibu sudah menyerah karena tak kuasa merayuku.

Sewaktu aku pulang dari Korea, beliau pernah usul yang intinya begini, “Sekarang daftar dosen dulu, nanti kalo sudah nikah misalnya mau resign gpp.”

But i just can’t.. ada alasan-alasan yang tak bisa kuceritakan. Aku juga tahu, keluar dari pekerjaan itu tak semudah berkata, “Bos mulai besok saya resign ya.”

Pasti ada keribetan-keribetan tersendiri, melihat pengalaman orang-orang di sekitarku yang ketika akan resign saja ada hambatan dari kantornya. Yang sungkan sama bos lah, yang ada kekhawatiran setelah resign gak dapat gaji tetap lah, yang prosedur resign dari kantornya memberatkan lah (harus bayar sekian juta, harus carikan pengganti dulu, harus sampai akhir tahun anggaran perusahaan), dll. Akhirnya malah nggak keluar-keluar.

Jadi?

I’m stick to my decission insya Allah..

Meski keadaan seolah sulit dan semua menentang, aku masih tetap berharap Allah akan memudahkan jalan ini..