Apr 30 2015

Perjalanan Hati

Liburan keluarga yang kami rencanakan adalah… umroh.

Semalam, sesi berbincang hati ke hati dengan istri menemukan topik paling pas dan hangat untuk dibicarakan. Setelah sebelumnya melihat sebuah artikel tentang adanya lomba penulisan liburan keluarga paling istimewa, saya terhenyak sendiri. Betul, saya belum pernah membicarakan secara serius tentang liburan seperti apa yang sebenarnya saya inginkan, ataupun istri inginkan. Untuk versi Ariq, biarlah dia mengikuti dulu apa yang direncanakan orang tuanya.

Saya tanya istri, seperti apa liburan yang dia inginkan. Mau kemana dia pergi. Sebelumnya kami memang pernah seringkali membincangkan bahwa ingin melakukan tour tiga negara: Singapura-Malaysia-Thailand yang harganya cukup terjangkau untuk saku kami, meski belum pernah kesampaian karena satu dan lain hal.

Istri saya, sambil tiduran, mengatakan liburan yang paling dia inginkan adalah umroh. Ingin sekali pergi ke Mekah, Madinah, melakukan perjalanan yang bukan hanya sekadar liburan biasa, tapi juga liburan hati. Perjalanan ibadah. Berdoa di tempat-tempat mustajab, berlari-lari kecil di antara bukit shafa dan Marwah, dan bersujud terharu saat berada di depan Ka’bah. Ada banyak doa yang ingin disampaikan, katanya. Untuk Ayah, untuk Ariq, untuk Bunda. Untuk banyak orang yang disayanginya.

Doa seperti apa, tanya saya. Dia tak menjawab. Hanya menyunggingkan seulas senyum yang menambah manis wajahnya.

Ra-ha-si-a! bisiknya. Kemudian memeluk saya.

Ya, liburan yang ingin kami wujudkan adalah liburan hati. Umroh. Perjalanan ruhani yang bukan sekadar menyenangkan, tetapi juga menenangkan. Mengenyangkan pulakah? Tentu. Jiwa raga. Fisik rohani. Dahaga terobati seketika. 

Kenapa belum pergi juga?

Pertanyaan itu layak untuk dijawab meski sebenarnya berujung pada sebuah kenyataan: belum ada anggarannya. Saya baru lulus cpns, itu pun belum dipanggil-panggil dan mendapat SK, padahal sudah berbulan-bulan pengumuman kelulusan disampaikan. Kami memelihara saja mimpi itu, harapan liburan itu, dan berharap suatu hari nanti, akan ada jalan yang akan membawa kami menuju ke sana. Ini perjalanan hati, perjalanan jiwa, dan untuk sebuah niat baik, bukankah Allah selalu punya rencana baik juga untuk hamba-Nya?

Mau tahu salah satu doa Bunda untuk Ayah? Dia berbisik, matanya menatap saya lembut. Saya mengangguk.

Semoga Ayah menjadi pemimpin keluarga teladan, jadi imam yang baik untuk kami. Ayah sukses dunia dan akhiratnya. Katanya.

Saya aminkan doanya. Saya kecup pelan dahinya. Insya Allah, batin saya. Dan semoga Allah memberikan jalan terbaik agar segera kami bisa menuju ke rumah-Nya. 

Menjalankan hati kami, dalam perjalanan jiwa yang tak kan pernah disamai rasanya.

permalink 8 years ago

Copyright © 2010–2024