mylittlespace

and untold thought

  • 8th February
    2015
  • 08

Tentang, disakiti.

Nanjing, 8 Februari 2014.

Jika tidak pernah mengirimkan sebuah undangan, mungkin saya akan terus lupa perihal meminta maaf. Jika tidak pernah mengirimkan pesan itu, mungkin saya akan terus mengira, berteman dan bersahabat itu, lazimnya akan selalu saling mengerti dalam diam, saling memaafkan tanpa kata-kata, saling mendoakan dalam hati, lupa pada salah tanpa diminta. Tapi itu terlalu naif.

Saya kemudian belajar bahwa, sekuat apapun pertahanan diri, kita tetap akan menangis tersedu-sedu mendapati kalimat-kalimat yang menyakiti.

Saya kemudian belajar bahwa, sejati itu sulit dipunya.

Saya kemudian belajar bahwa, diam itu tidak selalu dimengerti. Seerat apapun, sedalam apapun, sedekat apapun.

Saya kemudian belajar bahwa, saya harus meminta maaf untuk keterbatasan saya kepada siapapun kelak.

Saya kemudian belajar bahwa……

Bahwa Tuhan, melalui waktu, akan menunjukkan sejati.

Bahwa Tuhan, melalui kalimat dan sangkaan orang lain terhadap kita, akan mengajarkan sabar.

Bahwa sabar adalah cara terbaik menerima segala cacian.

Tidak apa, tidak masalah, terima saja dengan sabar lalu bercermin dari yang terjadi.

  1. herpersonalshrink-blog posted this