Angin Yang Memulainya

Begitu katanya. Masih teriyang, sangat jelas.

Dia membisikkan kata, dengan halus.

Membuatku kembali terjerumus.

Dan datang dengan tak mulus.

Angin yang memulainya.

Kedatangannya bersamaan dengan suara dari rumah ibadah.

Menggelitik, menyakitkan.

Membisikkan kata yang tak pernah ada habisnya untuk aku dengar.

Walau hatipun bergejolak tapi Angin tetap melakukannya.

Keras kepala bukan? Sama seperti mu.

Mata dan hati kita selalu tak bisa berbohong.

Sekeras apapun kita mengindahkannya.

Karena Angin menyuruhku untuk mengingat mu, merindukan mu.

Dan aku melakukannya, maafkan aku.

Aku mengulang kembali tinta masa lalu, membasahi pikiran.

Posted on April 25, 2014