Seperti banyak orang Indonesia lainnya, beberapa bulan terakhir ini saya jadi suka sekali ngompol (ngomong politik). Maklum lagi seru-serunya pemilu yang akan memilih para pemimpin kita. Nah berhubung pileg sudah selesai dan saya sudah menyalurkan suara, kali ini saya mau ngompolin capres. Peringatan: ini bakal sangat subyektif dan panjang. Terima kasih kalau ada yang mau menyimak. Soalnya saya ingin sekali memancing diskusi karena terus terang masih bingung mau memberikan suara saya ke siapa di pilpres nanti. Siapa tahu bisa dapat pencerahan.

“Habis siapa lagi, dong?” selalu saja setiap diskusi soal presiden dengan teman-teman, di ujung obrolan saya selalu dihujani pertanyaan itu. Soalnya tinggal saya sendiri yang tidak bisa memberikan pilihan pasti. Justru karena dihujani pertanyaan itu pada akhirnya calon pilihan saya mengerucut ke tiga sosok. Siapa dia? Yang jelas bukan si capres Boneka Beruang, bukan pula si Raja Dangdut. Itu sudah sikap! Bagi saya ngobrolin mereka cuma buang waktu. Maaf..

Oya, ketiga calon pilihan saya ini bukan berdasarkan urutan prioritas lho, ya.. Makanya saya tidak beri nomor urut :)

“PAKDE JOKOWI SI JAWARA BLUSUKAN”

Lho, katanya nggak rela Jokowi jadi presiden? Hehehe.. pada akhirnya saya merasa harus realistis. Idealnya saya berharap dia tetaplah jadi Gubernur DKI Jakarta, membenahi ibukota yang semakin kacau sepeninggal Babe Kumis. Toh keberhasilan dia nantinya bakal bisa jadi modal untuk nyapres 5 tahun ke depan. Tapi melihat gelagat yang ada, pada akhirnya saya harus memasukkan dia sebagai pilihan.

Saya pengagum berat Jokowi karena dia beda dengan yang lain. Sebuah iklan rokok yang sering diputar di televisi belakangan ini berhasil menggambarkan dia dengan sangat tepat: setting sebuah acara perhelatan ala Hollywood, kamera hanya menyorot ke bawah. Satu persatu tamu berdatangan turun dari mobil yang mulus, sepatunya kinclong, celananya disetrika halus tanpa kerut. Ada juga yang memakai celana khas penyanyi dangdut yang berkilauan. Tapi di urutan belakang, datanglah mobil yang spakbornya berlepotan lumpur dan dari dalam turun satu sosok dengan sepatu yang juga penuh lumpur, menginjakkan kaki di karpet merah di iringi sorak sorai orang-orang. Memang nggak disebutkan namanya, tapi siapa lagi coba?

Masalahnya, saya masih yakin si pemilik sepatu berlumpur itu bak buah mangga yang masih mengkal. Masih asam. Belum saatnya dipetik. Tapi okelah, karena banyak orang yang sudah mengincar, dan sepertinya si buah mangga rela dipetik, mari kita bikin rujak saja. Enak juga toh? Nah, buat saya mangga mengkal wajib ada dalam rujak, walau tanpa buah lain sekalipun. Tapi akan lebih enak kalau dimakan dengan bumbu rujak yang tidak terlalu pedas, tidak terlalu manis, ada sedikit rasa asin dari terasi yang gurih dan ada sedikit rasa sepat dari geprukan pisang batu. Perlu orang ahli untuk meracik bumbu rujak yang pas, dan orang itu menurut saya adalah Jusuf “Daeng Ucu” Kalla.

Kenapa? Megawati dan Prabowo boleh berkoar punya peran besar dalam keberhasilan Jokowi sebagai Gubernur DKI. Tapi buat saya Daeng Ucu jauh lebih berperan. Dialah yang konon pertama kali menyodorkan Jokowi ke Si Emak Moncong Putih dan saya percaya itu. Keduanya juga sudah lama bersahabat.

Mimpi saya, idealnya Daeng Ucu jadi presiden dan Jokowi jadi wapres. Soalnya itu tadi, saya yakin Jokowi masih mengkal. Hitung-hitung dia latihan di pentas nasional. Toh 5 tahun kemudian, Pak Daeng kita bakal terlalu sepuh untuk nyapres dan saat itulah Jokowi bisa tampil.

Tapi okelah, Jokowi pernah bilang nggak mau jadi orang nomor dua. Salut pula kalau memang Daeng Ucu rela jadi wapres dan benar gosip yang beredar bahwa keduanya akan dipasangkan. Toh Daeng Ucu tetap akan bisa menjadi mentor yang baik buat Jokowi.

Kenapa saya pilih mereka? Bagi saya mereka adalah pemimpin ideal buat negeri ini ke depannya. Sudah saatnya negeri ini dikelola oleh saudagar ketimbang tentara, karena ke depannya era reformasi ekonomi dunia. Integrasi ekonomi ASEAN akan terwujud tahun 2015, India dan Cina semakin membayangi Amerika sang raksasa ekonomi dunia dan Indonesia semakin dipandang sebagai calon raksasa ekonomi baru. Tapi kenyataannya? Untuk integrasi kelas ASEAN saja kita belum siap gara-gara SDM dan sistem yang belum matang, ditambah pula negara ini makin sekarat didigerogoti oleh para koruptor kurang ajar yang bahkan sudah sampai di kelas kakap.

Sayang Jokowi (dan bahkan Daeng Ucu) kini semakin dirongrong oleh kampanye negatif yang sedikit banyak bisa menurunkan pamor mereka. Saya sendiri selalu memilih untuk bersikap skeptis terhadap adanya informasi semacam itu. Ada alasan kenapa informasi-informasi itu baru muncul sekarang, menjelang pilpres, bukan? Dan itu adalah alasan politis. Tapi bagaimana dengan yang lainnya? Banyak yang termakan dengan kampanye-kampanye negatif itu. Kasihan ya..

“PRABOWO SANG KSATRIA BERKUDA”

“Yakin mau pilih dia?” Pertanyaan itu terus berulang-ulang di benak saya. Saya beruntung berada di pinggir panggung politik besar era reformasi tahun 1998 yang dipuncaki oleh tumbangnya Jenderal Besar Suharto. Hampir setiap hari saya bolak balik liputan ke Istana, Senayan dan kampus-kampus pusat gerakan mahasiswa sampai hafal benar dengan bau asap gas air mata yang memedihkan mata. Tapi justru karena ada di posisi itu saya jadi sangat subyektif ketika beberapa tahun kemudian sosok Prabowo tiba-tiba muncul di pentas politik.

Ingat Prabowo saya ingat pada tangisan seorang ibu bernama Hiratetty Yoga saat mewawancarainya dalam berbagai kesempatan, termasuk beberapa tahun silam saat saya temui di rumahnya. Beliau adalah ibu kandung mendiang Elang Mulia Lesmana, salah satu mahasiswa korban penembakan Trisakti. Ingat Prabowo saya juga ingat para aktifis yang satu persatu raib. Beberapa muncul kembali namun ada juga yang hilang rimbanya entah kemana.

Prabowo sendiri sudah meluruskan posisi dia dalam peristiwa itu, bahkan dia bilang sudah menerima konsekuensi pemecatan di tengah karir militer yang sedang moncer-moncernya. Banyak juga referensi yang menyebutkan bahwa dia hanya bagian dari satu mesin besar yang lebih pantas dimintai pertanggung jawaban.

Tapi kenapa dia masuk dalam salah satu calon pilihan capres saya? Setelah mengesampingkan sejenak “dendam” saya padanya dari era reformasi silam, saya mencoba mengikuti setiap kegiatan dia saat kembali ke pentas politik. Ada satu nilai plus, yaitu bagi saya visi misi dia paling jelas dan paling konkrit dibandingkan calon-calon lainnya. Oke, visi misi Prabowo yang penuh jargon kerakyatan itu memang sangat amat bisa diperdebatkan. Tapi justru di situ nilai plusnya. Menurut saya tidak ada capres lain yang menyajikan visi misi terstruktur seperti Prabowo. Perdebatan soal capres lain lebih ke masa lalunya atau ke figurnya yang terkenal. Padahal visi dan misi menurut saya jauh lebih penting karena dia tidak bisa memimpin hanya bermodal ketenaran semata. Oke, lagi-lagi ini bisa diperdebatkan, tapi paling tidak yang nampak oleh saya, Prabowo paling konkrit visi misinya. Bisa jadi karena dia didukung oleh orang-orang hebat yang ikut menggodok semua visi dan misi itu. Nah, ini dia yang jadi sumber kebingungan saya: para orang hebat di belakangnya.

Saya masih mencari tahu apa sih hebatnya Prabowo sampai banyak orang hebat yang ikut berbaris di belakangnya, termasuk beberapa korban penculikannya? Uang? Kekuasaan? atau karena memang dia sosok pemimpin hebat?

Sebagai rakyat, saya berhak memasukkan nama Prabowo dalam daftar orang yang mungkin akan saya percayakan sebagai presiden. Paling tidak karena faktor yang saya ceritakan di atas tadi. Tapi ujung-ujungnya pertanyaan itu terus menghantui.

“Yakin mau milih dia?”

Perasaan saya rupanya masih belum rela. Melihatnya berpidato dalam berbagai kesempatan, bulu kuduk saya berdiri ngeri. Terlepas dari visi dan misinya, saya merasa melihat sosok yang menakutkan, emosi yang labil dan sangat “self-sentric.” Yah, Sukarno juga dikenal sangat “self-sentric” tapi bedanya dengan Prabowo bak bumi dan planet pluto, walaupun Prabowo sering digambarkan mengidolakan dan meniru gaya Sukarno. Bagi saya Prabowo ibarat tokoh Bizzaro dalam komik Superman yang penuh dengan cacat.

Yah, bisa jadi ini cuma perasaan saya saja. Tapi siapa lagi? Makanya dia saya masukkan dalam daftar calon pilihan sementara saya mencari tahu jawaban atas satu pertanyaan yang masih mengganjal hingga kini: Kenapa banyak orang kagum padanya bahkan jadi pengikutnya?

“LAIN-LAIN”
Loh kok lain-lain? Hehehe.. Sumpah bingung. Tapi saya mau kerucutkan pilihan capres saya hanya pada tiga orang, dan pilihan ketiga saya sediakan untuk “lain-lain” karena masih membuka kemungkinan pada adanya kejutan lain menjelang pencalonan nanti.

Oke, sebenarnya pilihan ketiga saya ada pada sosok Anies Baswedan. Saya selalu salut pada pemikirannya yang runut dan kepeduliannya pada masalah korupsi di negeri ini. Itu nilai plus luar biasa dibandingkan capres lain. Tapi saya pikir dia harus realistis. Anies ini seperti sosok Amien Rais di masa reformasi (bukan sosok Amien sekarang yang menurut saya sudah berubah menjadi “grumpy old man,” si orang tua pemarah hehe). Sama-sama pintar, sama-sama punya visi yang hebat buat negara ini, tapi tidak punya basis masa yang jelas. Dengan kata lain, mayoritas orang Indonesia belum mengenalnya dengan baik. Kepeduliannya pada anak muda dengan menciptakan pendidikan anti korupsi dan program “Pengajar Muda” yang luar biasa masih kurang untuk membuat sosoknya dikenal. Saya hanya berharap dia punya peran nantinya di negara ini. Sayang kalau dia malah berujung seperti Amien Rais sekarang. Kasihan..

Saya pribadi berharap dia bisa jadi Menteri Pendidikan. Pasti hebat dampaknya. Tapi saya ragu dia bisa jadi calon presiden dalam waktu dekat. Tidak realistis lah. Yah, mungkin 5 tahun lagi. Tapi kalau memang dia bisa menciptakan kejutan dan muncul di calon pilihan “lain-lain” saya, rasanya saya tidak akan ragu menentukan pilihan.

Jadi itulah tiga pilihan capres saya. Menurut Anda bagaimana? Ayo dong kita diskusikan. Beri saya masukan. Siapa tahu masih ada sosok yang terlewat oleh saya. Yang jelas saya tidak mau golput tahun ini. Toh ketiga calon pilihan ini nantinya akan saya perbaharui di saat sudah ada daftar pasti nama-nama pasangan calon pemimpin negara ini.

Bojong Kulur, 25 April 2014
-Menjelang sebuah perhelatan terbesar di negeri ini.

10 years ago
  1. suarane-blog posted this