July 29th, 2012

#CerpenPeterpan: sebuah catatan perjalanan

“jikalah pada akhirnya, kau yang ditakdirkan untuk mengisi dua per tiga hidupku.

aku bahagia.

dan jika pada akhirnya Tuhan punya kehendak lain yang menurutNya jauh lebih indah

biarlah kamu sekedar menjadi tokoh fiksiku”

Dua puluh november duaribu sepuluh, masih tertandai di kalender digitalku. Satu jempolmu di salah satu catatan facebookku, mulai megurai tanya. Aku mulai menyapamu, manusia yang selalu berada di ketinggian dua ribu meter diatas permukaan laut jika kalender mulai memerah, memang agak sulit menebak isi kepalamu yang selalu berkutat dengan ribuan bahkan milyaran angka di meja kerjamu. Diantara ribuan angka yang ia olah, ada jutaaan catatan perjalanan yang berhasil digoreskan pada catatan elektroniknya. Danau, tebing, trek yang terjal, jurang-jurang vertikal, ekspedisi  adalah kawan baginya. Arogan, sering terdiam, angkuh, dan sering menjatuhkan asumsi-asumsi serta menganggap semua diluar dirinya adalah tidak penting. Kira-kira begitu kesan yang dapat kutangkap ketika mencoba mengungkap kepribadiannya. Hingga di bulan kesepuluh tahun duaribu sebelas kami pernah tidak sengaja bertemu. Ternyata tak seramah catatan perjalannanya. Lalu aku pun beranggapan bahwa memahamimu adalah hal yang cukup sulit bagiku, yah..persis seperti angka yang selalu berkutat di atas meja kerjamu.

Hingga pada satu hari, kamu turut mengajakku. Tak pernah cukup kata untuk menjabarkan bagaimana debarannya. Seperti jeram yang beriak pada sungai. Bergemuruh, riuh rendah, berteriak kegirangan. Satu catatan perjalananku berhasil terbit, meski kau bilang karyaku tidak lebih dari catatan remaja labil yang mungkin tidak berharga bagimu. Tapi bagiku, itu sebuah perjalanan terlengkap. Aku menemui fajar, mendarat di tempatmu, tertampar teriknya mentari, mengarungi jeram di penghujung senja, lalu ditutup dengan bulan purnama. What a complete trip. :D. Tapi lagi-lagi, mungkin tawaku tak penting bagi kamu.

Kamu bilang “Laut… Angin… Garam… Ada banyak kisah yang bisa diceritakan”. Sayangnya kamu belum bisa menyadari bahwa bagiku, kamu salah satu cerita yang menarik untuk dikisahkan. Kadang kamu seperti kafein yang membuatku terjaga sampai pagi buta.

“Gunung selalu mengajarkan banyak hal….tentang Tuhan….tentang kehidupan….tentang persahabatan….” itu posting terakhir yang bisa kubaca dari catatan perjalananmu nan panjang.  Sampai kini, belum ada catatan terbarumu.

“Dalam hati kumenunggu..

Dalam hati kumenunggu..aku…

Dalam benak kumenunggu.. Dalam hati kumenunggu..aku…

Masih menunggu….

“Dan ternyata hobi barumu kini adalah meninggalkanku,

 lalu hobi baruku selalu menunggu kamu”