Phluviophile

@senjasudjana

Ig: sudjanaf
Avatar

Rendah Hati sejak dini

Dunia anak selalu menyenangkan, bagi saya. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa anak2 itu penuh kebisingan. Yaaa, namanya juga anak2, justru kebisingannya itulah yang banyak membuat kita bisa melupakan sedikit banyaknya pikiran riuh di otak kita. Saya punya beberapa anak didik dirumah. Tidak banyak, tapi cukup membuat rame waktu sore saya. Saya selalu menanamkan ke diri mereka tentang harusnya bersikap "Rendah Hati" kepada siapa saja. Misalnya; jangan sombong ketika nilai kita jauh lebih tinggi dibanding teman2 kita, tidak menertawakan teman yang tidak bisa menjawab soal di depan kelas, jangan menunjukan kebahagiaan yang berlebih jika mendapat nilai bagus didepan teman yang nilainya dibawah kita, jangan sungkan membagi ilmu yang kita tau. Ya, begitulah. Pembelajaran seperti ini saya fikir sangat penting untuk anak usia dini. Saya berusaha keras untuk membuat mereka tidak hanya bisa di akademik, namun juga bisa membawa diri kearah yang lebih baik dalam bersikap. Mungkin saat ini mereka belum paham, tapi ketika mereka besar nanti, mereka menjadi terbiasa. Semoga, aammin :"

Avatar
reblogged
Avatar
prawitamutia

jauh

tiba ku di tepi hatimu telah jauh, rasaku ingin memilikimu namun ku di depan matamu masih jauh, langkah-langkahku hanya sebatas rindu

sabarlah sayang, ku sedang berjuang segenap daya ku menujumu mendoakanmu menyiapkan ruang sebelum hadirmu

ku tak akan meletih, meski ku tertatih mengeja cinta, membuatnya nyata ku kan terus melatih, hati yang kini ringkih Tuhan ku meminta, tunjukkan waktunya

maukah kamu menunggu juga? sementara~

***

lagu ini ditulis bersama Kak @kurniawangunadi seperti lagu #LangitLangit series lainnya. selamat berjuang, yang sedang masih dan akan terus berjuang! langit itu jauh, tapi langit-langit itu dekat.

Avatar
senjasudjana

Maukah kamu menunggu juga :"

Avatar

Pengajar

Liqo pagi tadi Murabbi saya menceritkan perihal anaknya yang membutuhkan kakak pendamping belajar private buat anaknya untuk Ujian. Saya gak merasa di kode-in untuk meminta, tapi saya gak tega untuk tidak menyanggupi mengingat aktifitas sampingan saya sebagai pengajar private untuk anak2, bahkan ada yang free. Dan murabbi saya mengetahui ini. Tapi baru kali ini saya segerogi ini ketika ingin mengajar anak2. Anak murabbi saya bersekolah di international Islamic school, sedangkan saya biasa menghadapi anak2 yang memang butuh bimbingan namun dikalangan agak sedikit kurang mampu. Perbedaan yang signifikan ini yang membuat saya merasa tidak layak. Saya yang biasa mengahadapi mata pelajaran anak SD langsung bisa tau materi anak kelas 4 seperti apa membuat Murabbi saya kaget. Saya takut tidak maksimal. Mungkin inilah sifat buruk saya. Saya terlalu khawatir pada sesuatu yang belum terjadi. Dalam perjalanan pulang, saya banyak merenung. Bukankah amanah tidak pernah salah pundak?

Avatar

Disebuah kantin jam makan siang

Junior: Kak, kakak anak Farmasi?
Saya: Iya, kenapa Dek?
Junior: kami dari mipa Kak, jurusan Biologi, mau cari mencit buat praktikum
Saya: oooo, laboran lab farmakologi kami ada jual Dek
Junior: berapaan Kak?
Saya: kurang tau, hehehehe :D
Junior: kakak stambuk berapa?
Saya: 012 Dek.
Junior: haaaaaaa! Serius Kak?
Saya: lah iya, kenapa Dek? Kaget ya kenapa belum lulus? Hahaha :D
Junior: bukan Kak bukan. Saya kira stambuk 014 atau 015 kak. Muda kali muka kakak, hehehe ^^
Saya: -____-
Avatar
reblogged
Avatar
ajinurafifah

Sampai Habis Kata

Sebuah Cerpen

Aku duduk di samping kursi kemudi, pekerjaan yang tidak baru bagiku–menjadi navigator.

Yang baru adalah yang duduk di sebelahku! Seseorang yang harus berkali menenangkan gemericik khawatirku untuk dapat duduk disitu. Masih kuingat betul, kemarin dia terisak haru saat sesi sungkeman setelah akad nikah. Aku tidak hanya terisak, biasanya aku tidak pernah menangis di depan orang banyak, maka ini pertama kalinya aku menggugu hingga sesenggukan disaksikan puluhan orang. Aku terkekeh sendiri mengingatnya.

“Seneng ya? Cieee…” Katanya berseloroh memecah hening. Aku membalasnya dengan senyum.
“Terimakasih ya dek, sudah percaya sama aku.” Lanjutnya lagi.
Aku masih tersenyum.
“Jangan khawatir, ketika aku menujumu meskipun aku belum tahu kalau konsekuensinya bakal sebesar ini, aku sudah paham kalau harus menerimamu. Aku sama sekali nggak mempermasalahkan semua kurangmu dan hal-hal yang kamu cemaskan. Tidak ada penolakan sekecil apapun terhadap pengetahuan-pengetahuan baru yang aku dapat tentangmu. Aku menerimamu dek, semuanya. Dengan segala kurangmu itu, aku bersyukur, ridha, bahagia, dan ikhlas.“
“Aku semakin paham kenapa kita berjodoh, dek. Semoga aku bisa membantu dan menguatkanmu. Kita bangun versi ideal keluarga kita ya? Jadi jangan khawatir.” Dia mengambil jeda, kemudian memalingkan muka dari kemudi ke arahku.
Tatapan kami bertemu.
“Jangan khawatir sama sekali.” Katanya sungguh-sungguh. Ketulusan terpancar dari situ.
Aku kalah, tak lagi menatap dua bola mata suamiku lekat-lekat.
“Mas, kalau ada pom bensin berhenti ya”
“Ya Salaam, diajak ngomong romantis nggak ada manis-manisnya.”
“Hahaha”

Mobil kami menepi di pom bensin terdekat.

Aku lari ke kamar mandi, menangis disitu sebentar. Kemudian mengambil wudhu dan sholat sunnah dua rakaat. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku menangis karena bahagia. Karena diterima seutuhnya. Kukira Mas akan mundur jika tahu semuanya. Aku selalu terlalu takut, menakutkan banyak hal. Aku takut tidak ada laki-laki baik-baik yang betah menetap di sisiku. Aku cemas. Cemas sekali. Khawatir Mas akan mundur jika sudah tahu semuanya. Tapi ternyata tidak. Dia tidak mundur. Justru maju paling depan.

Mukenaku basah karena air mata. Aku tak pernah bisa mengatakannya secara langsung seperti yang Mas lakukan padaku. Padahal jika saja Mas bisa membaca hatiku, tertulis disitu betapa aku berbahagia, bersyukur, dan menyayanginya…sampai habis kata.

Satu chat masuk ke HP Mas. Itu dariku.

Aku bersyukur Mas yang menjadi imamku. Terimakasih atas segala penerimaanmu. Doakan istrimu ini, agar senantiasa berbenah dan dapat memberikan yang terbaik. Jangan dibahas di mobil, karena aku sudah nggak bisa berkata-kata lagi.

Kupikir itu cukup jelas mengatakan secara tersirat bahwa aku juga mencintainya.

Avatar
reblogged

Tulisan : Khawatir

Kalau pikiran saya sedang melayang jauh, saya seringkali membayangkan tentang kematian. Kematian selalu berhasil membuat saya merenung, kembali tersadar kalau hidup ini tidak lama. Juga menjadi lebih hati-hati dalam berbuat. Kekhawatiran saya kali ini adalah tentang “Bagaimana bila apa yang kita kerjakan itu menjadi sesuatu yang memberatkan orang tua kita nanti di hari penghakiman.” Kekhawatiran yang merupakah buah dari pengamatan saya terhadap apa-apa yang terjadi dilingkungan bahkan kawan-kawan dekat saya hari ini.
Disaat ruang privasi semakin hilang, di saat setiap orang rasanya justru ingin selalu “menampilkan” diri. Dan semua bentuk produk buatan manusia seolah-olah ditujukan untuk penampilan tersebut.
Bagaimana kalau apa yang kita kerjakan, foto-foto kecantikan yang kita unggah ke media sosial, suara-suara merdu mendayu kita rekam dan didengar oleh milyaran manusia, juga atribut-atribut privasi yang seharusnya terjaga menjadi terbuka ternyata menjadi sesuatu yang memberatkan orang tua kita nanti di yaumil akhir? Ketika perbuatan kita tersebut dianggap sebagai kelalaian orang tua kita dalam mendidik kita? Mungkin dengan pemikiran “kekinian” kita yang berbeda dengan zaman orang tua kita, membuat kita pandai membenarkan dan pandai memberi alasan kepada orang tua untuk mendukung apa-apa yang kita kerjakan? Bukankah kita sedang mendzalimi orang tua kita sendiri?
Tidakkah kita berpikir sebelum melakukan sesuatu? Apakah ini bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita, atau hanya untuk kesenangan kita dan keinginan kita terhadap uang? Uang dari hasil mengekspos kecantikan, mengekspos diri kita sebagai media iklan. Kita dibayar untuk menjadi pengganti banner, spanduk, poster, dan baligho.
Ketika kita berbicara tentang agama, apakah kita berbicara dengan hawa nafsu atau kemurnian jiwa? Ketika katanya kita ingin mensyiarkan kebaikan agama ini, apakah itu benar-benar untuk agama ini atau untuk hawa nafsu kita? Atau ternyata untuk kepentingan kita, juga kepentingan kelangsungan hidup kita dalam kenyamanan dan ketenaran? Wallahu’alam, semoga Allah menyelamatkan hati dan pikiran kita, menjaganya tetap dalam iman meskipun rasanya seperti menggenggam bara api. Selamat berjuang menjadi anak-anak yang berbakti, yang berusaha untuk menjadi alasan dan sebab orang tua kita dimudahkan di kehidupan nanti :) Malang, 21 September 2016 | ©kurniawangunadi
Avatar
reblogged
Avatar
ajinurafifah
Anonymous asked:

halo mbak apik, izin bertanya tentang quote yg definisi memperjuangkan. kalau konteksnya jodoh, gimana kita sebagai perempuan tau kalo "dia" memang sungguh-sungguh memperjuangkan? tanda-tandanya kira2 apa ya?

 Kita akan benar-benar tahu dia sungguh-sungguh memperjuangkan ya ketika diajakin nikah.

Karenaaaa…perjuangan bakal lebih kerasa kalau sudah masuk di tahap ‘proses’ menuju pernikahan :”” #curcoldikityang sejauh ini ‘terlihat’ berjuang sedemikian rupa, akan kalah sama yang datang dengan keberanian, keseriusan, dan niat baik. Ini menurut saya sih…pengalaman wkwk

**PS:Jadi, kalau cuma diucapin; jaga kesehatan, met malam, met siang, met bobo, met ini met itu. perhatian begini begitu. chat senin sampai minggu. Heumm…bawaannya bikin keteteran mengelola ekspektasi kalau tetep diladenin. Percaya deh, cowok kalau udah memperjuangkan beneran, bakal serius banget. Selamat menanti ‘esok’ dengan sebaik-baik penantian. heu. banyak berdoa, jaga diri, jaga hati, Se-ma-ngat.

Avatar
Avatar

Barangkali, bagi kita, hidup ini teramat hebat jika diceritakan semua.

Setiap orang mempunyai titik sensitif sendiri-sendiri. Ada yang sensitif dengan masa lalu, dengan sebuah hungan, atau dengan keluarganya sendiri.

Ada yang tiba-tiba murung saat kita berkumpul dan membicarakan suatu hal. Ada yang tiba-tiba diam padahal sebelumnya ia aktif sekali berbicara.

Titik sensitif mereka terganggu.

Ketika kita amat senang dan ceria menceritakan hal lucu tentang ibu tadi pagi. Mungkin ia secara tidak kita sadari sedang menitikkan air matanya di ruang hati terdalamnya. Ia terkenang ibunya yang telah tiada.

Ketika kita teramat bahagia membahas masa lalu yang menurutnya disebut beruntung; sejak kecil sudah mengerti pendidikan agama, diajar oleh orang yang tepat. Mungkin sedari tadi ia menahan air matanya. Bukan. Bukan karena ia tidak suka dengan jalan hidup kita, tetapi ia menyadari begitu menyeramkan masa lalunya. Terenggut jahiliyah.

Dan mungkin ketika kita dengan amat bangga menceritakan tahajud kita yang lama tadi malam. Tentang bahagianya mencicipi air dingin di sepertiga malam. Tentang harunya suasana hampir subuh. Ia kembali mengecilkan hatinya, teringat tadi malam ia kehilangan waktu tahajudnya karena kelelahan. Semenjak bangun tadi, ia teramat menyesal dan sekarang air matanya harus tertahan karena mendengar amal yang kita ceritakan.

Namun, tidak setiap orang ketika radar sensitifnya terganggu dengan mudah terbaca oleh orang lainnya.

Ada yang teramat pandai bersandiwara, seolah biasa saja tapi sebenarnya kita tidak lagi tahu dasar hatinya retak-retak.

Barangkali, bagi kita, hidup ini teramat hebat jika diceritakan semua. 26 Agustus 2016.

Avatar
reblogged
Avatar
prawitamutia

setiap pagi saat beberes tempat tidur, saya menemukan setidaknya dua buku plus satu stabilo. satu buku bacaan atau pelajaran saya, satu buku bacaan atau pelajaran mas yunus. stabilonya juga punya mas yunus. mas yunus senang menandai buku. supaya kalau dibaca lagi, bisa langsung ketemu yang penting, katanya.

ternyata membaca menjadi kebiasaan kami setiap malam. sebenarnya ini kebiasaan mas yunus–yang menular kepada saya karena saya didorong begini juga. setiap malam, kalau sudah selesai ngobrol-ngobrolnya, kami sama-sama belajar. setelah ngantuk, barulah lampu dimatikan.

ada banyak sekali yang saya salutkan dan teladani dari mas yunus perihal semangat bertumbuhnya. paling tidak sebulan sekali mas yunus mengajak saya ke toko buku, menyuruh saya memilih buku untuk dibaca bulan tersebut. kalau saya bilang yang kemarin belum habis, mas yunus tetap memilihkan dan membelikan buku. hari-hari berikutnya, mas yunus akan mengabsen buku-buku mana saja yang sudah saya baca.

setiap hari, mas yunus juga tanya saya menulis apa, mengerjakan apa saja. apa hal produktif yang saya lakukan selain pekerjaan rumah yang rutin. oh ya, bagi mas yunus, memasak juga merupakan kegiatan produktif karena saya belajar. mas yunus selalu mendorong saya untuk tetap bertumbuh meskipun menjadi ibu rumah tangga. tidak jarang mas yunus mengirimkan tautan atau poster-poster lomba. “ayok Kica ikut ini.”

hampir tidak ada satu minggu yang dilewati mas yunus tanpa menyelesaikan sebuah buku. di tengah kesibukannya yang luar biasa, mas yunus tetap menyempatkan diri untuk memberi nutrisi akal dan hatinya. bahkan kecepatan membaca saya tidak bisa sebegininya.

mas yunus juga punya kecepatan bekerja yang super. skill multi-tasking-nya jempolan. selelah-lelahnya, mas yunus masih selalu menyempatkan membantu saya dengan pekerjaan rumah. entah menyuci atau menjemur baju, menyuci piring, membuang sampah, menyapu halaman, menanak nasi, bahkan memasukkan baju-baju ke lemari.

meskipun tampaknya mas yunus tidak menulis lagi, sebenarnya mas yunus menulis namun bentuknya saja yang bukan nge-blog. nyaris setiap kegiatan dengan lomba paper, poster, dan sejenisnya diikuti oleh mas yunus. akhir tahun ini dan awal tahun depan mas yunus akan berangkat ke dua negara–itu juga karena menulis. saking rajinnya, konsulen-konsulen mas yunus sering memberikan kode agar mas yunus menjadi staf di Unair saja kelak. saking rajinnya, mas yunus sangat sering sekali dimintai tolong seniornya untuk membantu penelitian, menulis tesis, dan lain-lain.

beberapa waktu yang lalu saya bilang sama mas yunus betapa saya iri dengan mas yunus yang masih bisa mengukir banyak sekali prestasi meski sibuk dan sering kelelahan. saya seperti tidak menyadari bahwa yang mas yunus lakukan selama ini adalah menyemangati saya untuk terus bertumbuh juga. bahwa kalau mas yunus yang waktunya sempit saja bisa, saya yang waktunya longgar tentu lebih bisa.

ada beberapa orang yang bilang bahwa setelah menikah, kebanyakan pihak perempuan harus banyak mengalah, harus sabar merelakan, ikhlas menukar masa depan. saya sendiri sempat berpikir demikian. namun ternyata, mas yunus membuktikan kepada saya bahwa dalam pernikahan, semua pihak punya hak dan punya kewajiban untuk bertumbuh. supaya kemudian keluarganya menjadi keluarga yang kuat dan keluarga yang hebat.

terima kasih ya mas, untuk semangat yang selalu begitu deras. 

Avatar
senjasudjana

~

Avatar
reblogged

Per(t)empu(r)an

Kenapa harus ngomongin siapa di antara kita yang semakin cantik? Kenapa harus ngomongin sekarang pacar siapa? Kenapa harus ngomongin siapa yang berprestasi karena followers instagramnya ribuan? Kenapa harus ngomongin berapa laki-laki yang mendekati kita? Kenapa harus ngomongin model-model yang cantik seketika ketika pakai produk tertentu, padahal mereka tampil begitu karena perawatan dan produk-produk harga selangit selama berbulan-bulan? Kenapa harus mengikuti standar kecantikan yang ditetapkan orang-orang yang sebetulnya tidak peduli amat pada kita dan hanya memanfaatkan kegelisahan kita demi kepentingan uang lagi uang lagi? Kenapa ga ngomongin kenapa BBM naik? Kenapa ga ngomongin kenapa rupiah melemah? Kenapa ga ngomongin bagaimana cara mempertahankan IPK sekian? Kenapa ga ngomongin proyek apa yang lagi seru kamu kerjakan? Kenapa ga ngomongin lowongan volunteer yang bisa buat kamu belajar memberi? Kenapa ga ngomongin lowongan beasiswa atau program kerja?

“Perempuan itu ga perlu pintar-pintar amat, kalau pintar nanti berani melawan laki-laki.” “Perempuan itu ga boleh sukses-sukses amat, nanti jadi ga nurut sama suami.” “Perempuan itu yang penting cantik terus nanti nikah sama cowo kaya.”

Kenapa kelebihan itu justru jadi mengurangi derajat kita di mata orang? Kenapa derajat kita ditentukan dari keindahan fisik yang bukan pilihan kita dan kelak lekang oleh waktu?

Jangan menyalahkan seorang perempuan karena sanggup mengerti buku-buku yang tidak kamu mengerti. Jangan menyalahkan seorang perempuan karena mencapai sesuatu yang tidak semua orang bisa. Jangan menyalahkan seorang perempuan atas suaranya di muka publik tentang isu-isu yang kamu rasa bukan bidangnya. Jangan menyalahkan seorang perempuan karena ia tahu apa yang ia mau dan apa yang pantas ia dapatkan. Jangan menyalahkan seorang perempuan karena tidak bergantung pada siapa-siapa.

Ketika kita cukup pintar dan tidak bergantung pada kamu, artinya kamu dipilih karena kamu, titik. Bukan karena terlanjur butuh sesuatu dari kamu. Bukan karena kita lemah, pasif, tidak bisa mengurus diri, dan butuh dimanja dua puluh empat jam sehari.

Kepintaran seseorang akan membawanya untuk membela hal yang benar. Apa kamu butuh orang yang submisif, menuruti segalanya tanpa tanya, dan membenarkan pilihan kamu yang salah? Kenapa bukan pilih perempuan yang berani jujur bahwa kamu salah dan dirinya terbuka juga untuk diingatkan ketika salah sehingga bisa saling koreksi? Kenapa bukan pilih perempuan yang bisa diajak berjalan bersama mencari jalan yang tepat dan bukannya jalan keegoisanmu yang ingin dipuja dan selalu dicinta secara buta?

Kenapa bukan pilih perempuan yang bisa mencapai sesuatu dengan tangannya sendiri, tapi entah bagaimana tangannya tetap terbuka untuk menghargai apa yang kamu beri? Kenapa bukan pilih perempuan yang bisa diajak diskusi soal perkembangan ekonomi dunia, sejarah mazhab-mazhab agama, atau teori perkembangan? Kenapa bukan perempuan yang bisa seru berdebat dengan kamu soal liberalisme, sosialisme, sekularsime, marxisme, dan isme-isme lainnya? Kenapa bukan perempuan yang mengerti pekerjaan kamu sehingga memahami di mana letak lelahnya perjuangan kamu?

Kerja keras seseorang akan membawanya pada konsistensi dan ketulusan dalam memberi. Jika kamu pikir mendidik seorang anak adalah perkara hati yang sabar semata, kamu keliru.

Kamu mau pakai teori apa? Mengajar anak dengan cara bagaimana? Menjawab pertanyaannya dengan pendekatan seperti apa? Pada ia umur berapa kamu akan mengajarkan ia membaca dan menulis? Pada ia umur berapa kamu harus sudah mengizinkannya pergi kemana-mana sendiri? Bagaimana caranya supaya tanggung jawab itu tumbuh tanpa kamu perlu mengingatkan apalagi memaki?

Apa menurut kamu wajah saya bisa menjawab semua pertanyaan itu? Apa menurut kamu sekadar tubuh bisa jadi sumber kekuatan untuk menjalaninya nanti? Apa menurut kamu segalanya selalu soal apa yang kamu lihat?

Kenapa berharga tidaknya perempuan harus dilihat dari fisik? Kenapa berharga tidaknya perempuan harus dilihat dari keterhubungannya dengan laki-laki tertentu? Kenapa berharga tidaknya perempuan harus dilihat dari pantas tidaknya ia dipamerkan di acara-acara pertemuan malam hari?

Bukan dari integritas kita. Kecerdasan kita. Kepintaran kita. Kebaikan kita. Kerja keras kita. Konsistensi kita. Ketulusan kita. Kehebatan kita.

Kita lebih dari apa yang kamu lihat.

Tapi, kenapa?

Seseorang pernah bilang pada saya, “Jangan langsung S2. Mana ada yang mau sama perempuan sepintar itu.”

Kalau suatu hari nanti mereka sadar mencari ilmu itu sepaket dengan mencari kedewasaan diri. Kalau suatu hari nanti mereka sadar bahwa perempuan bukan soal menerima apalagi meminta, tapi bisa memberi. Kalau suatu hari nanti saya bertemu orang yang tepat, saya tahu saya akan bilang apa.

“Saya sayang kamu karena kamu seutuhnya, bukan karena uang dan status sosialmu. Karena kalau soal dua hal tadi, saya juga bisa mendapatkannya sendiri.”

Semoga selalu istiqomah …

Hidup itu terlalu kejam, jika hanya mengandalkan kecantikan.

Avatar
aldoheraldo

Kelak, anak-anak saya berhak mendapatkan pendidikan pertamanya dari seorang master/seorang doktor/seorang profesor. 

Begitulah~

Avatar
adenulis

Wow

Avatar
reblogged
Avatar
ajinurafifah

Assalamu'alaikum kak, izin bertanya. Apakah mahasiswa yang bisa masuk dalam kategori bermanfaat bagi sekitarnya harus terjun dalam organisasi kemahasiswaan seperti BEM/semacamnya? Dari perspektif kakak bagaimana? Terima kasih sebelumnya :)

Avatar

Wa'alaikumussalaam :)Menurut saya enggak. Pun kalau di BEM niatnya cuma pencitraan dan menuh-menuhin CV juga perlu dipertanyakan kebermanfaatannya :p

Setiap orang punya peran dan jalan yang berbeda untuk menebar manfaat.

Kalau dalam konteks mahasiswa, ada yang mencari kebermanfaatan lewat kepenulisan, supaya jurnal dan penelitiannya kelak bisa jadi rujukan dan berguna, misalnya. Ada juga yang berbisnis, biar mandiri finansial nggak ngerepotin bahkan bantuin orangtua. Bisa jadi lewat jalan ini dia bisa membuka rejeki dan lapangan kerja meskipun skalanya masih kecil.

Ada juga yang terjun di komunitas-komunitas, ingin aktualisasi berdasarkan passion. Ada juga yang kuliah-pulang-kuliah-pulang, tapi dibalik itu ternyata dia jadi guru privat, wiiihhhh. Naaah ada juga yang menebar manfaat lewat organisasi kemahasiswaan macem BEM/DPM/dsb. Macem-macem!

Intinya menurut saya, asal niat dan perjalanannya dapat berdampak baik, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya, dia sudah berupaya menebar manfaat. Gimanapun jalannya :)

Semangat! Semoga menjawab.Dengan segala kekurangannya, Dan Tos Yes Lumba Lumba,Apik.

Avatar
Avatar
reblogged
Avatar
ajinurafifah

Jangan Jatuh Cinta Padaku

Kamu akan kesusahan bila jatuh hati padaku. Bagaimana bisa? Seperti yang kau tahu, aku tidak cantik—hal itu yang banyak dikhawatirkan para perempuan. Aku kurus, hitam, berkacamata, kulitku kering. Maaf, aku sudah dengan beraninya mencintaimu. Memang siapa aku? Mungkin bila orang lain melihatku berjalan di sampingmu mereka akan bilang, 

“Suaminya ganteng, sayang sekali ya istrinya jelek.” Kamu harus sering-sering menguatkan hatimu. Nanti kamu malu saat ke undangan sahabat-sahabatmu dan membawaku serta kesana.

Kamu juga akan kesusahan bila nantinya menghabiskan waktu bersamaku. Aku tidak mau bekerja di kantor, seperti perempuan-perempuan lain. Aku hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, lalu kubuka usaha milikku sendiri. Pasti kamu bingung dari mana mencari uang untuk modal istrimu ini yang belum tentu juga usahanya akan berjalan lancar. Nanti kamu kerepotan, sudah susah memikirkan pekerjaanmu, masih saja ikut pusing memikirkan usaha istrimu.

Aku cerewet sayang, kamu akan kesusahan. Kamu bakal sering menutup kedua telingamu mendengarku mengabsen barang bawaanmu, mengingatkan ibadahmu, mengomelimu karena terlambat makan atau terlalu keras bekerja, serius kamu akan lelah sendiri mendengarnya. Belum lagi kamu kewalahan mendengarku bercerita macam-macam tentang hidup atau mengajakmu berdiskusi di pagi hari bahkan sebelum tidur. Aku bukan perempuan anggun yang pendiam dan tenang. Belum lagi aku suka panik, sayang. Panik saat kudengar sedikit saja kamu sakit, atau saat masakanku terlalu asin, atau nantinya saat kamu tidak pulang-pulang. Pasti kamu sebal HPmu kubombardir pesan menanyakan kamu ada dimana.

Avatar
reblogged
Avatar
ajinurafifah

Kau tahu yang ditakutkan kebanyakan perempuan?

Ialah lamanya penantian.

Karena semakin lama waktu menemani penantiannya, semakin lama pula ia tenggelam dalam prasangkanya sendiri. Yang dikhawatirkan, waktu melesat terlalu cepat beriringan dengan ketidakpastian, lalu meninggalkannya di belakang. Dengan sebuah tanda tanya besar.

Ia butuh bertanya padamu, tapi terlalu takut.

Ia butuh bicara, tapi terlampau malu.

Sementara sebenarnya perempuanpun tahu, bahwa bagi laki-laki, berjuang butuh begitu banyak waktu.

Tapi…

Avatar
reblogged

Surga yang Dekat

Ada banyak cerita yang saya temui dalam beberapa hari terakhir. Hasil dari perenungan sepanjang jalan, bertemu dan mengamati orang, berdiskusi dan dari bacaan yang terkumpul. Tulisan ini sempat tertahan beberapa hari demi menunggu beberapa pemahamannya menjadi utuh, menjadi sebuah kesatuan makna yang bisa saya tarik pembelajaran terbaiknya.
Beberapa waktu belakang ini, saya belajar kembali tentang pemaknaan manusia terhadap surga. Di saat saya menyaksikan event-event kekinian yang menjanjikan “surga” sebagai propaganda demi mendapatkan banyak peserta acara. Saya berusaha memaknai kembali, bagaimanakah surga yang menjadi tujuan dari umat manusia ini.
Saya berusaha mendalami dengan perjalanan, menemui sebanyak mungkin orang dan melihat sorot matanya. Berusaha menyelami kehidupan dengan semua perspektif yang disediakan, dengan semua sudut pandang yang memungkinkan untuk saya pakai. Sampai-sampai saya sendiri menangisi pemikiran saya selama ini, betapa piciknya pikiran ini dengan segala isinya. Kalau ada cara bagaimana me-reset sebuah pikiran, ingin sekali saya menghapus isi kepala ini, saya tidak suka isinya. Dengan bagaimana selama ini pikiran begitu mudah melakukan penghakiman.
Diperjalanan saya menemukan bahwa surga dimaknai berbeda dari satu orang ke orang yang lain, makna yang berbeda membuat setiap orang juga melakukan cara-cara yang berbeda untuk meraih surga itu.
Saat di kota, di komunitas masyarakat urban. Saya gembira menemukan semangat gelombang hijrah (dalam agama yang saya imani). Begitu banyak orang berbondong-bondong melakukan perubahan baik. Surga yang kabarnya tidak akan tercium oleh perempuan yang berpakaian tapi telanjang, membuat gelombang hijrah yang luar biasa. Surga itu seperti bisa diraih dengan jalan tersebut.
Dan di saat yang sama, hanya beberapa ratus meter dari pusat keriuhan acara-acara berlabel hijrah. Surga itu sesederhana seorang bapak yang mendorong gerobak sampahnya, pulang menjelang maghrib dengan membawa seplastik beras hasil mencari rezeki hari ini. Itulah jihadnya. Tidak sempat hadir dipikirannya tentang bagaimana mengubah penampilannya agar sesuai dengan konsep surga yang dimaknai oleh teman-teman saya yang lain, yang rela mengeluarkan lebih banyak hartanya untuk membeli pakaian dengan segenap propaganda kehijrahannya.
Ada konstruksi pikiran yang berbeda, ada pemaknaan yang berbeda. Perjalanan ini membuat saya percaya satu hal bahwa Allah itu Maha dalam segala ke-MAHA-annya. Saya percaya bahwa setiap manusia itu akan mencapai surganya dengan ridho Allah. Dan surga itu tidak akan pernah bisa dimonopoli oleh segilintir orang dan golongan, tidak juga hanya bisa diraih dengan jalan-jalan yang serupa seperti yang tengah tren saat ini.
Setiap orang akan dimudahkan dalam beribadah, juga disediakan ladang ibadahnya sendiri. Ladang-ladang amal yang mungkin tidak akan pernah bisa dipahami oleh orang lain. Dan saya hanya bisa menangis saat saya berusaha membeli sebuah baju muslim baru dengan harga ratusan ribu, sementara di perjalanan pulang saya menyaksikan sepasang manusia, bekerja berdua mencari rezekinya. Saat kami sama-sama berhenti di sebuah masjid karena maghrib sudah mejelang. Ibu dengan jilbab seadanya, dengan baju lengan pendeknya, dan celana panjang yang lusuh. Dan suaminya yang mendorong gerobak berisi tumpukan kardus. Pikiran saya ternyata benar-benar picik, saya mengira surga itu hanya bisa diisi dengan orang-orang pakaian syari terkini. Harus menghafal semua isi kitab suci, atau harus mengikuti semua kajian. Maka, saya harus benar-benar bersyukur karena diri ini dimudahkan dalam beribadah, tidak harus mengalami kehidupan yang sulit dalam hal rezeki (materi). Karena ada orang-orang yang tidak memiliki ruang dan rezeki untuk menikmati ibadah-ibadah itu.
Setiap orang sedang berjuang dalam hidup ini, berjuang yang terbaik. Untuk meraih surga-Nya. Sebuah tempat terbaik untuk pulang nanti, sesudah mati. Dan ternyata surga itu begitu dekat. 
Yogyakarta, 21 Agustus 2016 | ©kurniawangunadi

disclaimer :

Pemahaman tulisan ini adalah pemahaman pribadi saya, saya percaya pelajaran tersebut belum utuh. Keutahannya membutuhkan waktu. Dan saya selalu membuka ruang untuk diri saya belajar, mungkin suatu hari berubah atau bertambah.

Avatar
reblogged

Tulisan : Untuk Dirimu Sendiri

Ada saatnya kamu harus melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri. Melakukan sesuatu benar-benar untuk diri sendiri tanpa terlalu banyak mempertimbangkan bagaimana nanti orang lain. Tulisan ini tidak mengajak untuk menjadi egois, tapi mengajak untuk mengembalikan sebuah peran kesadaran yang cukup penting di tengah masa krusial, terutama di fase Quater Life Crisis. Tulisan ini pun tidak berlaku bagi orang-orang yang selama ini sibuk dengan diri sendiri, tulisan ini saya buat untuk teman-teman saya yang begitu semangat melakukan kebaikan sosial, semangat untuk terlibat peran dimana-mana, bercita-cita ingin membangun kehidupan yang lebih baik untuk banyak orang.

Saya percaya, untuk bisa berdaya dan menyelamatkan lebih banyak orang, membangun kebermanfaatan diri yang lebih besar. Seseorang harus memiliki waktu untuk mengembangkan dirinya, menajamkan potensi dirinya, mendidik dirinya dengan pengetahuan baru yang lebih luas dan menyeluruh. Sebuah keputusan yang tentu sulit diambil oleh orang-orang yang hatinya terpikat dengan begitu banyak berbuat baik. Keputusan yang terlihat sangat mementingkan diri sendiri, hanya saja bila dikaji lebih jauh, ini seperti mengasah sebuah pedang sebelum digunakan untuk berperang. Waktu yang diambil untuk mengasah itu tentu tidak sedikit, membutuhkan kesabaran, membutuhkan ketelitian.

Analogi lain, untuk bisa menyelamatkan lebih banyak orang yang tenggelam, seseorang harus bisa berenang dan menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Kalau tidak, tentu dirinya akan tenggelam dan tidak akan lagi menjadi bermanfaat.

Ada kalanya, seseorang harus menguatkan keyakinan pada diri sendiri. Bahwa ada masa yang perlu ia ambil untuk mengembangkan dirinya, terlepas dari semua aktivitas yang saat ini dijalani dan begitu memikat hati. Waktu yang saya sebut sebagai sebuah jeda, jeda untuk memberikan jarak yang tepat bagi diri untuk melihat lebih jauh dan lebih luas tentang apa yang selama ini telah dilakukan.

Waktu yang saya sebut sebagai jeda, jeda yang bisa dipakai untuk mengakselerasi diri dengan kembali menempuh pendidikan, mengambil kursus keahlian, menjelajah dunia dan bertemu dengan orang banyak, dan hal-hal lain yang tentu saja akan membuat seseorang menimbang. Apakah waktu yang akan dikorbankan ini menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat?

Sebuah kota, 18 Agustus 2016 | ©kurniawangunadi

Avatar
reblogged

....suatu saat

Suatu saat ‘perjalananmu’ akan sampai di tujuan. Saat kamu akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan, kekhawatiran, keresahan, dan ketidakmengertianmu hari ini. Saat itu, kamu akan bersyukur atas semua ujian yang menimpa hari ini. Sebab ujian itulah yang menjadikanmu orang yang lebih baik.
Kurniawan Gunadi
Avatar
reblogged

Dirimu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika kamu bangun tidur, ketika jiwamu kembali dan kamu membuka mata. Saat kamu melihat keadaanmu sendiri tanpa riasan, tanpa berpikir untuk menjadi orang lain, dan apa yang kamu kerjakan saat terbangun adalah dirimu sepanjang hari.

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika kamu telah berhasil mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Ketika kamu mulai menelanjangi dirimu sendiri. Begitulah keadaanmu ketika lahir, juga ketika nanti dibangkitkan. Kamu yang sebenarnya, sesuatu yang paling memalukan untuk kamu beritahukan ke seluruh dunia. Saat kamu menyadari betapa kotornya dirimu sehingga kamu perlu membersihkanya dengan air yang mengalir. Saat kecantikan dan ketampananmu dihancurkan oleh setiap kali dirimu membuang hajat. Lantas kamu menyadari bahwa sebenarnya kamu membawa kotoran kemana-mana dalam tubuhmu dan menutupinya dengan pakaian-pakaian terkini? Lantas, bagaimana mungkin kamu bisa berbangga diri pada keindahan diri yang hanya tampak luarnya saja?

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika kamu tertunduk dalam sujud-sujud sajadah. Saat kamu bersedia mengakaui kehambaanmu sehingga runtuh segala kesombongan dan ego yang selama ini ada dalam dirimu. Sesuatu yang membuatmu merasa bahwa kamu bisa melakukan segalanya yang kamu mau, yang membuatmu merasa apa yang kamu dapatkan selama ini adalah karena hasil kerja kerasmu saja. Dan sujud-sujud itu, hanyalah bagi orang yang bersedia mengakui. Apa kamu bersedia? Itulah dirimu yang sebenarnya.

Tengah malam 14 Agustus 2016 | ©kurniawangunadi

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.