Avatar

Welcome Home :)

@rdanib-blog / rdanib-blog.tumblr.com

traveling and photography | free thinker and easy going | welcome home :)
Avatar

Okay, karena di tag sama @iqbalguci yang ngefans dan pingin tau bingits :p here's #20factsaboutme : 1. Punya nama Raden tapi ga bisa bahasa Jawa. 2. Travelaholic, dari gunung sampai pantai, dari hutan sampai kota metropolitan, bisa ngajak semua orang untuk traveling. 3. Adrenaline junkie, bosan sama wahana themepark, mau nyoba olahraga ekstrem. 4. Punya bahasa tulisan yang detail dan kompleks, maunya nulis semua yang ada di kepala. 5. Sedikit perfeksionis, mood bisa berubah karena hal 'sepele'. 6. Keras kepala dan egois khas anak sulung. 7. Pendengar yang baik dan loyal, tapi motivator yang buruk. 8. Kreativitas minus, pengguna otak bagian kiri. 9. AS Roma since 2000 plus Chelsea since 2004. 10. Ga pernah hafal peta Jakarta, apalagi kota lain. 11. Pecinta kucing garis keras. 12. Suka nelen odol pas masih kecil. 13. Lemah sama hujan dan dingin. 14. Punya rambut lurus mengkilap yang kalau panjang bisa buat iklan sampo. 15. Selera musik sangat luas, tapi skill musik cetek seadanya. 16. Pemakan segala (kecuali yang berbau tajam) tapi susah gemuk. 17. Kepala pernah kepentok waktu kecil dan peyang sampai sekarang. 18. Penggemar berat kecap, terutama kecap bares khas Wonosobo! 19. Easy going, but not going to be easy. 20. Cita-cita punya themed-cafe sama boutique bakery, kalau ada yang mau bikin ajak gue join yak! Gimana? Udah kekinian belum? Silahkan loh yang mau nambahin facts lainnya~ :p I have tagged a few random people and it's your turn!

Avatar

Baduy Dalam, Suku Pedalaman yang Modern

Berselang tiga hari setelah kepulangan saya dari Gunung Semeru, saya berkesempatan untuk mengunjungi Suku Baduy Dalam di Desa Cibeo, Lebak, Banten. Saya berasumsi (pastinya) track dan cuaca yang akan dihadapi tidak akan seekstrem saat pendakian Semeru. Berbekal peralatan sisa mendaki dan fisik yang seadanya, saya langsung berangkat menuju meeting point di Rangkas Bitung.

Perjalanan kali ini saya menggunakan jasa tour & travel dengan biaya all in sekitar 235 ribu. Anda bisa mencapai Stasiun Rangkas Bitung dengan menggunakan KA dari Stasiun Tanah Abang. Setelahnya, saya menuju daerah Cijahe menggunakan Elf yang telah di carter dengan waktu tempuh 2 - 3 jam. Jalan kabupaten memang bukan yang terbaik. Jalan yang menanjak, rusak, dan sangat berdebu memaksa Anda menggunakan masker, scarf, maupun buff.

Sesampainya disana, kami langsung disambut oleh sekelompok orang Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Setelah beberapa sesi foto, kami langsung berangkat menuju Desa Cibeo. Di tengah perjalanan ada jembatan bambu sebagai penanda batas wilayah Baduy Luar dan Baduy Dalam, yang artinya Anda dilarang untuk mengambil foto dan hanya diperkenankan merekam menggunakan mata dan telinga.

Beruntung track-nya menuruni bukit, sehingga kami dapat mencapai tujuan dalam waktu 2-3 jam. Kemudian kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menginap di beberapa rumah adat dan langsung disambut oleh tuan rumah masing-masing. Jangan khawatir, mereka fasih menggunakan bahasa Indonesia kok, selain bahasa Sunda sebagai bahasa utama mereka.

Rumah adat khas Baduy ini berbentuk seperti rumah panggung yang pada bagian bawah rumah terdapat tumpukan kayu kering untuk membuat api. Di setiap pelataran rumah terdapat sekumpulan wadah air yang berbentuk seperti ‘kentongan’. Air didapatkan dari aliran sungai yang sangat dijaga kebersihannya. Walaupun digunakan untuk sikat gigi, mandi, mencuci, bahkan membuang hajat, namun tidak diperbolehkan untuk menggunakan deterjen, sabun, maupun sampo. Selain itu, terdapat larangan untuk  mendekati rumah kepala adat karena dikhawatirkan akan mengganggu tetua adat disana. Lalu, orang yang diizinkan untuk bersilaturahmi dengan warga asli sini adalah orang Indonesia, yang artinya warga asing atau bule tidak diperbolehkan.

Malam pun tiba, lilin dan lampu minyak seadanya menemani obrolan kami malam itu. Ibu dan anak perempuan pun baru pulang pukul 18.00 dari ladang. Ternyata, di dalam rumah terdapat dua kepala keluarga. Hal ini terlihat dari jumlah dapur sebanyak dua buah dengan partisi seadanya. Biasanya, anak dan menantu yang belum memiliki rumah yang akan tinggal dengan orang tuanya. Dan setelah beberapa saat saya perhatikan, mereka hanya menggunakan alat makan yang terbatas, tidak ada gelas beling maupun piring. Mereka hanya menggunakan gelas bambu dan mangkok yang terbuat dari keramik. Ternyata mereka memang tidak diperbolehkan menggunakan piring. Selain itu, mereka juga tidak boleh menggunakan jerigen sebagai wadah air.

Desa Cibeo ini hanya satu dari tiga desa Baduy Dalam. Desa lainnya adalah Desa Cikeusik dan Desa Cikertawana yang jaraknya lebih jauh, dan dapat dikatakan Desa Cibeo ini adalah Desa Baduy Dalam paling luar. Fyi, desa ini pernah mengalami kebakaran hebat yang mengakibatkan seluruh rumah terbakar habis dan memaksa mereka pindah lokasi untuk membangun kembali desa mereka. Ya, karena jarak antar rumah yang sangat berdekatan dan seluruh bagian rumah yang terdiri dari kayu dan bambu. Namun lucunya, mereka selalu memasak di dalam rumah dengan api yang cukup besar. Kebiasaan adat? Mungkin.

Suku Baduy Dalam memiliki perbedaan dengan Baduy Luar. Selain pakaiannya yang dominan putih, mereka juga tidak boleh memiliki maupun menggunakan teknologi terkini untuk aktivitasnya sehari-hari. Mereka pun berjalan tanpa alas kaki kemana pun mereka pergi. Mereka tidak terisolasi, sama sekali tidak. Mereka pernah pergi ke Jakarta, dari mulai silaturahmi menghadiri undangan festival kebudayaan dari pemerintah hingga skydining di Epicentrum, yang mereka capai dengan berjalan kaki. Ya, jalan kaki, sekitar 3,5 hari sampai ke Jakarta. Selama perjalanan mereka akan menginap di rumah saudara, kerabat, maupun kantor kelurahan yang mereka temui. Dan mereka memiliki batas waktu 2 minggu untuk keluar desa, alasannya agar mereka tidak tertinggal acara-acara adat yang rutin dilaksanakan. Selain itu, yang boleh keluar desa sejauh itu hanya lah lelaki yang sudah dewasa dan tahan terhadap godaan dalam bentuk apapun.

Suku Baduy Dalam bukan termasuk suku yang kaya akan seni budayanya, namun sangat kental dan memegang teguh adat istiadat yang berlaku. Jika ada yang melanggar ketentuan adat, maka bisa mendapat hukuman berupa pengasingan selama 40 hari atau diusir keluar dari desa.

Malam semakin larut, udara dingin menyuruh kami untuk segera beristirahat.

Pagi itu kami sarapan dengan nasi olahan asli Baduy Dalam dari beras yang mereka simpan dalam lumbung padi tradisional plus lauk ikan (yang sangat) asin dan sayur segar yang baru dipetik dari kebun. Sembari sarapan dan mengobrol, tuan rumah menawarkan madu dan beberapa hasil kerajinan tangan berupa kain sarung, kain tenun, maupun aksesoris. Mereka dapat menyelesaikan satu buah kain dalam waktu satu bulan atau lebih, tak heran jika harganya pun lumayan mahal.

Kami sempat iseng bertanya untuk apa uang yang didapatkan, mengingat keperluan mereka sehari-hari sudah cukup terpenuhi dari alam. Selain untuk bekal dalam melakukan perjalanan, mereka menggunakan uang yang dikumpulkan untuk membangun rumah baru yang bahan bakunya lumayan mahal karena papan maupun kayu sebagai pondasinya mereka beli dari luar desa. Total biaya yang diperlukan adalah sekitar 15 juta per rumah. Namun, mereka semua akan bergotong royong jika ada yang warga desa yang akan membangun rumah.

Oh ya, sekedar berpendapat, mungkin sebaiknya jangan dibiasakan memberi uang pada anak-anak Suku Baduy. Lebih baik memberikan barang yang berguna sebagai cendramata untuk mereka, misalnya buku atau alat tulis, yang Insya Alloh lebih berguna dan dapat membuka pintu untuk ilmu pengetahuan.

Di akhir cerita, saya mengetahui bahwa mereka memiliki nomor handphone yang hanya aktif pada akhir pekan. Mereka akan keluar desa setiap akhir pekan untuk sekedar mengaktifkan nomor mereka. Sebelum berpergian pun mereka akan menghubungi sanak saudara dan kerabat yang akan mereka kunjungi. Sebagai catatan, mereka juga akan membawa madu alami yang mereka kumpulkan untuk dijual dalam perjalanan.

Pukul 08.00, waktunya kami untuk pulang. Kami akan menuju Ciboleger dan menggunakan track yang berbeda dari jalur keberangkatan. Medan yang kami hadapi lebih menantang dari sebelumnya, dimana kami harus naik turun sekitar 4 bukit yang menghabiskan waktu tempuh 3-4 jam jalan kaki. Setelah beristirahat, sekilas melihat beberapa perempuan yang sedang membuat kain tenun, dan membeli cendramata di desa Ciboleger, kami pulang menggunakan Elf yang sama menuju Rangkas Bitung. Trip pun berakhir dengan banyak cerita dan teman baru yang memperkaya jiwa.

Saya tidak akan pernah merasa lelah untuk melakukan traveling atau trip kecil untuk menjelajahi keindahan Indonesia. Sekali lagi, yang saya ceritakan disini hanya sebagian kecil dari pesona kekayaan Indonesia. As you know, travel is the only thing you buy that makes you richer. Sebuah perjalanan singkat yang akan selalu melekat, kenangan yang tak terganti walau raga telah mati. Sampai jumpa diperjalanan berikutnya, kawan!

Enjoy your life, make your live, and welcome home :)

_rdanib_

Avatar
Memang tidak ada kata terlambat untuk memulai traveling, tapi kalau boleh saya kasih saran, traveling-lah selagi muda! Kalau bisa saya sarankan lagi, traveling-lah selagi single!

Trinity dalam The Naked Traveler 1 Year Round-The-World Trip (via kuntawiaji)

Avatar
Kadang, seseorang yang sangat ingin kau jumpai, adalah ia yang kau hindari ketika bertemu. Seseorang yang sangat ingin kau ajak bicara, adalah ia yang kaudiamkan ketika berjumpa. Seseorang yang sangat ingin kau beri senyum, adalah ia yang kau acuhkan begitu saja. Perasaan yang nyata in aneh dan lucu.
Avatar

Menuju Negeri di Atas Awan, Mahameru 3676 MDPL

Gunung Semeru merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa. Fakta tersebut cukup untuk membuat saya tertantang menapakkan kaki di puncaknya, Mahameru, suatu saat nanti.

And the chance came from nowhere. Saya mendapat tawaran untuk bergabung dengan sebuah tim yang tidak saya ketahui wajah bahkan nama anggotanya. Saya hanya diberikan informasi mengenai meeting point, budget, dan waktu satu minggu untuk mempersiapkan peralatan serta fisik. Kesempatan yang tidak datang setiap hari tentunya. Sepertinya September ini akan menjadi bulan yang menyenangkan. Semeru, saya datang!

Sore itu, setelah hampir terlambat, saya berangkat dari Stasiun Pasar Senen menuju 16 jam perjalanan ke Stasiun Malang bersama KA Majapahit. Perjalanan terasa lebih panjang karena suhu gerbong yang mencapai 18 derajat celcius.

Cerahnya Kota Malang menyambut saya untuk kedua kalinya tahun ini. Setelah mencapai meeting point, saya berkenalan dengan tujuh orang lainnya. Formasi tim terdiri dari tiga orang ibu super kuat, dua orang bapak sarat pengalaman, dan tiga orang  pemuda travelaholic, termasuk saya didalamnya. Mereka berasal dari Tangerang, Jakarta, Bekasi, Yogyakarta, sampai Surabaya. Kami bertemu di Malang dengan satu misi yang sama, menaklukkan puncak Mahameru.

Gunung Semeru yang terletak di antara Kabupaten Malang dan Lumajang mengharuskan kami melakukan perjalanan 1 - 2 jam menuju daerah Tumpang. Setelah melengkapi keperluan logistik, kami berangkat menggunakan mobil pick up yang sudah disediakan menuju Ranupani. Perjalanan dari Tumpang ke Ranupani sekitar 2 - 3 jam yang dapat dicapai dengan mobil pick up atau jeep hardtop dengan budget 500 - 600 ribu. Mulai dari titik ini Anda akan dihadapi dengan pemandangan pemukiman daerah perbukitan dengan debu yang sangat sangat banyak. Sekali lagi, debu yang sangat sangat banyak. Anda sangat disarankan untuk mempersiapkan masker, scarf, atau buff untuk melindungi pernafasan.

Pos pendaftaran dan perijinan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ada di Ranupani 2100 MDPL. Anda diminta membayar 17.500 - 22.500/hari/orang dengan waktu memulai pendakian pukul 08.00 - 16.00 setiap harinya. Oh ya, ada satu spot menarik, yaitu Papan Vandalisme, yang disediakan untuk menyalurkan ‘hobi’ para pendaki yang suka corat coret maupun tempel sana tempel sini yang merusak lingkungan.

Pendakian kami mulai pukul 14.00 yang diawali dengan doa dan motivasi tinggi untuk mencapai puncak. Setelah 4 jam membelah ‘taman’ edelweiss dan ‘hutan’ kabut, kami sampai di spot terbaik untuk berkemah dan hunting foto sunrise, Ranu Kumbolo. Kami langsung mendirikan tenda, makan malam, dan beristirahat. Malam itu cuaca sangat bersahabat, suhu satuan derajat celcius memaksa saya untuk bangun tiap dua jam sekali.

Pagi yang sangat dingin untuk cuaca yang sangat cerah. Tenda kami diselimuti bunga es tipis. Tak heran kalau kami kesulitan untuk tidur nyenyak. Anyway, sekarang waktu yang tepat untuk merekam keindahan sunrise Ranu Kumbolo. Namun mata kamera pocket saya terbatas dan tidak dapat mendeskripsikan seluruh rasa kagum yang saya rasakan. Subhanalloh. Anda harus melihat dan merasakannya sendiri!

Matahari semakin tinggi, pukul 10.00, sudah waktunya kami melanjutkan perjalanan. Kami langsung berhadapan dengan Tanjakan Cinta. Seperti yang Anda ketahui, rumornya Anda tidak boleh menoleh kebelakang saat mendaki tanjakan ini, atau Anda akan putus cinta. Really? Untung saya single (curhat). Dan jika Anda bertanya ada apa di balik tanjakan tersebut, jawabannya adalah savana lavender Oro - oro Ombo. Hamparan luas lavender yang indah!

Siang hari disini berbanding terbalik dengan malam hari. Walaupun udaranya cukup dingin, tetapi matahari sangat terik menyengat plus kering dan berdebu. Jangan heran kalau di beberapa titik Anda temui penjual minuman bahkan semangka potongan. Selain itu, anjing adalah hewan yang sangat umum disini. Dari mulai satu ekor hingga sekumpulan anjing, dari anjing liar hingga anjing yang memang dipelihara oleh penduduk setempat. Satu lagi, jangan heran jika Anda melihat ada beberapa batu nisan yang sengaja ditaruh untuk mengenang mereka yang telah tiada. Mereka dapat Anda temui di sepanjang jalan dari Ranupani hingga Kalimati.

Setelah 4 jam berjalan, kami sampai di Kalimati, spot perkemahan terakhir sebelum summit menuju Mahameru. Disini tidak ada aliran air, sumber air pun hanya ada di Sumber Mani. Dari tempat saya berkemah memerlukan waktu 15-30 menit sampai disana, atau sekitar satu jam hingga kembali lagi ke kemah. Pun sumber air disini berupa tetesan - tetesan air hasil penyaringan alami bebatuan, bukan aliran sungai yang bisa Anda gunakan untuk mandi. Persediaan air sudah didapatkan, saatnya istirahat sebelum summit malam nanti.

Malam itu tepat pukul 00.00 kami memulai perjalanan. Target pukul 05.00 kami akan sampai puncak. Jaket, headlamp, buff, geiters, dan air minum 1,5 L jadi barang wajib yang harus disiapkan. Selain itu, daypack akan sangat berguna. Di summit ini, air lebih berharga daripada uang bahkan emas. Kemungkinan dehidrasi sangat tinggi, begitu pula kemungkinan Anda tidak mencapai puncak. Fyi, sehari sebelum summit saya mendapat info ada seorang pendaki yang terkena longsoran batu. Ada yang bilang dia mengalami retak pada tulang bahunya, memang resiko yang sangat tinggi untuk menikmati maha karya-Nya. Get well soon, sis!

Setelah 2 jam berjalan kami sampai di Arcopodo, dan tantangan sebenarnya di mulai dari sini. Tanjakan curam berpasir sepanjang 1,5 KM dengan sudut kemiringan mencapai 45 - 50 derajat. Kemiringan yang curam, pasir yang licin, dan batu yang mudah menggelinding membuat saya berpikir mungkin suatu hari nanti ketinggian Mahameru akan berkurang, karena longsor misalnya. Semoga hal itu tidak terjadi. Anyway, kami menghabiskan total 8 jam untuk mencapai puncak. Ya, 8 jam! Lupakan hunting sunrise, sampai di puncak saja kami sudah sangat bersyukur. Pagi itu pukul 08.00 kami sampai di puncak para dewa, Mahameru 3676 MDPL.

Sepanjang mata memandang terlihat hamparan luas lautan awan. Dalam hati ini tak lupa mengucap rasa syukur karena kesempatan yang telah Alloh berikan. Disini, negeri di atas awan, kalian bisa melihat maha karya-Nya yang tiada dua. Ini Indonesia, kalian harus bangga memilikinya. :)

Sudah pukul 09.00, angin akan membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka ke puncak Mahameru sesaat lagi, waktunya kami kembali turun ke bumi. Waktu yang sangat singkat jika dibandingkan dengan waktu tempuh kami mencapai puncak, tapi semua sudah terbayar lunas dengan rasa penasaran yang perlahan sirna.

Dalam waktu 3 jam kami sampai di Kalimati, sekedar mengisi perut dan memulihkan tenaga, setelahnya langsung packing dan bersiap pulang. Terhitung pukul 13.00 kami berangkat diiringi kabut yang semakin tebal dengan tujuan Ranupani. Ya, kami langsung turun tanpa berhenti atau berkemah lagi. Kami sepakat mengumpulkan rasa lelah dan menyimpannya hingga sampai di bawah nanti. Tepat pukul 22.00 kami sampai di Ranupani. Butuh waktu lebih dari 2 hari untuk mencapai puncak Mahameru dan kami turun dalam waktu 12 jam! Lelah? Tentu saja. Namun hal itu tidak menghilangkan keinginan saya untuk kembali. Dear Mahameru, saya titip sebagian hati saya disini untuk saya ambil kembali suatu saat nanti, see you later!

Malam itu, pukul 23.00, kami langsung menuju Kota Malang menggunakan jeep hardtop. Setelah mendapat penginapan di Hotel H, saya langsung mandi sepuasnya, packing seadanya, dan tidur pukul 03.00.

~~~

Ini Malang, bukan tempat yang dapat Anda datangi setiap saat, sayang kalau Anda lewatkan begitu saja. Pagi itu secara spontan saya menghubungi teman SMA yang sudah lebih dari 4 tahun tidak pernah bertemu. Mbak Deon namanya. Dia dengan senang hati menemani beberapa jam terakhir sebelum kepulangan saya ke Jakarta. Mulai dari Bakso Presiden khas Kota Malang, ngadem di Illy Ice Cream plus nyicip Shurros yang baru buka 3 jam sebelumnya, sampai ngemil begah di Surabi Imut. Terima kasih mbak Deon untuk waktu, boncengan, traktiran, sampai tutorial memakai lip balm yang baik dan benar. See you soon! ;)

~~~

Pukul 17.00 tepat KA Matarmaja mengantar saya pulang. Raga yang lelah tidak sebanding dengan rasa syukur saya dalam perjalanan kali ini. Cerita disini hanya sebagian kecil dari banyak pengalaman yang saya rasakan. Foto yang terekam tak dapat merangkum semua keindahan yang saya lihat. As always, there’s something that money can’t buy. Mahameru, puncak para dewa, puncak yang harus kalian taklukan suatu hari nanti. Sebuah perjalanan singkat lainnya yang akan selalu melekat, kenangan yang tak akan terganti walau raga telah mati. Sampai jumpa diperjalanan berikutnya, kawan!

Enjoy your life, make your live, and welcome home :)

_rdanib_

Avatar

Halo, kalian semua dapat salam dari #Mahameru 3676 mdpl Alhamdulillah~ :) – View on Path.

Avatar

Ceritanya hari ini @rufniaafi berangkat buat menimba ilmu di negeri seberang gitu~ Super good luck, Afi! ;) – View on Path.

Avatar

Untitled

Saya mau menulis. Semua tulisan disini bukan 'kode' dalam bentuk apapun untuk siapapun, tapi murni hasil pemikiran sendiri. Semua reblog disini pun murni karena saya menyukai posting-an dan menghargai hasil karya orang lain.

Jika tulisan Anda hanya untuk membuat orang lain terkesan, dimana nikmatnya menulis? Mungkin sebentar lalu terlupakan. Anda adalah orang yang paling bebas dalam pikiran Anda. Jadilah diri sendiri disana tanpa harus merasa berbeda. Menulis lah untuk menginspirasi, memberi karya untuk diri sendiri, maka apresiasi orang lain akan mengikuti. Have a great life, people!

Avatar
reblogged

Ku kira pertemuan kita berakhir di rumah. Sebuah rumah dengan genting merah dan lantai kayu. Dengan teriakan-teriakan kecil dari kaki-kaki kecil yang melangkah penuh tenaga. Berteriak menyebutmu mama dan memanggilku ayah. Mana ada kamu di rumahku. Kamu hanya ada di pikiranku. Bahkan rumah itu pun hanya ada di pikiranku. Memang bahaya berangan-angan tapi aku seperti kecanduan. Menikmati pikiranku yang penuh bayang-bayang, nyatanya mana ada kamu di rumahku. Suaramu seperti angin yang melewati dedaunan pohon. Melewati celah-celah dinding rumah-rumah. Dibawa angin kemanapun kaki melangkah. Membisikan dan mengatakan sesuatu bahwa kamu sedang menungguku di rumah. Nyatanya, mana ada kamu di rumahku. Orang-orang sepertiku perlu di selamatkan. Dibangunkan dari tidurnya logika. Disadarkan bahwa kehidupan nyata menanti pembuktian kata-kata. Karena untuk membawamu ke rumahku membutuhkan banyak pembuktian. Bahwa aku tidak menjanjikan sesuatu yang tidak bisa ditepati dan aku bisa menunjukkan bahwa kata-kata laki-laki ini tidak berhenti sebagai angan-angan. Kamu suka diperjuangkan, kan?

Rumah, 3 Agustus 2014 | (c)kurniawangunadi

Avatar
Avatar
rdanib-blog

Rules:

  • Always tag the rules
  • Answer 11 questions of the person who tagged you
  • Write 11 new ones
  • Tag 11 new people and link them to the post
  • Let them know you have tagged them

I was tagged and questioned by acabaca

1. What is your biggest fear?

A cockroach cyborg and a cockroach mutant.

2. Would you live in Mars? Why?

No, I won't. I don't want to have a neighbor like acabaca.

3. Who is your role model?

My mom, my father, my family, and you.

4. What is your favorite books?

Donald Duck comic books!

5. Do you always brush your teeth before sleep every night?

No, I don't. I mean, I'm not always sleep every night.

6. Are you happy now?

Yup, I am happy enough to know you.

7. Why do you make your own tumblr?

Because I can't use your tumblr account.

8. What is your hobbies?

Traveling, photography, Tumblr-ing, and searching for your name in my pray.

9. When you’re 30, where will you be?

In someone's mind, in someone's heart, in someone's live, in someone's life.

10. Komeng or Budi Anduk?

Cak Lontong.

11. Why do you answer my questions?

Did I?

My questions for the newly tagged:

1. What is your favorite singer/group and his/her/their song all of time?

2. Who is your favorite athlete?

3. When was the last time you did something for the first time? What did you do?

4. In scale 0 to 10, how much will you give to yourself?

5. In parallel universe, what do you do now? Who is next to you?

6. What would you do if you have a tank?

7. Sea or mountain? Salty or sweet? Movies or books?

8. What is second best country in the world?

9. Do you love Indonesia? Why?

10. Mention five most amazing places in Indonesia!

11. Mention five things you should brings when you go traveling!

I would like to tag:

Avatar
Raga boleh lelah, tapi jiwa tidak boleh menyerah.

happy journey, little lady.

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.