Untuk Penjaja Kue Bolu
Hai Bu,
Meskipun lebih pantas saya panggil nenek tapi saya lebih menyukai memanggil Anda ibu. Karena nenek terasa menuakan, dan Anda sama sekali tidak terlihat tua, sorot matanya, semangatnya, bahu dan kakinya sama sekali tidak tua. Meskipun keriput kulit tidak bisa berbohong. Usia bagi saya bukan alasan untuk seseorang ingin berjuang atau tidak, semua orang berhak menentukan apa yang dilakukan untuk orang lain, untuk dirinya. Anda membuat saya bangga, sebagai wanita.
Saya tahu uang bukan hasil yang Anda cari, tapi semacam kepuasan batin karena melakukan sesuatu, setidaknya sudah berusaha, tidak diam saja. Anak dan cucu meski barang sedikit, tentu selalu menyisakan uang untuk mencukupi Anda, namun Anda memilih berusaha sendiri. Setiap hari menjajakan kue bolu ke perkantoran tempat saya bekerja. Mungkin Anda bisa mengingat saya, yang biasanya membeli empat buah bolu pada pukul 9 pagi, selalu.
Surat ini saya tulis untuk Anda, hanya karena saya ingin menyampaikan bahwa tidak hanya bolu yang Anda jajakan, tapi juga semangat, kerja keras dan ketulusan. Terima kasih untuk selama ini.
Mungkin anak dan cucu Anda tidak begitu besar menghargai kerja keras Anda, yang bahkan kadang masih sudi meminta hasil jualan bolu milik Anda, tapi satu hal yang tidak pernah anda sadari adalah ketulusan lebih mahal dari uang yang mereka terima. Bahkan Anda memberi saya lebih besar dari seluruh harta yang mereka terima dari Anda.
Jangan menyerah Bu, hari-hari akan berlalu dan Tuhan selalu tahu untuk memberikan apa yang dibutuhkan hambanya. Suatu hari, jika Anda tidak sanggup lagi, tentu Tuhan tidak akan memberikan Anda kesulitan.
Banyak orang termasuk saya, yang telah Anda berikan pelajaran tentang kerja keras, dan ketulusan. Terima kasih. Surat ini tanda cinta, bahwa terkadang yang amat menyayangi bukan dari garis darah saja. Kami, saya dan semua orang penikmat bolu Anda memberikan cintanya kepadamu setiap hari.