#tentangpernikahan: “Aku Kira...”
“Tadi setrikanya nggak dibawa?”
“Nggak, kamu nggak pesen kok”
“Ya kan aku kira bakal sekalian dibawa tanpa aku perlu bilang..”
–
“Tadi nggak beli telur sekalian?”
“Nggak, orang kamu nggak titip”
“Ya kan aku kira kamu udah tau kalo telur di kulkas habis…..”
Dan percakapan “Aku kira..” lainnya yang sebenarnya pembelaan dari akibat “aku lupa bilang”
Sebagai wanita yang suka kepikiran buat “ah dibawa sekalian daripada..”, “ah beli sekalian daripada…” kadang suka gemes sendiri kalo kejadian begini, tapi ya salah kita juga yang kurang lengkap memberi petunjuk dan berharap lebih.
Percakapan di atas itu juga kayaknya kalo kondisi mood lagi adem ayem ya.
Kadang bisa aja itu percakapannya jadi panjang dan dibumbui marah kecil yang bisa menjadi sangat besar. Sepele sih, tapi kalau dibiarin… Wah bahaya. Haha.
“Aku kira kamu ya kepikiran buat beliin, kan di rumah habis. Ah kamu gi mana sih nggak peka banget. Masa gitu aja ga tau… Masa gitu aja salah….”
Udah deh, kalo begitu bakal jadi runyam dan merusak ketentraman.
Iya apa iya? Hehe.
Ku pikir, kata-kata “aku kira..” atau “aku pikir…” ini bener-bener perlu dihilangkan, dan kalau sudah terjadi tak sesuai harapan kita… Yasudahlah. Kita coba terima dan mencari solusi lain tanpa harus mengeluarkan jurus
“Ah kamu sih, akhirnya jadi begini kan, akhirnya jadi rusak kann, akhirnya jadi blablabla”
Kalau sudah saling menyalahkan gitu, percaya deh, tidur malem bakalan gak tenang kalo belum maaf-maafan. Hahaha.
Menikah itu memang perlu sebuah seni, yang barangkali belum kita miliki atau kuasai pada awalnya. Ah gampang tinggal gak bilang gitu aja kan?
Nyatanya susah, tak segampang itu, Esmeralda. Apalagi kalo udah kebiasaan nih kita suka nyalahin orang lain kalo ada yang gak bener dikit.
Sebenarnya.
Saling menyemangati adalah kuncinya. Support system ini penting sekali.
Beruntung kalau pasangan bisa saling mengerti dan belajar, saling mengingatkan tanpa menghakimi, dan bertekad untuk berubah. Sayangnya, banyak diantara kita yang komunikasinya kurang lancar. Sulit menyampaikan perasaan dan cenderung senang memendam. Hayo, ngakuuu..
Bener-bener deh ya, yang namanya bersyukur tuh harus diinget tiap detik tiap menit. Untukku yang masih belajar, hal seperti itu cukup sulit dilakukan. Tiap kesel dan pengen marah gara-gara suami nggak melakukan hal yang seharusnya dia lakukan atau yang kuharapkan, harus selalu inget “ayo bersyukur sudah dikasih suami, ayo bersyukur ngga boleh marah berlebihan”
Tapi ya, ya ampun, namanya godaan setan tuh subhanallah. Gampang banget dan mudah banget bikin kita nyalahin orang lain, menjadikan orang lain korban dan mengkambing hitamkannya.
Seakan-akan kita merasa jadi orang paling bener dan ga punya salah.
Sayangnya, ini sesuatu yang gak bener dan harus kita hilangkan sebelum jadi penyebab hancurnya rumah tangga.
Cuma gara-gara “Aku kira…”
Tips paling ampuh nih buat temen-temen yang mungkin bisa diterapkan.
- Kalau mau minta pasangan melakukan apapun, bilangnya sertai kata “tolong” dan akhiri dengan kata “terima kasih”, walaupun menurut kita itu adalah kewajibannya untuk dilakukan.
- Kalau nyuruh beliin sesuatu, tulis yang lengkap, sekalian sertai gambarnya biar gak salah pilih. Oya, sekalian kalau nyuruh beli buah, tulis juga “pilih yang tidak busuk”. Apalagi buat laki-laki. Wajib hukumnya menuliskan segala sesuatunya tanpa terlewat.
- Untuk menghindari segala ekspektasi, buat pembagian pekerjaan rumah yang jelas, kalau perlu ditulis dan ditempel di kamar, tulis juga dilakukan kapan, setiap berapa hari sekali, dan segala detailnya.
Ingat, bahwa kaum lelaki itu butuh kalimat perintah dan petunjuk yang jelas, tidak bisa menerawang apalagi menebak secara ajaib apa maksud kita kalau kita ngga pernah bilang. Dan kita kaum wanita, adalah insan-insan yang memang penuh rasa sensitif dan kebaperan. Hehe. Jadilah harus saling memaklumi.
Mungkin ada yang mau nambahin? Hahaha.
Sekian tulisan hari ini yang mungkin terlihat beda dari biasanya.