Kata : "yaudah kita jalanin aja" ngga akan pernah berlaku untuk kita kan. :)
😂😂😂
...ik ?!
Membaca susunan kata yang diurutkan dengan baik hingga membentuk kalimat apik dan disusun sedemikian rupa sampai ber ratus-ratus lembar yang menarik, membuatku semakin merindukan sosoknya, ah andai tak begini pelik. -sigulamerah. 5 Januari 2015, 23.14
Bicarakan apa saja
Sebenarnya aku masih ingin habiskan banyak waktu bersama. Mengulas semua, bicarakan apa saja. Apa saja.
Jane. Sept 25, 2014. 00.20
Demi Bapak
23 tahun hidupku di dunia ini Pak. Tak pernah sekali pun kau dikte aku untuk melakukan sesuatu. Ketika masih kecil, kau biarkan aku terjatuh dan menangis. Supaya aku tahu bagaimana rasanya jatuh dan bagaimana perihnya luka. Kau juga biarkan aku rasa segala makanan minuman yang sebenarnya bukan untuk anak seumurku saat itu. Pedasnya cabai, getirnya kopi juga pahitnya wine. Kau biarkan aku menggores krayon di dinding Pak, setelah itu aku dimarahi Mama. Aku menangis dan tugasmu hanya 1 Pak, gendong aku dan letakkan aku dipundakmu. Kau lari, seketika aku akan tertawa. Beranjak remaja, kau biarkan aku bermain hingga malam. Kau hanya sesekali tanya keadaan lewat pesan atau telepon singkat. Kemudian kau biarkan aku berteman dengan semua orang, tak kau pilihkan teman mana yang baik dan yang tidak. Tak kau hakimi teman pria yang main kerumah dan tak kau komentari setiap teman wanita yang datang hanya untuk obrol kencang didalam kamar. Kau biarkan aku bepergian ketempat yang jauh dari rumah. Dengan berbekal nama saja, kau percaya Pak. Tak pernah kau tanya, dimana rumah mereka, apa pekerjaan orang tua nya. Kepercayaan itu kau beri sepenuhnya Pak. Beranjak dewasa, kau tak pernah minta aku harus jadi seperti si A atau si B. Aku harus berkuliah di kampus C atau D. Aku harus ambil jurusan E atau F. Tak pernah sekalipun Pak, kau larang aku untuk berteman dan kau tutup pintu pilihan dalam mencari ilmu. Kau hanya tak pernah mau aku menerima pengaruh negatif dari luar, itu saja cegahmu Pak. Seingat 23 tahun hidupku, tak pernah sekali pun tak kau indahkan pilihan-pilihan hidup yang aku jejerkan padamu. Kau selalu mendengar pendapatku dan kau berikan saran yang masuk ke akal anak perempuan mu yang sok tahu ini. Selama aku berkuliah, tak sering kau tanya bagaimana kuliahku, ketika aku katakan aku sudah selesai skripsi, kau kaget dan berkata bahwa baru kemarin sore aku daftar jadi mahasiswi baru. Ketika kau sedang dinas aku melalui masa sidang tugas akhir. Anak perempuan mu satu-satunya ini tak memberimu kabar karena aku tahu sinyal sangat sulit disana dan aku terlalu sibuk oleh persiapan sidangku. Pagi sebelum masuk ruang sidang, kau sempatkan untuk menelepon, momen yang pas ketika aku sedang gugup-gugupnya. Ketika aku lulus dan harus wisuda, kau atur jadwal dinasmu Pak. Hingga bisa berada di Jakarta pada momen kelulusanku. Senang sekali aku Pak, Bapak ada diwisudaku. Padahal sempat aku murung karena ada rencana Bapak harus dinas di hari itu. Setelah lulus tak kau paksa aku harus segera bekerja. Tak kau tanya sudah dimana saja aku melamar, kau berkata pilih yang sesuai hati. Tak pernah sekalipun kau minta aku untuk bekerja di perusahaan jenis G atau H. Bidang I atau J. Tak pernah seingatku. Ketika aku mendapat pekerjaan air muka mu memancarkan kelegaan Pak. Tak terungkap namun terlihat jelas. Demi Bapak aku berada disini sekarang. Memilih untuk melakukan apa yang kau pinta. Jarang sekali kau minta sesuatu dariku Pak, aku yang lebih banyak mau, lebih banyak pinta kepada Bapak. Masih kurang yakin aku Pak, tapi dukungan orang terdekat mampu membuatku yakin bahwa itu semua demi kebahagiaanmu. Aku lakukan apa yang bisa aku lakukan Pak, biar Tuhan yang tentukan akan seperti apa aku nantinya. DEMI BAPAK. Aku lakukan itu. Semoga bahagia kau rasa ya Pak, dan bangga bisa kau terima nantinya. Kepercayaan yang kau beri penuh padaku sejak dulu telah menjadi dorongan terbesar untuk membahagiakanmu Pak. Doakan anak perempuanmu ya Pak. Mintalah yang banyak padaku Pak. Mintalah.. Semua ini hanya untuk membalas kasih dan kepercayaan yang terus kau berikan padaku. Demi Bapak, aku mau. -sigulamerah, 3 Sept 2014. 23:49-
26 Juni 2014
Aku tak tahu apa yang harus ku tulis. Aku tak tahu apa yang harus ku ceritakan. Tapi masalah "apa yang kurasa", aku tahu persis. Masalah "apa yang harus kuperbuat", sudah aku pikirkan. Banyak yang bilang "sederhana saja". Kadang aku merasa sederhana itu hal rumit. Kenapa banyak orang harus pakai kata-kata yang sulit untuk dicerna, sedangkan kata "sederhana" beda tingkatannya tiap manusia. "apa kabar?" Mungkin itu kata yang biasa diucapkan, tapi terkadang, kata itu mengandung banyak perhatian. Takkah kau tahu, seberapa banyak keberanian yang dipupuk untuk menulis 2 kata itu? Takkah kau tahu, seberapa berat mengetik ke-8 huruf itu? Takkah kau tahu, tombol "kirim" itu sudah membuatnya gemetar? Sayang kalau kau tak tahu. Karena dibalik hal yang terlihat sederhana, ada perjuangan yang tak bisa dibilang biasa. Entah apa yang ku tulis malam ini. Kadang aku terlalu senang sekaligus gemas, hingga yang ku tulis justru membuat bingung dan ahhh... Selamat malam saja lah kalau begitu.
Novel karya Bernard Batubara, yang berjudul "Surat Untuk Ruth". (hal 108)
Novel karya Bernard Batubara. Yang berjudul "Surat untuk Ruth" (hal.26)
Do you feel it ?
I sang your favourite song tonight. Just to let my feeling flew away, and catch yours. Do you feel it? Do you? 15 Juni 2014. 23:45 -sigulamerah-
Thankyou *whisper*
What a beautiful lyrics, packed in a really full energy song. Lyrics Source : http://mainstreamisnothing.blogspot.com/2011/11/four-get-me-nots-heroine-lyrics.html?m=1
Kalau aku marah aku diam. Kalau aku kecewa aku diam. Bukannya aku acuh, tapi aku takut yang aku ucapkan bisa menyakiti kamu. Kalau aku senang aku cerewet. Kalau aku bahagia aku cerewet. Bukannya aku niat ganggu, tapi aku perduli sama kamu. Kata-kata ini bukan ku buat untuk seseorang, tapi ku buat untuk beberapa orang yang mungkin setuju. Jadi, jangan GR dulu! ;))