Tenth
Saya bertemu saat kelas 9 SMP. Tidak pernah di perkumpulan yang sama, hobi pun tidak sama, kelas sebelumnya pun tak pernah bareng. Jika diingat lagi, saya pun lupa bagaimana awal bisa akrab dengannya. Tapi semuanya memang berawal di kelas 9, tepatnya 9B.
Lebih dikulik lagi, kami sangat jauh berbeda. Saya tipe olahragawan, yang tiap pagi dan pulang sekolah selalu futsal di lapangan sekolah. Saya pun banyak dikenal guru karena dulu memang otak saya masih sangat encer sampai sampai dipilih untuk ikut olimpiade matematika mewakili sekolah di tingkat kota. Populer pula di berbagai kelas. Siapa yang tidak kenal saya saat SMP? Hahahahaha ini memang paragraf untuk menyombongkan diri.
Sahabat saya ini merupakan pelawak yang bisa melawak hanya dengan tertawa. Saat ia tertawa, orang-orang di sekitar akan ikut tertawa pula. Bukan karena lawakannya, tapi karena mendengarnya tertawa. Belum lagi saat ia kebingungan atas suatu pelajaran, terutama matematika. Ia akan menoleh kiri kanan mencari bantuan dengan mukanya yang kocak.
Kedekatan kami menjadi makin menjadi jadi saat kami ditugasi menyiapkan perpisahan kelas. Hampir setiap hari bersama dari mulai membuat konsep, mencari venue, menyiapkan dekor, katering, dan lain lainnya. Tapi ini beramean, ya. Bukan hanya berdua.
Banyak hal bodoh yang sering kami lakukan bersama, mulai dari karaokean menyanyikan lagu ‘walang kekek’ di bilik karaoke di Javamall, yang niscaya suara-suara aneh nan fals kami terdengar hingga keluar bilik, saling mendampingi ketika mengapel pacar kami masing-masing, hingga jam 2 malam bersepedamotor dari Sampangan ke Jatingaleh melewati Terowongan Bendan Ngisor yang terkenal angker hanya untuk memastikan keangkerannya. Kami 3x melewati rute yang sama dalam malam itu, Sampangan - Bendan Ngisor - Jatingaleh - Sultan Agung - Kalilangse -Sampangan. Diulang 3x untuk memastikan keangkerannya dengan cara yang pertama menyalakan klakson. Yang kedua kali, kami tanpa menyalakan klakson. Dan yang terakhir, kami mematikan lampu dan tidak menyalakan klakson. Ya, sebodoh itu. Jaman belum takut manusia, hanya takut setan.
Hal-hal bodoh yang dilakukan bersama makin sering dilakukan hingga kedua orangtua kami pun sudah hapal dengan kelakuan anaknya masing-masing dan sahabatnya itu. Kami sudah seperti bagian dari keluarga satu sama lain. Bahkan sebelum sahabat saya bertemu dengan istri saya, kedua orangtuanya telah bertemu lebih dulu.
Kini kami masing-masing sudah dihadapkan dengan hal yang membuat lebih dewasa, obrolan yang lebih terdidik, meskipun kadang mulut ini masih bagaikan mulut yang tak pernah ditata tuturnya.
Kami berdua telah berkeluarga, bahkan ia telah mempunyai seorang putra lucu, dan istrinya pun merupakan wanita impiannya yang telah dipacarinya sejak lulus SMP. Sedangkan saya telah berkali kali berganti pasangan, dan kini alhamdulillah sudah memasang jangkar kehidupan di seorang wanita cantik yang sebelumnya hanya di angan saja.
Sudah 14 tahun ternyata.’
Dan semoga akan berlangsung selamanya.