Avatar

Galau Jurusan?

@jurusankuliah / jurusankuliah.tumblr.com

ini ada kumpulan cerita jurusan kuliah dari para mantan mahasiswa untukmu
Avatar

Program Studi Filsafat: Perspektif Alumni

Halo, namaku Gea!

Tulisanku tentang jurusan/program studi filsafat sebenarnya sudah pernah dirilis di blog ini tahun 2014. Saat itu aku sedang menjalani perkuliahan tahun kedua di jurusan filsafat, Universitas Indonesia.

Sependek ingatanku, ada rasa bangga ketika bercerita tentang keberanian mengambil pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan yang tidak populer, haha. Keberanian atau kenekatan ini murni datang dari pikiran anak perempuan 17-18 tahun yang tidak punya pekerjaan impian dan hanya ingin kuliah berdasarkan pilihannya — tanpa peduli opini orang lain tentang keputusan itu.

(Sumber ilustrasi: pixabay.com)

Setelah versi pertama tulisan ini terbit, aku menerima e-mail dari teman-teman siswa SMA kelas 3 yang ingin bertanya lebih jauh. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah seputar bagaimana caranya meyakinkan orang tua. Aku sendiri tidak punya jawaban untuk itu.

Sebagai pihak yang membayarkan uang kuliah, orang tuaku tidak merasa berhak mengintervensi pilihan anaknya — mungkin seharusnya ada intervensi ya, hahaha. Sehingga, aku tidak melewati proses duduk bersama untuk menenangkan kekhawatiran orang tua tentang prospek kerja anaknya. Orang tuaku percaya bahwa aku akan bertanggung jawab dengan pilihan yang aku ambil secara mandiri. 

Aku sadar sepenuhnya ini kemewahan yang tidak dimiliki setiap anak.

Sepuluh tahun kemudian, setelah momen memilih jurusan ini, tentu aku punya cara pandang yang berbeda tentang pemilihan jurusan kuliah.

Dulu aku pikir untuk menentukan pilihan tersebut kita perlu punya passion (minat/ketertarikan), atau sesuatu yang kita tahu persis kita memang suka dan bersedia bekerja keras untuk mengembangkannya. Tapi ternyata passion kita itu cair. Minat kita akan terus berubah seiring perjalanan.

Sebagai ilustrasi, ada yang yakin punya passion di bidang kedokteran tapi ternyata setelah menjalani pendidikan kedokteran yang panjang, dia merasa tidak cocok menjalani praktik klinis dan memutuskan bekerja membuat konten-konten kesehatan yang tidak mengharuskan pertemuan tatap muka dengan pasien. Dengan kata lain, passion tidak harus jadi prasyarat utama dalam pemilihan jurusan kuliahmu.

Aku sepakat dengan tulisan ini — apa pun jurusannya, yang perlu dipastikan adalah bagaimana kita bisa jadi sarjana dengan kemampuan membaca kritis dan menulis yang terstruktur sehingga bisa berpikir dengan baik. Ini modal dasar yang bisa digunakan untuk bekerja di bidang mana pun. Aku beruntung bisa belajar dua hal itu dari para pengajar jurusan filsafat dulu, terutama dari pembimbing skripsiku yang tekun dan sabar.

Pertanyaan lainnya adalah, “Belajar apa saja di Filsafat?” Ini daftar mata kuliah yang pernah kuambil:

- Semester I: Pengantar Ilmu Filsafat, Sejarah Filsafat Yunani, Logika

- Semester II s.d. VIII: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan; Epistemologi; Filsafat Islam; Filsafat dan Ideologi; Pengantar Filsafat Ilmu (introduction to philosophy of science); Sejarah Filsafat Modern; Metafisika; Filsafat Budaya; Filsafat Timur (eastern philosophy); Sejarah Filsafat Kontemporer; Filsafat Manusia; Filsafat Sosial; Estetika; Paradigma Feminisme; Hermeneutika; Fillsafat Politik; Filsafat dan Hak Asasi Manusia; Etika Terapan (applied ethics); Filsafat Lingkungan; Filsafat Pendidikan; Filsafat Bahasa; Fenomenologi; Filsafat Hukum; Pragmatisme; Filsafat Ekonomi; Filsafat Analitik; dan Metode Penelitian.

Susah nggak belajarnya? Susah, hahaha.

Materinya memang bukan pengetahuan teknis yang bisa langsung terpakai di dunia kerja, seperti maunya Pak Jokowi dan Mas Menteri Nadiem Makarim. Tapi aku menikmati prosesnya sambil sesekali berlinang air mata.

Omong-omong, hari ini belajar filsafat nggak harus lewat jalur formal kuliah. Kalau penasaran, kamu bisa belajar secara informal dari berbagai sumber. Aku sempat menulis rekomendasi singkat di sini. Daftar bacaan dari program S1 Philosophy, Politics, and Economics di Oxford University ini juga bisa jadi referensi. Kalau ingin menyimak beragam topik filsafat dalam Bahasa Indonesia, silakan berkunjung ke media sosial Martin Suryajaya, Filsafat Bersama Yayas, Schole_id.

Segitu dulu sharing tambahanku dari perspektif alumni jurusan Filsafat. Semoga bisa membantu teman-teman dalam membuat pertimbangan, ya.

Jika masih ada yang belum terjawab, silakan bertanya ke geacitta@gmail.com

Avatar

Ini cerita dari tiga orang yang mengalami proses dan perjuangan yang berbeda dalam memilih jurusan kuliah mereka--dan akhirnya mereka bisa menemukan pekerjaan impian (walaupun baru akan terwujud di masa depan). Selamat mendengarkan!

Avatar

Lagi bingung milih jurusan untuk SNMPTN?

Kami sudah mengumpulkan cerita dan testimoni tentang 105 jurusan kuliah di PTN dan PTS di dalam dan luar negeri, dari para mantan mahasiswa untuk kamu-kamu yang sedang galau dan bingung dalam memilih jurusan kuliahmu nanti setelah selesai kelas 12.

Dari 105 jurusan ini, kami sudah mengelompokkannya dalam 17 kategori (dari A sampai Q) yang akan men-guide kamu ke masa depan yang lebih terarah dan sesuai dengan keinginanmu!

Jurusan-jurusan di kategori E dan kategori K akan membuatmu terheran-heran sekaligus penasaran! Ini dia list-nya... Sikat!

A. Sang Pendidik

Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab: Nur Adibatul Lutfiyyah (UNJ)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Mirtasari Lia Prastiwi (UNY)

Pendidikan Bahasa Inggris: Regina Marsaulina (UMSU)

Pendidikan Geografi: Ahmad Sajali (UNJ)

Pendidikan Guru SD: Rahmi Islamiati (UNJ)

Pendidikan Luar Biasa: Lisfatul Fatinah Munir (UNJ)

 B. Bahasa dan Sastra

Bahasa dan Kebudayaan Korea: Margareth Theresia (UI)

Sastra Inggris: Anisah Fathiroh (Unair)

Sastra Jepang: Diana Aprilia (Undip)

Sastra Jerman: Pandu Akbar (Unpad)

Sastra Perancis: Atma Dewita (UI)

Sastra Rusia: Perdana Putri (UI)

C. Pemanfaatan kekayaan alam hayati Indonesia

Agronomi dan Hortikultura: Eska Ayu Wardani (IPB)

Bioteknologi: Shafira Adlina (UAI)

Ilmu dan Teknologi Kelautan: Fahmi (IPB)

Ilmu Peternakan: Istijaar Akbarok (Unpad)

Kedokteran Hewan: Dimas Novianto (IPB)

Kehutanan: Mahasiswa X (UGM)

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan: Ajeng Fitri (Unibraw)

Rekayasa Hayati: Muhammad Fadhlullah (ITB)

Teknik Bioproses: Kenny Lischer (UI)

Teknik Mesin dan Biosistem: Bagus Dwi Utama (IPB)

Teknik Pengairan: Vita Ayu (Unibraw)

Teknik Pertanian: Tri Yulni (IPB)

Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian: Ummi Halimah Rahmatika (UGM)

D. Hitung-hitungan

Analisis Keuangan: Melia Agustia (Polines)

Ekonomi dan Administrasi: Putri Agustina (UNJ)

Manajemen Keuangan: Fitri Safira (PPM)

Perbankan Syariah: Eka Widyaningtias (UIN Jakarta) 

E. Calon pemikir besar

Antropologi: Hanifati Alifa Radhia (Unibraw; bagian 1 | bagian 2)

F. Manusia dan sekitarnya (built environment)

Arsitektur Lanskap: Azka Lathifa (IPB)

Desain Interior: Indah Arifallah (Itenas)

Perencanaan Wilayah dan Kota: Ria Erlani (UGM)

G. Sang kreator dan seniman

Desain Produk: Jamika Nasaputra (ITB)

H. Kesehatan

I. Kesejahteraan hidup manusia

Ilmu Keluarga dan Konsumen: Arina Zuliany (IPB)

Kesejahteraan Sosial: Alfrojems (STKS)

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat: Annisa Amalia dan Syifa Sulistyoningrum (IPB)

J. Bumi dan fenomena alam

Geofisika dan Meteorologi: Nadita Zairina Suchesdian (IPB)

K. Jurusan masa depan

Ekonomi Islam: Banu Muhammad (UI)

Teknik Energi Terbarukan: Khomariya (Poltek Jember)

L. Hmmm… yakin mau jadi peneliti?

M. Komputer dan Robot

Sistem dan Teknologi Informasi: Azka Ihsan Nurrahman (ITB)

Teknik Mekatronika: Dhiya Hanifa (Polman)

N. Insinyur garis keras

Teknik Dirgantara: Putra Arri Sandhi (ITB)

Teknik Mesin: Rahim Isnan (Unand)

Teknik Perkapalan: Dadi Bangun (UI)

Teknik Pertambangan: Riyan Kamil (ITB)

O. The generalist

Administrasi Bisnis: Andika Abdul Basith (Unpad) 

Teknik Industri: Anselma Basuki (UI)

Teknik Sipil dan Lingkungan: Alfandias Seysna Putra (IPB)

P. Follow your passion

Ilmu Perpustakaan: Dina Oktaviana (UI)

Manajemen Destinasi Pariwisata: Riana Dwianny (STP)

Q. Calon pejabat atau aktivis itu pilihan

Ilmu Ekonomi: Nurul Wakhidah (UGM)

(*)

Sumber gambar: pexels.com

Avatar

Teknik Material: Inovator Pemberi Solusi

Kalau dengar kata ‘material’ langsung keinget toko bahan bangunan yah?

Tulisan ini akan mengulas jurusan kuliah yang belum begitu lazim didengar oleh geng putih abu-abu alias anak SMA/MA atau yang sederajat.

Perkenalkan, namaku Bening Tirta Muhammad, sekarang mahasiswa program doktoral alias S-3 di Nanyang Technological University (NTU). Aku tertarik untuk menulis tentang jurusan teknik material atau “materials science and engineering (MSE) ” ini karena sewaktu S-2 aku mengambil jurusan Polymer Materials Science and Engineering di The University of Manchester, Inggris. Ya jurusan S-2 yang kupilih dulu itu sudah fokus ke salah satu jenis material yaitu polimer.

Sekadar informasi, aku dulu ambil jurusan kimia di tingkat S-1. Ceritaku tentang jurusan kimia juga bisa dibaca di blog ini (link). Aku mengambil sub-spesialisasi atau biasa disebut minor di bidang fisika. Jadi gelar yang kudapat setelah menyelesaikan studi S-1 di NTU dulu kurang lebih begini “Bachelor of Science (honours) with Minor in Physics”. Sedikit banyak aku sudah terekspos dengan setidaknya tiga jurusan kuliah: kimia, fisika, dan teknik material. Jika mau berandai-andai, aku sebenarnya ingin mengambil kuliah di bidang Fisika khususnya fisika terapan atau Applied Physics, karena fisika bisa menjelaskan fenomena lebih dalam tentang hal-hal yang aku pelajari di bidang kimia dan teknik material. Tapi, ya mau gimana, jalan hidup di masa lalu tidak bisa kita ubah.

Kembali ke soal jurusan teknik material. Di Indonesia ada beberapa kampus yang menawarkan jurusan ini, seperti ITB, ITS dan kampus baru ITERA.

Mungkin teman-teman ada yang pernah dengan jurusan Teknik Metalurgi. Nah, kalau dikelompokin sih, metalurgi itu bagian dari “material” dimana metalurgi itu khusus mempelajari logam, terutama terkait industri tambang dan penggunaan/sifat logam. Jadi bisa dibilang teknik material itu jauh lebih luas lagi cakupannya.

Dari segi konten, teknik material mempelajari berbagai jenis material mulai dari metal/logam, semikonduktor, polimer, garam ionik, biomaterial, dan juga campuran atau komposit. Lalu, teknik material mempelajari sifat-sifat material mulai dari sifat mekanik seperti kekuatan sampai elektroniknya seperti konversi energi cahaya matahari jadi energi listrik (fotovoltaik), dari skala makro, mikro bahkan sampai nano. Pernah dengar kan kata nano atau nanometer (nm)? 1 nm sama dengan 1 meter dibagi 1 milyar.

Banyak yang tertarik masuk jurusan teknik material karena sudah terekspos dengan istilah nanoteknologi dan semikonduktor. Tapi, sekali lagi, teknik material menawarkan cakupan yang sangat luas, ya nggak cuma nanoteknologi. Jurusan teknik material umumnya menitikberatkan pada luas cakupan dengan sedikit mengorbankan kedalaman materi. Teknik material, menurut saya, juga berfokus pada aplikasi di tingkat S-1. Dengan luasnya cakupan, nanti di tahun ketiga dan keempat kuliah mahasiswa jadi punya fleksibilitas untuk membangun spesialisasinya sendiri dengan mata kuliah pilihan atau elektif.

Terlepas dari kekurangan dari kedalaman materi/keilmuan, teknik material menurut saya akan menghasilkan insinyur dan juga inovator karena keluasan wawasannya dan pemahaman multiaspek dari material--ada kimianya, fisikanya, dan bahkan mekanika dan elektronikanya.

Sumber gambar: pexels.com

Di Indonesia, yang sudah lazim diketahui adalah jurusan metalurgi karena kampus-kampus sepertinya dirancang untuk menghasilkan sarjana yang bisa menyalurkan tenaga berkeahlian khusus untuk industri besar yang sering bersentuhan dengan logam, misalnya tambang, pengeboran minyak, dan konstruksi.

Nah ini beberapa contoh tentang penggunaan ilmu teknik atau rekayasa material di dunia nyata (baik industri mau riset) yang mungkin akan membuatmu tertarik dan mulai berimajinasi tentang sifat-sifat material yang akan jadi ‘solusi’ di masa depan:

  • Teknik material akan berguna dalam mencari bahan/material yang kuat tapi ringan, misalnya untuk industri pesawat dan otomotif. Makin ringan tentu akan makin hemat bahan bakar.
  • Teknik material akan berguna dalam rancangan kapsul/tablet obat (drug delivery). Misalnya, obat disimpan dikapsul khusus supaya bahan aktifnya terserap sempurna di usus dan tidak rusak oleh derajat keasaman (pH) lambung.
  • Teknik material akan berguna dalam menemukan material yang bisa menkonversi panas menjadi listrik (thermoelectric). Misalnya, panas yang ‘terbuang’ dari bagian luar mesin uap. Daripada panasnya terbuang ke lingkungan/udara, mendingan diubah jadi listrik yang berguna.
  • Teknik material akan mewujudkan teknologi smart window (jendela pintar) di gedung-gedung kantoran yang bisa berubah warna mengikuti intensitas cahaya matahari di luar (fotokromik). Jadi, bisa menghemat biaya penggunaan listrik untuk lampu atau penerangan.
  • Teknik material akan memajukan teknologi baterai dengan merancang kandungan energi yang besar per satuan berat dan volum, fast charging, dan murah karena terbuat dari bahan yang banyak (abundant) di alam.

Saya rasa Indonesia butuh lebih banyak lulusan Teknik Material yang akan jadi orang-orang yang melihat masalah di sekitarnya dan kemudian mencoba mencari solusi dengan merekayasa sifat-sifat material yang tersedia (available) di sekitarnya dan orang-orang yang akan muncul dengan ide-ide inovatif dalam mengembangkan industri berbasis teknologi di Indonesia.

Avatar

Ekonomi Islam: Aktivitas Ekonomi juga Ibadah jadi Ada Tuntunannya

“Sebetulnya ekonomi islam itu apa?”
“Jurusan ekonomi islam itu belajar tentang bank syariah, zakat, dan wakaf gitu-gitu ya?”
“Apa hubungannya islam sama ekonomi?”
“Apa bedanya jurusan ekonomi islam dari jurusan ekonomi biasa?”

Mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang ada di benak teman-teman ketika pertama kali mendengar tentang jurusan Ekonomi Islam. Sebetulnya, ekonomi islam adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas permasalahan-permasalahan ekonomi dengan menggunakan kerangka, sudut pandang, dan perspektif islam. Dalam kacamata islam, aktivitas ekonomi juga dipandang sebagai kegiatan yang memiliki dimensi ibadah.

Lalu apa bedanya ekonomi islam dan ekonomi konvensional?

Ekonomi islam dan ekonomi konvensional punya kesamaan karena sama-sama membahas mengenai pengelolaan sumber daya. Tetapi pada dasarnya, ekonomi islam berbeda secara cara pandang dengan ekonomi konvensional. Ekonomi islam berbasis pada religious values atau nilai-nilai keislaman yang diturunkan dari Al Quran dan Hadits, yang tentu berbeda dengan ekonomi konvensional yang basisnya adalah nilai-nilai dan pandangan sekuler/logika semata. Beberapa contoh prinsip-prinsip dasar ekonomi islam di antaranya: instrumen zakat sebagai sarana pengendalian harta individu dan distribusi pendapatan yang inklusif, instrumen infak, sadekah, dan wakaf sebagai sarana partisipasi sosial untuk kepentingan publik, aturan-aturan transaksi dalam islam, dan pelarangan atas riba.

Terus, ekonomi islam jadi sesuatu yang penting nggak sih di masa depan?

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia punya peluang dan potensi yang begitu besar untuk kemajuan ekonomi islam. Jumlah populasi itu merupakan pangsa pasar produk dan jasa berbasis ekonomi dan keuangan syariah yang sangat besar. Hal ini didukung dengan perkembangan-perkembangan lain, seperti adanya peningkatan tren konsumsi barang dan jasa halal dan dinobatkannya Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia oleh Global Muslim Travel Index. Potensi besar inilah yang akan digarap oleh sumber daya manusia yang bergerak di berbagai sektor ekonomi islam untuk mewujudkan tercapainya kesejahteraan yang menyeluruh di masyarakat.

Sumber gambar: pexels.com.

Lewat ilmu ekonomi islam, kita bisa ikut mengambil peran untuk terlibat dalam industri produk dan jasa keuangan dan perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, keuangan mikro syariah, serta institusi syariah di sektor riil seperti industri halal dan organisasi pengelola zakat dan wakaf. Lulusan-lulusan program ekonomi islam juga dibutuhkan oleh sektor publik seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.

Kalau kuliahnya, belajar apa saja?

Di jurusan ini, kita akan belajar berbagai macam aspek ekonomi islam, mulai dari sejarah peradaban dan pemikiran ekonomi islam, mikroekonomi islam, makroekonomi islam, fikih muamalah, ekonomi zakat dan wakaf, sampai ekonomi moneter islam dan ekonomi keuangan islam.

Yang tidak kalah penting adalah dengan belajar ekonomi islam, kita akan mengetahui bagaimana islam sebagai agama dan cara hidup (way of life) mendorong terciptanya kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi, penyediaan layanan publik yang optimal, dan pemerataan distribusi pendapatan. Sehingga kehadiran praktik-praktik ekonomi sesuai tuntunan islam mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian nasional dan dunia.

Yang paling menarik adalah belajar ekonomi islam bisa di Fakultas Ekonomi Bisnis paling keren se-Indonesia, FEB UI. Sejak tahun 2013 sudah dibuka program studi Ilmu Ekonomi Islam (IEI) dan Bisnis Islam (BI). Lulusannya sudah menduduki beberapa posisi pemula yang strategis di berbagai bank syariah, Bank Indonesia, OJK, dan Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah. Selain  bekerja di lembaga keuangan, ada juga yang sukses membangun start up Fintech Syariah. Apa itu Fintech syariah... googling sendiri aja yah!

 (*)

Banu Muhammad

Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UI

Avatar

Keep Calm and Be Food Technologist!

Proses pengolahan makanan di pabrik ternyata memiliki prosedur dan penjagaan yang sangat ketat agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi, telah mengikuti ketentuan Badan POM dan MUI (tersertifikasi halal), aman dikonsumsi, serta dapat sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang baik.

Suka masak-masak? Atau tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan? Ini jurusan yang sangat tepat untukmu. Jurusan ini adalah salah satu jurusan yang akhir-akhir ini mulai banyak dilirik oleh para calon mahasiswa: Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian atau disingkat TPHP.

Teknologi pangan dan hasil pertanian? Kata pangan dan pertanian sangatlah erat. Walaupun kata ‘pertanian’ seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat, pertanian merupakan sumber kehidupan kita. Tanpa pertanian kita tidak dapat makan dan melanjutkan hidup. Nah, jurusan TPHP memberi kesempatan untuk belajar mendalam tentang cara mengolah hasil pertanian di negeri kita yang kaya akan sumber daya alam ini, agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan tidak lagi bergantung pada negara lain alias impor!

Selama manusia hidup, manusia membutuhkan makanan. Meskipun terdengar klise, tetapi itulah yang menjadi alasan saya memilih jurusan TPHP.

Belajar di jurusan TPHP merupakan kesempatan yang sangat saya syukuri karena saya dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya mengenai pengolahan pangan dan hasil pertanian. Tapi jangan salah paham dulu, jurusan TPHP bukan jurusan masak-masak seperti anggapan awal orang-orang. Seringkali ekspektasi yang berlebihan membuat kita kecewa terlalu dalam. Huhu. Next.

Di TPHP, kita akan belajar tentang apa yang terjadi pada bahan pangan dan pengolahannya. Sebagian besar, kita belajar tentang kimia, biologi, dan fisika. Kalau kata orang-orang sih, IPA banget! Eits, tapi tunggu dulu. Tidak semua yang berkaitan dengan IPA itu menakutkan, entah karena matematika yang bikin pusing, biologi yang penuh hafalan, kimia yang penuh dengan reaksi, atau fisika yang penuh dengan rumus.

Di TPHP yang paling ditekankan adalah ilmu kimianya karena kita mempelajari tentang reaksi yang terjadi pada pangan, baik sebelum hingga setelah dilakukan pengolahan. Ilmu biologinya mempelajari tentang zat gizi yang dibutuhkan tubuh yang kita peroleh dari makanan. Serta, ilmu fisikanya mempelajari tentang mesin-mesin pengolahan pangan. Kalau saya sih bilangnya, di TPHP ini, semua ilmu dipelajari, bahkan ilmu kehidupan *eh. Maklum, kehidupan rantau seorang mahasiswa cukup banyak memberikan pelajaran hidup. Next.

Nah, apa aja sih yang akan dipelajari di TPHP?

Di semester 1, kita akan belajar seperti pelajaran SMA. Kalau di perkuliahan, mata pelajaran (mapel) itu disebut mata kuliah (matkul). Kita akan belajar kimia dasar (organik dan anorganik), fisika dasar, matematika dasar, biologi sel, dasar ekonomi dan manajemen, serta pengantar teknologi pertanian. Mungkin di semester 1, kamu tidak akan terlalu terkejut karena sangat mirip dengan SMA.

Di semester 2, kita akan belajar statistik, sistem industri pertanian, biokimia, matematika terapan, satuan operasi, mikrobiologi umum, dan kimia fisika.

Di semester 3, kita akan belajar kimia pangan dan hasil pertanian, satuan operasi (lanjutan), sifat fisik pangan dan hasil pertanian, proses termal, serta mikrobiologi pangan dan pengolahan. Di semester 3 ini, kita sudah mulai diarahkan pada ke-teknologi pangan-an.

Di semester 4, kita akan belajar ekonomi teknik, analisis pangan dan hasil pertanian, alat dan mesin pengolahan, lingkungan dan pengelolaan limbah, serta ilmu gizi.

Di semester 5, kita akan belajar pengendalian mutu, metodologi penelitian dan perancangan percobaan, keamanan pangan, uji sensoris, evaluasi gizi dalam pengolahan pangan, teknologi pengawetan dan pengemasan, serta perancangan pabrik.

Hampir lupa, di TPHP, kamu bisa mendadak jadi pengusaha, arsitek, teknisi sipil, atau ahli ekonomi. Karena apa? Karena ada matkul perancangan pabrik yang cukup legendaris selama masa perkuliahan di TPHP. Kita akan belajar mendirikan pabrik pangan dari 0 hingga berasumsi telah menjadi pengusaha sukses. Meskipun banyak lika-likunya, tetapi matkul ini cukup menantang, karena hampir seluruh ilmu yang telah diterima di TPHP harus diterapkan.

Di semester 6, kita akan belajar pengembangan produk dan proses, kewirausahaan, sanitasi industri pangan, serta evaluasi perancangan pabrik. Di semester ini, adalah yang paling menarik, karena ada matkul pengembangan produk dan proses. Akhirnya… yang diimpi-impikan selama ini terwujud: masak-masak! Buat kamu yang ingin sekali menciptakan suatu produk pangan, matkul ini adalah kesempatan buat kamu berkreativitas.

Keju dan bakery adalah beberapa contoh produk pangan (sumber: pexel)

Nah, yang telah disebutkan di atas merupakan matkul wajib yang harus kamu jalani selama di TPHP. Sekarang, lanjut ke matkul pilihan. Banyak sekali matkul pilihan yang akan membuatmu deg-degan setiap pengambilan kelas, karena harus perang cepet-cepetan alias war dengan angkatan lain. Dug dug dug. Berikut ini beberapa contoh dari daftar matkul pilihan yang udah kayak menu makanan:

 o Teknologi daging dan ikan

o Teknologi minyak dan lemak

o Teknologi kopi, teh, dan kakao

o Teknologi susu

o Teknologi buah dan sayur

o Teknologi tebu

o Teknologi bakery

o Teknologi legum, serealia, dan umbi

o Teknologi fermentasi

o Teknologi rempah dan bumbu

o Teknologi perisa

 Di samping kegiatan belajar mengajar di kelas, TPHP tidak akan bisa lepas dari praktikum. Nah, kamu udah berasa jadi peneliti banget tuh dengan praktikum yang selalu ada di tiap semester. Tidak lupa, laporan praktikumnya yang juga tidak sedikit. Huhu.

Seperti mahasiswa di jurusan lainnya, di TPHP kita juga akan melaksanakan magang industri di pabrik atau industri makanan. Waktu itu saya berkesempatan melaksanakan magang industri di PT. Charoen Pokphand Indonesia. Kalau kamu pernah makan nugget atau sosis merek Fiesta dan Champ, nah, itu tuh perusahaan yang memproduksinya. Kegiatan magang industri banyak memberikan pengalaman kepada saya untuk melihat bagaimana proses pengolahan pangan di lapangan dan bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya terutama bagi teman-teman yang ingin bekerja di industri makanan setelah lulus dari TPHP.

Saat magang saya juga menyadari bahwa teori yang kita pelajari selama kuliah harus dibarengi dengan praktik di lapangan. Ada kalanya teori yang kita pelajari tidak dapat diterapkan secara langsung, sehingga dibutuhkan alternatif penyelesaian masalah yang dapat digunakan sebagai pendekatan.

Selain itu, dari magang industri saya juga belajar banyak bagaimana proses pengolahan makanan yang selama ini hanya kita lihat hasilnya di toko-toko. Proses pengolahan makanan di pabrik ternyata memiliki prosedur dan penjagaan yang sangat ketat agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi, telah mengikuti ketentuan Badan POM dan MUI (tersertifikasi halal), aman dikonsumsi, serta dapat sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang baik.

Dan ya, kita sudah tiba di akhir tulisan ini. Bagaimana pendapatmu tentang jurusan TPHP? Apakah kamu cukup tertarik?

(*)

Ummi Halimah Rahmatika

Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), 2017

Universitas Gadjah Mada

Avatar

Mempelajari Potensi Semua Jenis Energi Terbarukan

Pernah dengar tentang jurusan Teknik Energi Terbarukan? Pertama kali dengar dulu, saya masih bingung soal jurusan ini dan pastinya bertanya-tanya. Itu jurusan apa, kok aneh namanya? Tentang apa sih jurusan ini? Apasih energi terbarukan itu? Sempat tanya ke guru BK dan ke guru-guru yang lain, juga ke saudara. Merekapun juga tidak tahu tentang jurusan ini.

Setelah saya mulai masuk kuliah di jurusan ini, saya baru tahu bahwa Teknik Energi Terbarukan ini memang dibilang masih baru di Indonesia dan masih jarang. Setahu saya jurusan bidang energi terbarukan tingkat sarjana hanya ada di 7 politeknik saat saya mulai kuliah tahun 2014 (wah sudah lama yah, hehe). Salah satunya di Politeknik Negeri Jember. Padahal di luar negeri sudah banyak berdiri jurusan yang spesifik mempelajari teknik energi terbarukan ini. Misalnya, di Malaysia dan Australia.

Bahan bakar kendaraan dan penggerak mesin pabrik serta pembangkit listrik di Indonesia mayoritas masih berupa bahan bakar fosil yang diambil dari perut bumi seperti minyak, gas, dan batu bara. Bahan bakar ini suatu saat akan habis karena laju pemakaiannya oleh manusia jauh lebih cepat dari pada laju pembentukannya kembali (jutaan tahun). Karena itu kita bisa bilang bahwa bahan bakar dan sumber energi listrik yang kita pakai hari ini masih didominasi oleh energi tidak terbarukan.

Nah, sebaliknya, energi terbarukan tidak perlu menunggu jutaan tahun untuk bisa terbentuk dan digunakan. Energi terbarukan tersedia dalam keadaan berlimpah, seperti energi matahari, air dan angin.

Teknik Energi Terbarukan sendiri pada prinsipnya adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan energi terbarukan. Energi terbarukan berasal dari energi-energi yang terlibat dalam proses alam yang berkelanjutan, seperti gerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, cahaya matahari, angin, panas dari dalam bumi dan bahan organik dari tumbuhan atau mikroorganisme (biomassa) yang bisa digunakan untuk sumber pembangkit listrik dan bahan bakar.

Paling gampangnya sih anak Teknik Energi Terbarukan itu mempelajari tentang pembangkit listrik yang berasal dari sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air, banyu (angin), surya, dan panas bumi—atau disingkat jadi PLTA, PLTB, PLTS, dan PLTP.

Ada juga bioenergi bahan bakar yang bahan bakunya adalah bahan alam yang ramah lingkungan, seperti bioetanol, biodisel, biogas, dan biobriket. Tentunya, yang tidak kalah menarik adalah pembangkit listrik tenaga sampah, atau PLTSa, yang bisa jadi solusi dalam pengolahan sampah sekaligus sumber energi.

Mungkin yang kita tahu selama ini hanya pembangkit listrik itu bahan bakar dari batu bara atau yang disebut PLTU saja. Di Indonesia pembangkit listrik bukan haya PLTU tetapi sudah banyak pembangkit listrik yang terbarukan yang dibangun oleh pemerintah utuk memaksimalkan energi terbarukan. Seperti baru-baru ini pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan. PLTB ini merupakan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara. Melihat tren pembangunan PLTB di Indonesia, saya rasa jurusan ini mempunyai prospek yang sangat bagus ke depannya, karena di Indonesia akan semakin berkembang pembangkit-pembangkit listrik dari energi terbarukan yang dibangun untuk men-supply kebutuhan listrik yang setiap hari kita gunakan.

Pengalaman selama kuliah di jurusan Teknik Energi Terbarukan sih setiap hari penuh dengan hitung-menghitung matematika dan fisika. Kurikulum yang dirancang pada dasarnya untuk mahasiswa menguasai keterampilan teknis dan manajerial dalam mengelola energi terbarukan mulai dari perencanaan produksi energi terbarukan, teknik proses penyediaan dan pemanfaatan, serta pengembangan dan rekayasa energi terbarukan.

Di jurusan ini, kita akan belajar tentang mekanika fluida dan mesin fluida, proses manufaktur, survei dan pemetaan, konversi energi biomassa dan biogas, sistem tenaga dan pembangkit listrik, sistem kontrol, sistem tenaga uap dan panas bumi, teknologi pengolahan bahan bakar nabati, konservasi energi sistem termal, sistem konversi energi angin, teknik konversi energi surya, dan teknologi mikrohidro. Selain mata kuliah yang teknik banget itu, ada juga mata kuliah yang mempelajari aspek pengelolaan (manajerial) yang tidak kalah menarik seperti ekonomi teknik, menajemen dan audit energi, manajemen industri, perancangan sistem energi, serta perawatan dan perbaikan.

Kelebihan belajar di politeknik adalah pelajarannya yang sudah berfokus pada aplikasi. Sehingga kita bisa mempelajari teknologi yang dipakai dalam masing-masing jenis pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan.

Dengan ilmu yang mempelajari beragam energi terbarukan ini, setelah lulus kita bisa berkontribusi untuk mengembangkan energi terbarukan yang belum banyak berkembang di Indonesia, misalnya dengan menjadi konsultan energi terbarukan, pelaku bisnis energi terbarukan, juga tenaga ahli manajemen energi dan rekayasa energi.

(*)

Khomariya

Teknik Energi Terbarukan

Politeknik Negeri Jember, 2014

Avatar

Belajar Matematika (doang) 4 tahun!

“Namun, ancaman (digantikan oleh mesin) ini tidak berlaku untuk matematika. Karena esensi dari ilmu matematika bukanlah hitung-hitungan yang bisa dilakukan komputer melainkan seni memecahkan masalah.”

Kuliah di jurusan matematika mungkin bagi kebanyakan orang terdengar tidak wajar. Mengapa demikian? Pertama, matematika bukan mata pelajaran favorit semua orang. Banyak orang yang saya kenal menceritakan pengalaman pahitnya belajar matematika ketika dulu duduk di bangku SMA.

Kedua, matematika bukan bidang keilmuan yang dianggap bisa menghasilkan banyak uang. Kalau mau realistis, tentu gaji adalah salah satu motivasi mengapa seseorang memilih suatu jurusan kuliah. Banyak orang beranggapan kuliah matematika hanya memungkinkan kita untuk menjadi guru atau dosen, padahal kenyataannya ada lebih banyak potensi karir yang bisa dipilih selain menjadi tenaga pengajar.

Saya sangat setia dengan matematika. 10 tahun lho! Mulai dari sejak S-1 sampai sekarang S-3, saya selalu bergelut dengan matematika. Menariknya, dalam kurun waktu 10 tahun itu, saya melihat persepsi orang-orang akan matematika perlahan mulai berubah. Mengapa demikian?

Salah satu alasan utamanya adalah semakin populernya karir sebagai aktuaris. Aktuaris adalah profesional yang merancang produk jasa keuangan, misalnya asuransi beserta preminya, menentukan status keuangan perusahaan, juga melakukan proyeksi keuangan. Saya ingat sekali ketika saya duduk di bangku kuliah, sekitar separuh angkatan saya memilih jurusan matematika karena tertarik akan prospek jadi aktuaris. 

My Story

Jujur saja, saya tidak tahu mau jadi apa ketika saya memilih jurusan ini. Pikiran saya waktu itu sangat sederhana: saya suka sekali matematika dan merasa kesukaan saya ini bisa dikembangkan lebih dalam dan saya yakin apapun bidang saya nantinya, saya akan dicari orang kalau saya mendalami bidang yang saya suka.

Saya sangat bersyukur dengan pilihan saya waktu itu. Di jurusan matematika, mata saya dibuka lebar-lebar. Ternyata ada banyak bidang yang lulusan matematika bisa berkontribusi di dalamnya, seperti bidang perbankan, ekonomi, telekomunikasi, bahkan sampai penerbangan dan otomotif!

Kalau ada yang bilang bahwa kuliah matematika itu selalu berkutat dengan angka, maka saya bisa jamin bahwa pernyataan tersebut tidak benar. Justru dalam beberapa aplikasinya, tidak ada angka sama sekali yang dilibatkan.

Sebenarnya, kuliah matematika lebih menekankan kemampuan mengambil deduksi secara runut. Kemampuan mendeduksi inilah yang ternyata mahal harganya: banyak sekali orang yang kesulitan berpikir secara runut dan logis. Orang matematika sudah terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Hasilnya, lulusan matematika punya kemampuan yang baik untuk memahami situasi yang asing dan beradaptasi.

Tren Ilmu Data

Nah, seiring berjalannya waktu, kebutuhan manusia tentu berkembang. Di era digital seperti ini, informasi menjadi lebih mudah didapatkan. Dalam perspektif matematika, kita bisa menganggap informasi ini sebagai data. Era yang kini kian bergantung akan data tentu membutuhkan orang yang bisa menafsirkan dan mengolah data dengan baik.

Inilah yang melatarbelakangi naiknya popularitas data science, atau ilmu data dalam bahasa Indonesia: cabang ilmu antardisiplin yang mempelajari bagaimana menafsirkan dan memahami perilaku data.

Sama halnya seperti ilmu aktuaria yang sempat sangat tenar pada zamannya, data science sekarang sedang naik daun. Mengingat obyek utama cabang ilmu ini adalah data, sudah pasti ilmu statistika akan dipakai.

Tidak hanya statistika, ilmu matematika yang lain juga dipakai lho. Sebagai contoh, kalau kita menginterpretasikan data sebagai matriks, tentu ilmu analisis matriks akan sangat berguna untuk mempermudah komputasi. Bayangkan saja kalau data yang harus dihadapi berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan, menghitungnya akan selama apa tuh?

Salah satu tugas matematikawan adalah membuat komputasi tersebut menjadi seefisien mungkin. Tentu hal ini akan sulit dilakukan kalau fondasi matematika orang tersebut lemah.

What’s next?

Meskipun saya mengatakan bahwa sekarang ilmu data sedang naik daun, saya mesti mengakui kalau tidak ada jaminan tren yang sama akan tetap bertahan untuk lima sampai sepuluh tahun yang akan datang. Namun, saya yakin bahwa majunya teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan peran ahli matematika. 

Banyak bidang pekerjaan yang mati karena mesin mengambil alih peran mereka. Dalam kacamata ekonomi, tentu mesin merupakan opsi yang masuk akal sebab mesin bisa jadi lebih murah dan atau dapat diandalkan akurasinya.

Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya monoton memiliki ancaman yang lebih besar untuk digantikan oleh mesin. Namun, ancaman ini tidak berlaku untuk matematika. Karena esensi dari ilmu matematika bukanlah hitung-hitungan yang bisa dilakukan komputer melainkan seni memecahkan masalah. Kreativitas semacam itu tidak bisa dengan mudah ditiru oleh komputer. Kecerdasan buatan tidak akan pernah bisa mematikan kreativitas memecahkan masalah.

(*)

Kevin Limanta

S-1 Matematika ITB, 2010

S-3 Matematika UNSW, Australia, 2018-2022

Avatar

Oh, cuma jadi guru SD toh?

“Tetapi kita harus mampu berperan sebagai guru, orang tua, saudara, dan bahkan teman sebaya bagi siswa, serta melihat anak-anak melalui sudut pandang anak-anak pula.“

Kuliah di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang selanjutnya saya tulis PGSD membuat banyak orang yang saya kenal memandang remeh ke arah saya apalagi untuk menempuh kuliah ini saya harus merantau jauh dari orang tua, keluarga, dan sahabat.

Kebanyakan orang menganggap kuliah di jurusan PGSD merupakan kuliah yang “main-main”. Toh, mata kuliah yang dipelajari pasti tidak jauh-jauh dari mata pelajaran yang ada di sekolah dasar. Mudah, pikir mereka. Lalu, sebenarnya apa saja sih mata kuliah yang dipelajari oleh seorang calon guru SD?

Selain pelajaran mata kuliah yang umum seperti Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama Islam juga mata kuliah yang berhubungan dengan pelajaran SD seperti IPA, IPS, Matematika, PKN, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, pada kamu belajar mata kuliah khusus jurusan PGSD. Di semester pertama, ada pelajaran Landasan Pendidikan dan Logika.

Pada semester dua, kamu harus mengambil mata kuliah Perkembangan Siswa yang mempelajari bagaimana tumbuh kembang anak dari berbagai aspek sejak dalam kandungan hingga dewasa dan siap menjadi pribadi yang mandiri di lingkungan masyarakat. Lalu ada mata kuliah Keterampilan Komunikasi yang Mendidik, Statistika Pendidikan, Perspektif Global Berwawasan ke-SD-an, dan Manajemen Pendidikan. Ada juga pelajaran Pra Kondisi ke-SD-an yang mengharuskan kita sebagai mahasiswa terjun langsung ke satu sekolah untuk melakukan observasi tentang bangunan sekolah, fasilitas dan infrastruktur sekolah, struktur organisasi sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah tersebut.

Pada semester tiga, kamu akan belajar tentang Teori Belajar dan Pembelajaran, Psikologi Pendidikan, dan Strategi Pembelajaran Kontemporer SD. Ada juga mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Seni Musik SD loh! Mata kuliah ini mengharuskan kita mempelajari berbagai alat musik yang akan dipelajari oleh siswa SD seperti pianika dan recorder.

Pada semester empat, kamu harus menempuh mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Evaluasi Pembelajaran SD yang mengharuskan kamu memahami cara menilai siswa dari empat aspek, yaitu kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap, psikomotorik, dan keterampilan.

Pada semester lima, kamu harus menempuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar, Pengelolaan Laboratorium ke-SD-an, Metodologi Penelitian Pendidikan, dan Pendidikan Seni Kerajinan dan Prakarya SD yang mengharuskan kamu bisa membuat prakarya apa saja dari bahan-bahan di lingkungan yang dekat dengan siswa. Biar para guru SD tidak gaptek, mahasiswa jurusan PGSD juga dibekali mata kuliah Media dan Sumber Belajar SD berbasis information and communication technology (ICT).

Pada semester enam, kamu harus mengambil mata kuliah peminatan. Mata kuliah peminatan terbagi dalam beberapa rumpun yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pendidikan Olahraga, dan Pendidikan Seni yang nantinya tiap rumpun terbagi lagi menjadi beberapa mata kuliah.

Pada semester ini, saya mengambil peminatan Matematika yang di dalamnya terdapat mata kuliah Kolokium Matematika SD dan Kapita Selekta SD. Lalu, ada juga mata kuliah Pendidikan Olahraga Rekreasi SD yang mengharuskan kamu menciptakan permainan-permainan yang menyenangkan bagi siswa, Pembelajaran Terpadu SD, Penelitian Tindakan Kelas, Pendidikan Seni Musik Lanjutan, Inovasi Pendidikan SD, Pengembangan Kurikulum SD, Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah, Pengembangan Media dan Bahan Ajar yang menjadikan kamu penulis buku, editor buku, dan penerbit buku dalam satu waktu, serta Micro Teaching yang mengharuskan kamu menjadi guru dan siswa di dalam kelas bersama teman-temanmu. Menantang bukan?

Pada semester tujuh, kamu harus menempuh mata kuliah Prakter Keterampilan Mengajar atau magang di sekolah dasar selama enam bulan. Pada saat magang, kamu akan mulai merasakan menjadi guru seutuhnya dengan mencoba mengajar siswa dari kelas 1 hingga kelas 5 SD. Merasakan langsung kasih sayang dari anak-anak dan menghadapi beragam tingkah laku anak-anak.

Banyak hal yang membuat saya terkesan selama masa magang ini. Salah satunya saya harus membersihkan siswa perempuan kelas 1 SD yang ingin (maaf) buang air besar karena ia belum bisa sendiri.

Lalu pada semester delapan, mata kuliah Seminar Usulan Proposal dan Skripsi sudah dapat diambil.

Bagaimana? Setelah membaca beragam mata kuliah di atas, apakah kalian masih menganggap jurusan PGSD adalah jurusan yang “main-main”?

Apalagi siswa di usia sekolah dasar sedang berada pada masa golden age atau usia emas yang sangat membutuhkan perhatian khusus dalam pembentukan pribadi dan karakternya, tidak hanya dari orang tua tetapi juga dari guru di sekolah dan lingkungan tempat mereka tumbuh.

Guru-guru di sekolah dasar akan menjadi guru-guru yang paling lama berkesan dan diingat oleh siswa karena mereka bersama selama enam tahun. Saya jadi teringat dengan puisi seorang pendidik dan ahli konseling keluarga Dorothy Law Nolte, judulnya “Children Learn What They Live”.

Puisi di atas benar-benar menggambarkan bagaimana anak-anak belajar dari kehidupannya dan guru harus mampu menjadi role model yang baik bagi anak. Untuk menjadi orang tua dari kurang lebih 30 kepala dalam satu kelas memang tidak mudah. Tetapi kita harus mampu berperan sebagai guru, orang tua, saudara, dan bahkan teman sebaya bagi siswa, serta melihat anak-anak melalui sudut pandang anak-anak pula.

(*)

Rahmi Islamiati

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Negeri Jakarta, 2015

Avatar

Updated: Katalog (Cerita) Jurusan

Administrasi Bisnis: Andika Abdul Basith (Unpad) 

Administrasi Publik: Arsyad Azizi Iriansyah (Unibraw)

Agronomi dan Hortikultura: Eska Ayu Wardani (IPB)

Analisis Keuangan: Melia Agustia (Polines)

Antropologi: Hanifati Alifa Radhia (Unibraw; bagian 1 | bagian 2)

Arsitektur Lanskap: Azka Lathifa (IPB)

Bahasa dan Kebudayaan Korea: Margareth Theresia (UI)

Bioteknologi: Shafira Adlina (UAI)

Desain Interior: Indah Arifallah (Itenas)

Desain Produk: Jamika Nasaputra (ITB)

Ekonomi dan Admintrasi: Putri Agustina (UNJ)

Geofisika dan Meteorologi: Nadita Zairina Suchesdian (IPB)

Ilmu dan Teknologi Kelautan: Fahmi (IPB)

Ilmu Ekonomi: Nurul Wakhidah (UGM)

Ilmu Keluarga dan Konsumen: Arina Zuliany (IPB)

Ilmu Perpustakaan: Dina Oktaviana (UI)

Ilmu Peternakan: Istijaar Akbarok (Unpad)

Ilmu Sejarah: Chintya Napitupulu (UI)

Kedokteran Hewan: Dimas Novianto (IPB)

Kehutanan: Mahasiswa X (UGM)

Keperawatan: Nahla Jovial Nisa (UI)

Kesejahteraan Sosial: Alfrojems (STKS)

Manajemen Destinasi Pariwisata: Riana Dwianny (STP)

Manajemen Keuangan: Fitri Safira (PPM)

Manajemen Rekayasa Industri: Dery Hefimaputri (ITB; ditutup]

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan: Ajeng Fitri (Unibraw)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab: Nur Adibatul Lutfiyyah (UNJ)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Mirtasari Lia Prastiwi (UNY)

Pendidikan Bahasa Inggris: Regina Marsaulina (UMSU)

Pendidikan Geografi: Ahmad Sajali (UNJ)

Pendidikan Luar Biasa: Lisfatul Fatinah Munir (UNJ)

Pendidikan PAUD: Jazilatun Nawa (IKIP Jember)

Perencanaan Wilayah dan Kota: Ria Erlani (UGM)

Rekayasa Hayati: Muhammad Fadhlullah (ITB)

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat: Annisa Amalia dan Syifa Sulistyoningrum (IPB)

Sastra Inggris: Anisah Fathiroh (Unair)

Sastra Jepang: Diana Aprilia (Undip)

Sastra Jerman: Pandu Akbar (Unpad)

Sastra Perancis: Atma Dewita (UI)

Sastra Rusia: Perdana Putri (UI)

Sistem dan Teknologi Informasi: Azka Ihsan Nurrahman (ITB)

Sosiologi: Aufa Apriliani (UI)

Studi Asia Pasifik: Annisa Istighfari (Ritsumeikan)

Teknik Bioproses: Kenny Lischer (UI)

Teknik Dirgantara: Putra Arri Sandhi (ITB)

Teknik Industri: Anselma Basuki (UI)

Teknik Mekatronika: Dhiya Hanifa (Polman)

Teknik Mesin dan Biosistem: Bagus Dwi Utama (IPB)

Teknik Mesin: Rahim Isnan (Unand)

Teknik Nuklir: M. Rizki Oktavian (UGM)

Teknik Pengairan: Vita Ayu (Unibraw)

Teknik Perkapalan: Dadi Bangun (UI)

Teknik Pertambangan: Riyan Kamil (ITB)

Teknik Pertanian: Tri Yulni (IPB)

Teknik Sipil dan Lingkungan: Alfandias Seysna Putra (IPB)

Avatar

Dari Mitos Menghafal UU Hingga Kasus Jessica-Mirna

“The Life of the law has not been logic. It has been experience.” Oliver Wendell Holmes, Jr

Mengapa Fakultas Hukum?

Saat saya kelas IX SMA, perjalanan pencarian jurusan kuliah bagi saya pun tidak bisa dikatakan mudah. Saya sempat mengalami fase beberapa kali mengganti tujuan jurusan kuliah. Sejujurnya, sejak saya SMA, saya menemui bahwa ketertarikan saya lebih banyak kepada isu-isu sosial dibandingkan dunia sains. Karena tertarik dengan isu-isu sosial, saya beberapa kali mengikuti kompetesi penelitian dan karya ilmiah di bidang sosial bersama teman-teman saya di suatu organisasi penelitian di SMAN 8 Jakarta. Namun, saat itu ayah saya bersikukuh bahwa penjurusan yang saya ambil saat SMA haruslah IPA. Ayah berargumen bahwa apa pun kelak jurusan perkuliahan yang saya ambil, mengambil penjurusan IPA saat SMA adalah keharusan untuk mengasah kemampuan logika. Sebenarnya, ayah dulu mengharapkanku saya bisa menjadi seorang dokter karena sejak kecil kemampuan saya di bidang sains memang lebih dominan.

Kondisi KRL Tahun 2000′an Awal. (sumber: Youtube)

Bagaimana akhirnya hati saya berlabuh pada Fakultas Hukum?

Sejak saya SMP hingga SMA, selama enam tahun saya menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) kelas ekonomi untuk ke sekolah. Hal ini dikarenakan jarak rumah saya dengan sekolah cukup jauh. Saya tinggal di daerah Depok dan bersekolah di Jakarta Selatan. Transportasi kereta adalah yang tercepat dan tampaknya saya tidak punya pilihan lain. Saya memilih sekolah yang sangat jauh saat itu tentunya karena ayah. Ayah saya selalu mengatakan, “Tidak pernah ada kata ‘jauh’ untuk belajar di sekolah yang terbaik”. ‘Keberanian’ saya naik kereta adalah pilihan yang saya ambil karena saya tidak mau merepotkan orangtua saya untuk mengantar-jemput.

Naik kereta ekonomi hampir setiap hari membuat saya berinteraksi langsung dengan berbagai realitas sosial. Melihat mereka yang meminta-minta, mereka yang berjualan, hingga mereka yang tak peduli dengan kondisi orang lain dalam kereta yang penuh dan sesak—ya tentunya kondisi kereta saat itu belum sebaik sekarang—karena hanya kereta ekonomi yang beroperasi sehari-hari.

Di antara hari-hari yang saya lalui, suatu hari saya harus mengalami hari dimana saya menangis terisak-isak di peron kereta saat berangkat ke sekolah.

Tahukah kamu apa yang terjadi saat itu?

Saat saya sedang menunggu kereta yang akan mengantarkan saya menuju sekolah, saya harus menyaksikan seorang anak jalanan yang meninggal di atap kereta dan menjadi abu. Anak itu sebatang kara, kerjanya menyapu atap kereta. Saat ia menyapu, ia terkena tegangan tinggi karena tak sengaja menyentuh voltase atap kereta dan meninggal dunia. Anak yang malang itu, yang hendak mencari uang untuk sesuap nasi, mengakhiri hidupnya hari itu juga. Saya menangis saat itu juga sekarang saat saya harus menuliskan kembali peristiwa tersebut. Saya tak tahu apakah anak itu memiliki keluarga atau tidak. Tapi yang saya rasakan anak tersebut harus menempuh berbagai perjuangan untuk bertahan hidup. Anak itu masih kecil, seharusnya dia pergi ke sekolah dasar bukan menyapu atap kereta.

Namun, tahukah kalian bagaimana respon orang-orang di sekitar saya?

Di tengah kebingungan, saya hanya bisa menangis. Saya menyaksikan orang-orang yang saya rasa sudah menyadari hal tersebut tidak menunjukkan reaksi apa-apa seakan itu hal yang biasa terjadi di kehidupan ibukota. Alih-alih mereka peduli bagaimana nasib anak tersebut, mereka semua sibuk saling bertanya kapan jadwal kereta selanjutnya dan mengeluh karena mereka takut telat.

Dari peristiwa tersebut, saya bertanya-tanya: Apakah nyawa di Negara ini tak ada harganya? Apa karena sang anak adalah anak jalanan maka kematiannya tak perlu dipikirkan? Bagiku, setiap anak adalah aset bangsa. Mereka yang seharusnya mendapatkan hak dan perlindungan dari Negara namun ironis menjadi korban kegagalan Negara melaksanakan tugasnya.

Semenjak saat itu pun saya berjanji, jika saya akan tumbuh menjadi seorang yang lebih ‘dewasa’ dan mendapatkan kesempatan untuk menyelami ilmu pengetahuan, saya ingin bisa membantu mereka yang selalu terpinggirkan oleh ketidakadilan, mereka yang menjadi asing karena status sosial, dan mereka yang tak tahu kemana mereka mengadu keadilan. Dan janji itu masih saya simpan sampai sekarang dimana saya masih menempuh studi jenjang S-2.

Mempelajari apa itu hukum bukan tentang bagaimana menghafal dan membangun logika saja, tetapi untuk menyumbangkan benih-benih kebaikan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang hidup di masyarakat lewat aturan-aturan yang patut dibela. Itulah mengapa fakultas hukum menjadi pilihan saya.

Fakultas Hukum dan Mitos Menghafal

Kalimat “Wah susah dong ya kuliah di Fakultas Hukum karena mesti hafal undang-undang” adalah kalimat yang selalu saya dengar ketika ada orang yang bertanya jurusan kuliah saya dan saya menjawabnya dengan percaya diri: fakultas hukum. Saya bisa bilang kalimat tersebut sepenuhnya salah. Mengapa?

Pertama, Mempelajari hukum bukan tentang menghafal Undang-Undang (UU) karena undang-undang atau peraturan tertulis lainnya hanyalah salah satu dari beberapa bentuk instrumen hukum. Bagaimana suatu UU bisa disahkan, bagaimana prosesnya, siapa yang membentuknya, dan pertimbangan apa yang diambil oleh para perumus adalah serangkaian kajian yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan menghafal. Kemampuan untuk membaca dan menganalisa berbagai permasalahan di masyarakat jauh lebih diperlukan. Menjawab bagaimana suatu peraturan bisa menyelesaikan permasalahan sosial bukan suatu hal yang mudah.

Saya akan mencontohkan salah satu hal yang sederhana yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua pasti pernah menemukan kemacetan dalam kehidupan sehari-hari, bukan? Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah kemacetan. Apakah kita harus mengatur perilaku pengemudi, atau kita harus mengatur jumlah kendaraan, atau kita harus mengatur jam operasi bus dan angkutan kota (angkot)? Dalam poin ini, kajian hukum tidak diselesaikan hanya dengan menghafal tetapi kemampuan menganilisis isu kemacetan dan mencari jalan keluar yang bisa disepakati untuk ditaati.

Kedua, semua profesi yang berkaitan dengan bidang hukum menggunakan berbagai kompilasi dan kumpulan peraturan dalam melaksanakan pekerjaannya dan tidak ada satu keharusan pun untuk menghafal setiap isi peraturan.

Contohnya mudah. Majelis hakim dalam memutus suatu perkara, mereka pasti membawa berbagai peraturan bersamanya. Atau lihatlah para anggota legislatif yang pasti membuka dan merujuk UU sebelumnya saat hendak melakukan revisi atau membentuk UU yang baru. Begitu pun para sarjana hukum yang bekerja di berbagai perusahaan yang selalu membawa peraturan perundang-undangan saat melakukan analisis ataupun bertemu dengan kliennya.

Pengalaman Selama Kuliah

Dalam Sebuah Diskusi Publik.

Pemberitaan di berbagai media di Indonesia pasti tak luput dari isu hukum. Masihkah Anda ingat kasus Jessica-Mirna yang tak henti-hentinya diberitakan oleh berabagi stasiun televisi? Atau kasus isu penistaan agama yang mewarnai Pemilihan Gubernur DKI Jakarta? Ya, isu-isu tersebut merupakan beberapa contoh dari beragamnya isu hukum.

Di Fakultas Hukum Universitas Indonesia sendiri, tempat saya dulu berkuliah, ada beberapa bidang hukum yang dipelajari, mencakup hukum perdata, hukum pidana, hukum acara, hukum bisnis, hukum hubungan antarnegara, hukum internasional, hingga hukum yang mengatur hubungan antara masyarakat. Isu-isu yang dibahaspun bisa sangat beragam dengan berbagai metode belajar seperti simulasi peradilan semu, membuat analisis suatu putusan hakim, sampai belajar membuat dakwaan.

Saya sebagai Pembicara Uji Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap Gugatan Class Action Pedagang, Januari 2016

Selama menjadi mahasiswa, saya mendapatkan kesempatan yang sangat beragam. Yang paling berkesan adalah kesempatan bergabung bersama Badan Ekesekutif Mahasiswa di tingkat fakultas, bidang sosial politik, dimana kami ikut membantu warga menuntut keadilan bersama Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Saya juga mendapatkan kesempatan menjadi pembicara di berbagai seminar dan melakukan jajak pendapat dengan berbagai lembaga negara seperti ketika jajak pendapat dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ketika mengerjakan Rencana Undang-Undang Penyandang Disabilitas.

Sebagai penutup, saya mau bertanya, “Apakah kuliah di Fakultas Hukum cuma untuk menghafal UU?” Semoga sudah bisa dijawab sendiri ya.

Berlin, 23 April 2017 

 (*)

Muthmainnah

Hukum 2011, Universitas Indonesia

Email: muthmainnah2011@gmail.com

Avatar

Ternyata Nuklir...

Apa yang terbesit dalam pikiran teman-teman ketika orang bilang “nuklir”?

Jawabannya tidak sulit ditebak. Pasti masih seputar bom atau radiasi, juga limbah berbahaya. Atau mungkin bagi yang suka nonton film, kebayang “Hulk” yang bermutasi gara-gara pancaran sinar gamma (salah satu sinar radiasi) atau teringat Tony Stark yang menggunakan reaktor nuklir dalam baju zirahnya.

Sumber gambar: https://vle.whs.bucks.sch.uk

Tidak sepenuhnya salah memang. Bahan bakar nuklir memang bisa digunakan sebagai bahan baku bom atom yang merupakan senjata paling mematikan di dunia. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki lebih dari 70 tahun lalu menjadi sejarah kelam perkembangan teknologi nuklir di bumi ini. Ditambah lagi ribuan bom atom, dalam berbagai jenis, yang dibuat dan diujicobakan ketika perang dingin menambah deretan kengerian energi nuklir.

Di sisi lain, pemanfaatan nuklir untuk kesejahteraan manusia selalu menuai pro dan kontra. Apalagi kalau bukan gara-gara potensi bahaya radiasi dan limbah dari reaktor nuklir. Radiasi nuklir dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker, mutasi sel, mandul hingga kematian. Juga, limbah reaktor nuklir dikenal sebagai limbah abadi yang akan bertahan di bumi hingga ribuan tahun.

Setelah baca ulasan di atas kok malah jadi takut ya?

Kuliah di teknik nuklir bisa bikin mandul...

Mandul, adalah salah satu stereotip yang begitu kental ketika mendengar kata nuklir. Memang di laboraturium (lab) kita akan sering berinteraksi dengan sumber radiasi seperti unsur Co-60, Sr-90, Cs-137 dan lain sebagainya, namun dosisnya sangat kecil, yaitu hanya puluhan Bq (satuan radiasi). Sumber sekecil itu jauh dari bisa memberikan efek apapun pada tubuh manusia.

Radioaktivitas yang bisa menyebabkan kemandulan (sementara dan permanen) sekurang-kurangnya berada dalam rentang GBq, miliaran kali lebih besar dari yang ada di lab. Sebagai tambahan, dosen-dosen kami yang sudah lama terpapar bahan nuklir di lab tetap mampu memiliki anak. Bahkan ada salah satu dosen yang mempunyai hingga 5 orang putra.

Belajar di teknik nuklir cuma diajarin bikin bom...

Realitanya, bikin bom nuklir nggak semudah bikin onde-onde Surabaya. Bom nuklir harus dibuat dengan bahan uranium atau plutonium dengan kadar pengayaan 90%. Kesulitan dan mahalnya biaya pembuatan itu pasti.

Kemudian, berbeda dengan jenis senjata pemusnah massal lain, bom atom semata-mata hanya bisa diproduksi oleh negara, bukan swasta atau bahkan individu. Itu pun dulu. Setelah ada perjanjian penggunaan nuklir untuk perdamaian di dunia, praktik pembuatan senjata nuklir sepenuhnya dilarang. Bahkan negara yang memiliki senjata nuklir, seperti Amerika Serikat dan Rusia, sudah diperintah untuk melucuti senjatanya. Jadi, buat kamu yang pengen masuk teknik nuklir karena ingin jadi mad scientist pembuat bom atom untuk menguasai dunia, segera urungkan niatmu!

Back to topic...

Di kampus tempat penulis belajar, teknik nuklir dibagi menjadi dua konsentrasi, energi dan medis. Mahasiswa yang terkonsentrasi di bidang energi akan belajar tentang pembangkit listrik tenaga nuklir alias PLTN, beserta bahan bakar dan pengolahan limbahnya serta pemanfaatan radiasi nuklir non-medis, seperti untuk perawatan alat industri, pengawetan makanan, pemuliaan tanaman, hidrologi dan lain sebagainya.

Sementara itu mahasiswa yang menekuni konsentrasi medis, selain belajar keteknikan, juga akan belajar beberapa materi kedokteran, seperti anatomi, histologi dan sebagainya. Ternyata nggak cuma jurusan kedokteran, teknik nuklir pun bisa kerja di rumah sakit juga.

Perkembangan dan masa depan PLTN di Indonesia

Memang semenjak Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berdiri puluhan tahun silam, kita belum pernah menyaksikan PLTN komersial dibangun di Indonesia. Sementara ini kita hanya mengetahui tiga reaktor riset milik BATAN yang ada di Tangerang Selatan, Bandung dan Yogyakarta. Namun, proyek pemerintah untuk pengadaan listrik 35.000 MW memunculkan sedikit ruang bagi PLTN sebagai potensi dibangun di Indonesia berdampingan dengan pembangkit energi baru dan terbarukan lain. Ditambah BATAN sudah membuat PLTN daya mini yang disebut Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Serpong sebagai langkah awal demontrasi reaktor daya komersil kepada publik dan pelatihan tenaga ahli Indonesia untuk pengoperasian PLTN.

Beberapa kali BATAN sudah menetapkan calon tempat pembangunan PLTN. Yang terbaru, Batam dan Kalimantan Timur menjadi tempat yang dikira sesuai untuk dibangun PLTN. Bahkan Batam dikabarkan sudah memasuki fase studi tapak untuk beberapa lokasi di sana. Pembangunan PLTN di Batam disinyalir dapat memberi angin segar pada perkembangan industri di Batam. Kemungkinan jika tidak ada kendala, kurang dari 10 tahun lagi Indonesia akan mempunyai PLTN yang mampu mensuplai listrik di Indonesia.

Perkembangan kontribusi nuklir di fisika medis

Fisika medis adalah salah satu bidang aplikasi teknologi nuklir yang paling berkembang dewasa ini. Indonesia sendiri sudah mengembangkan penerapan teknologi nuklir di kedokteran semenjak tahun 1960-an dan sejak tahun 1980-an beberapa rumah sakit di Indonesia mulai menyediakan praktik kedokteran nuklir. Setidaknya sekarang tercatat ada 15 rumah sakit di indonesia yang menerapkan aplikasi teknologi nuklir ini.

Utamanya, ada dua pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kedokteran, radiodiagnosis dan radioterapi. Radiodiagnosis berkaitan dengan penggunaan berbagai pencitraan yang berbasis teknologi nuklir untuk membantu dalam deteksi penyakit. Radioterapi di sisi lain, berkaitan dengan terapi penggunaan sumber radioaktif untuk pengobatan penyakit, kanker utamanya.

Penutup

Teknik nuklir ternyata memang tidak semenakutkan kelihatannya dan banyak penerapan teknologi ini yang tentunya berguna bagi kesejahteraan umat manusia. Buat kalian yang memang mau belajar teknologi terbaru dan suka tantangan, teknik nuklir sepertinya pilihan yang cocok.

(*)

M. Rizki Oktavian

Teknik Nuklir 2012, UGM

Avatar

Petani Masa Depan

Agro-ekonomi… Agronomi! “Jurusan yang pas banget nih”, berkata sendiri aku dalam hati. Dengan mantap dan tanpa kepo ke kakak kelas dan internet langsung memilih jurusan itu sebagai tangga menuju impianku. Tapi… tapi….

Di hari pertama orientasi mahasiswa, aku baru tersadar dengan terheran-herannya bahwa agronomi jauh dari ekonomi. Hahaha *ngetawain diri sendiri* Singkat cerita, ditariklah sebuah kesimpulan bahwa kalau mau masuk jurusan seputar bisnis, manajemen, atau ekonomi tapi tetap berkecimpung di dunia pertanian, jurusan yang paling tepat adalah Agribisnis bukan Agronomi.

Sehingga, untuk empat tahun ke depan sudah dipastikan kalau praktikum yang bakal dilakukan bukan di ruangan AC dengan banyak angka, tapi di tanah lapang di bawah terik matahari dengan banyaknya semut, cacing, nyamuk, dan rumput liar. Satu yang pasti adalah seorang lulusan jurusan Agronomi kulitnya akan tambah gelap.

Di jurusan Agronomi, para lulusannya akan dibekali ilmu bercocok tanam tanaman pokok di Indonesia seperti padi, jagung, tebu, sawit, teh kopi, coklat, buah-buahan, sayur-sayuran, dan (kalau tertarik) tanaman hias.

Kita akan lebih paham tentang cara menanam setiap tanaman karena tanaman memiliki kebutuhan cahaya, suhu, air, nutrisi yang berbeda-beda. Dan… ahli agronomi (agronom) tuh jagonya ya ngatur yang begituan. Sehingga para agronom masa depan diharapkan dapat mengelola faktor eksternal (lingkungan dan teknologi) dan internal (tanaman itu sendiri) untuk mendapatkan hasil produksi (panen) yang maksimal.

Mari kepoin mata kuliah apa aja yang akan dipelajari di jurusan Agronomi…

Di Agronomi kita akan belajar ilmu tanaman (fisiologi, genetik, dan mikrobiologi tanaman), ilmu tanah, pra- dan pasca-panen, irigasi, manajemen tanaman, dan ilmu gulma. Intinya semua tentang bagaimana menjadi petani yang dapat menggabungkan teknologi dan sumber alam yang dimiliki untuk bisa menghasilkan produksi yang maksimal tanpa merusak alam.

Selain itu, kita juga belajar tentang mesin-mesin pertanian seperti traktor, bajak, pemipil jagung, dan lainnya. Kita juga belajar mengenai ekspor dan impor komoditas pertanian, proses karantina tanaman, hingga bioteknologi tanaman dengan pendekatan pertanian di masa depan.

Secara teknikal, mahasiswa jurusan Agronomi akan sering merasakan bahagianya ngitungin anakan padi, jumlah hama, mencangkul, nyabutin rumput, dan merasakan bahagianya berkumpul dengan para petani untuk belajar langsung dari beliau-beliau. Memori HP akan penuh dengan foto di sawah, irigasi air, kebun stroberi, ladang jagung, cabai, kangkung, dan sawi. Hahaha.

Para lulusan Agronomi akan mengambil kontribusi dalam memajukan pertanian Indonesia. Namun, dengan seiring berjalannya waktu (apasih) para lulusan agronomi bisa bekerja di perusahan pertanian (baik milik negara/swasta seperti perkebunan sawit, tebu, coklat), perusahaan riset dan pengembangan hasil pertanian, entrepreneur (pertanian organik, hidroponik, urban-agriculture).

Ke depannya ilmu Agronomi akan lebih menuju kepada molecular plant (biasa disamakan dengan ilmu bioteknologi). Karena semakin ke sini suhu semakin tidak bersahabat untuk kebanyakan tanaman pokok, kualitas tanah semakin menurun, kekeringan semakin sering melanda sebagian belahan bumi, sehingga para petani masa depan mendapat tantangan lebih dalam mengatur kondisi lingkungan yang susah diprediksi dan dikendalikan.

Sehingga rekayasa genetika dari tanaman itu sendiri sangat dibutuhkan untuk bisa menghasilkan produksi yang maksimal walaupun dalam kondisi lingkungan yang terbatas. Seperti contohnya para agronom yang mencoba merekayasa padi yang memiliki ketahanan/resisten terhadap kekeringan, atau mencoba menciptakan jagung yang tahan terhadap penyakit tertentu. Hasil dari rekayasa genetik ini sering disebut “Genetic Modified Organism” atau GMO yang selama ini pro dan kontranya tidak pernah selesai.

Tapi GMO tidak se-mengerikan itu. Sebenarnya selama ini kita sudah sering mengonsumsi produk GMO, seperti kentang, golden rice, baby corn, seedless grape, dan lainnya. Kesimpulannya adalah menantu lulusan agronomi adalah menantu idaman. Karena tanaman aja diurusin apalagi kamu :3

(*)

Citra Recha Sari, 

Master by Research in Plant Biotechnology, University of Warwick

Agronomi UGM

Avatar

Menuju Kesejahteraan Sosial

Awalnya memang berat mempelajari sesuatu yang baru, apalagi sesuatu yang tidak pernah kita pelajari sebelumnya. Menariknya, saya tidak butuh waktu lama untuk jatuh cinta pada jurusan ini, Kesejahteraan Sosial. Selama empat tahun di bangku kuliah, nilai saya selalu bagus sampai saya tidak percaya. Menariknya lagi, saya dinobatkan menjadi mahasiswa berprestasi di kampus saya selama tujuh semester berturut-turut, sungguh hal yang di luar dari bayangan. Sayapun coba menerka, “Kok bisa?”.

Pertama, mungkin karena saya merasa beruntung bisa memperoleh kesempatan untuk kuliah di jurusan ini. Di selama kuliah saya merasa senang berinteraksi dengan banyak orang yang notabene memiliki beragam latar belakang. Sehingga secara tidak langsung saya bisa mempelajari keunikan manusia itu sendiri.

Kedua, saya jatuh cinta pada pernyataan “To help people to help themselves” yang sering diulang-ulang selama kuliah. Saya suka menolong orang. Tapi sayapun menyadari bahwa yang dapat menolong diri kita ya diri kita sendiri. Maka dari itu memahami dan menghargai diri sendiri dapat membantu kita menghadapi permasalahan yang datang.

Ketiga, saya tidak sedang mencari kebahagiaan karena dengan mensyukuri sekaligus ikhlas dengan apa yang telah kita peroleh setelah berusaha, kebahagiaan itu akan datang dengan sepenuhnya.

*

Banyak orang yang belum mengenal jurusan yang satu ini, walaupun jurusan ini sudah ada sejak lama di Indonesia. Saya sendiri diterima di jurusan ini karena sebuah kecelakaan. Saat saya bersedih tidak lulus banyak tes masuk kuliah, seorang teman mengajak saya jalan-jalan ke Gorontalo yang juga menyelenggarakan tes lokal masuk Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Saya juga tidak tahu banyak waktu itu. Maka dari itu, saya ingin teman-teman tahu bahwa...

Jurusan Kesejahteraan Sosial, menurut saya, adalah ilmu yang holistik sehingga tidak dapat berdiri sendiri sehingga sayapun belajar ilmu-ilmu lainnya, seperti psikologi, sosiologi, dan konsuling. Khusus di kampus saya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, mahasiswa diajarkan HBSE atau human behavior and social environment, dimana tujuan mata kuliah ini adalah melihat manusia dalam berbagai macam setting dan pengaruh lingkungannya terhadap perilaku yang dia tampilkan sebagai seorang Individu.

Dalam jurusan ini saya juga memperolah banyak pengetahuan seputar manusia dan lingkungannya. Kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan nilai kesejahteraan dari setiap individu (mikro), kelompok/keluarga (meso), serta masyarakat atau komunitas (makro). Kami juga memahami makna keberfungsian sosial, yaitu kondisi dimana seseorang, kelompok, ataupun masyarakat mampu untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan masalah, dan melaksanakan peran sesuai dengan kebutuhan. Yang mana semua pelajaran ini punya tujuan yang satu, yaitu kesejahteraan sosial.

(*)

Alfrojems

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, 2012

Email : alfro.jems@yahoo.com  

Avatar

Saya Bangga Berbahasa Arab

Bahasa Arab adalah satu-satunya jurusan yang ingin sekali saya masuki saat pertama kali mendaftar kuliah. It’s real! Mungkin karena background saya santri kali ya, jadi milihnya Bahasa Arab. Hmmm, nggak juga kok! Ini benar-benar murni dari hati, walau tak sedikit orang di sekitar saya yang mengerutkan dahi tanda heran, lalu berkata “Mau jadi guru ngaji lo ya? Haha”, “Mau kerja apa lo ambil jurusan Bahasa Arab?”, ”Mau jadi TKW?” dan seterusnya.

Namun serentetan pertanyaan-pertanyaan itu tidak membuat saya ciut dan mundur satu langkahpun untuk mengurungkan niat saya untuk masuk Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab. Saya percaya bahwa Allah akan mempermudah jalan orang-orang yang sedang mencari ilmu, apapun bidang keilmuannya.

Mau jadi guru ngaji? Why not?” Guru adalah pekerjaan yang sangat mulia lagi bermanfaat, ditambah lagi guru “ngaji” ini benar-benar bonus. Pahala berlipat ganda ketika kita ikhlas mengajarkannya.

“Sebaik baik kalian adalah orang yang belajar Al-quran dan mengajarkannya.”

 So, berbahagialah kalian yang diberi kesempatan untuk belajar Bahasa Arab.

Memang idealnya belajar di suatu lembaga pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas diri (self-improvement), bukan sekadar untuk mencari kerja. Namun, jaminan mendapatkan pekerjaan sebagai penopang hidup masa depan setelah lulus merupakan tuntutan dan kebutuhan tak terelakkan. Nah, oleh karena itu Jurusan Bahasa dan Sastra Arab hadir untuk:

+ Menghasilkan calon guru bahasa Arab dan tenaga kependidikan yang profesional dan memiliki keunggulan kompetitif. + Menghasilkan sarjana di bidang bahasa Arab yang bisa memenuhi kualifikasi profesional sebagai peneliti di bidang bahasa Arab dan pendidikan Islam. + Mencetak sarjana pendidikan Islam yang memiliki kualitas akademik tinggi sehingga bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. + Membekali mahasiswa dengan kemampuan berbahasa Arab yang memungkinkan mereka berpeluang untuk bekerja sebagai pegawai di kantor KBRI, penerjemah, guide, dan lain-lain.

*

Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab (PBSA) merupakan jurusan secara pokok merangkul tiga bidang ilmu yakni pendidikan, bahasa, dan sastra. Di kampus saya, UNJ, PBSA merupakan jurusan terakreditasi A. Kuliah di Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab dengan namanya yang menggunakan “Bahasa dan Sastra Arab” saya kira dulu jika berkuliah di jurusan ini, setiap hari mata kuliahnya adalah huruf gundul atau kitab kuning terus hehe.... Tapi ternyata tidak.

Perlu kita ketahui guys.. dalam mempelajari Bahasa Arab, kita harus mempelajari keterampilan berbahasa atau dalam Bahasa Arab, yaitu:

1. Mendengar

Keterampilan mendegar adalah keterampilan pertama yang harus dipelajari oleh setiap pembelajar Bahasa asing termasuk Bahasa Arab, sebab dengan mendengarkan kita akan tahu bagaimana penutur asli berbicara dengan logat aslinya. Dan dari mendengarkan kita dapat belajar secara langsung bagaimana cara kita mengucapkan huruf-huruf dalam Bahasa Arab juga kita akan belajar bagaimana untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mampu menyimpulkan isi dari bacaan, seminar, pidato, film, lagu dan sebagainya sehingga kita bisa mengucapkan dan menuliskan ulang dengan baik.

2. Berbicara

Sebagai calon pendidik yang profesional sekaligus pembelajar Bahasa Arab, mahasiswa juga dilatih bagaimana teknik mengemukakan gagasan, ide, pokok pikiran serta berkomunikasi secara lisan dengan menggunakan Bahasa Arab. Sebab, belajar bahasa adalah praktik dan pembiasaan dan di dalam belajar Bahasa Arab kita wajib mempraktekkan langsung dari apa yang telah kita dengar atau baca, agar kita terbiasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Arab.

3. Membaca

Dengan membaca, mahasiswa akan belajar secara komprehensif serta kritis dan kreatif, sehingga mampu menyimpulkan isi dari bacaan dan mempengaruhi pemahaman serta pengembangan kosakata yang terdapat didalam bacaan tersebut.

4. Menulis

Menulis adalah keterampilan yang dapat digolongkan pada tingkat kesulitan yang tinggi. Bertujuan untuk memberikan keahllian kepada mahasiswa agar mampu menulis fakta ataupun karya ilmiah dengan menggunakan kaidah berbahasa Arab dengan tepat. Menulis pun butuh pembiasaan. Jadi, jangan takut untuk menulis! Tuangkan gagasan-gagasan kreatifmu!

Nah, selain itu pada semester-semester berikutnya kita akan mengenal apa itu linguistik, fonologi, morfologi, sintaksis dan seterusnya di setiap semester. Tak hanya itu, kita juga akan mendapat mata kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan Berbahasa, tujuannya agar kita sebagai pembelajar bahasa asing sekaligus calon pendidik mengetahui dan dapat memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan berbahasa khususnya dalam mempelajari Bahasa Arab.

Oiya guys... nanti kita juga akan dibimbing untuk berkarya melalui Sastra Arab, bagaimana menciptakan sebuah cerita dalam drama menggunakan Bahasa Arab, menjadi pemeran teater, membacakan puisi berbahasa Arab, dan masih banyak lagi! Bergumul dengan novel-novel Arab, sajak-sajak pun akan menjadi santapan di setiap harinya.

Jadi, laa takhof wa laa tahzan... pendidik itu mulia dan pendidik yang hebat adalah ia yang memiliki self-improvement dan skill yang baik. 

Belajarlah. Berkaryalah. Sebab melalui sebuah karya lah kita akan dikenang.

(*)

Nur Adibatul Lutfiyyah

Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab 2012

Universitas Negeri Jakarta

adiba.lutfiyyah@gmail.com

Avatar

Mau Jadi Pengusaha Peternakan?

Dari  kata “peternakan” seringkali timbul pertanyaan di benak calon mahasiswa, “Menggembala ternak ngapain harus kuliah tinggi-tinggi?” Eits, sebelum (tidak) memilih jurusan ini, biar jelas ayo kita kupas seluk beluk dunia peternakan di kampus. 

Ilmu peternakan merupakan jurusan yang dikhususkan untuk teman-teman yang basic-nya dari IPA. Tapi ada juga loh anak IPS dan SMK yang nekat masuk jurusan ini. Ya selama dia mampu, kenapa tidak? Di beberapa kampus jurusan ilmu peternakan ini berdiri sendiri di Fakultas Peternakan, tapi tidak jarang ada bawah naungan Fakultas Pertanian.

Apa saja yang dipelajari di sini?

Jawabannya semua tentang peternakan! Contohnya, Fisika dan Matematika yang akan digunakan jika kita hendak membangun kandang. Belajar soal lingkungan dan iklim untuk mengetahui habitat yang cocok untuk ternak. Terus, Biologi, kesehatan hewan dan obat-obatan agar mampu mengetahui kesehatan ternak. Terus belajar Ekonomi, Hukum, dan Komunikasi yang akan membantu kita saat terjun ke masyarakat. Terakhir, ilmu terapan alias praktiknya!

Masalah apa yang bisa diselesaikan oleh lulusan ilmu peternakan?

1. Nutrisi dan pakan ternak, kita mampu menciptakan formulasi campuran makanan ternak untuk meningkatkan pertumbuhan ternak. Misal nih, di suatu daerah sangat banyak tanaman jahe, nah kita harus bisa memanfaatkan sumber daya alam yang ada, yaitu jahe tersebut, untuk dijadikan bahan makanan ternak. Tentunya dengan penelitian terlebih dahulu.

2. Produksi/Pembibitan, kita bisa melakukan rekayasa genetik atau melakukan tindakan khusus supaya ternak bisa menghasilkan bibit unggul.

3. Teknologi Hasil Ternak,  kita dituntut bisa menciptakan produk olahan hasil ternak yang berkualitas, dan bahkan menciptakan inovasi baru, misalnya dendeng kelinci. Pernah dengar?

4. Sosial Ekonomi, kita harus bisa terjun di masyarakat khususnya membantu para peternak rakyat dan meningkatkan perekonomiannya dari bidang peternakan. Kita juga dituntut mampu menjalankan suatu bisnis di bidang peternakan dengan perhitungan ekonomi yang tepat.

Perkembangan terbaru di bidang peternakan ada di beberapa aspek di antaranya, penerapan teknologi dan energi terbarukan, pengembangan kawasan peternakan terintegrasi, dan pengembangan kawasan peternakan berkelanjutan.

Sebagai mahasiswa peternakan, kami juga dilatih mampu mengurus semua jenis ternak, mulai dari memandikan sapi, potong kuku, periksa kebuntingan, menetaskan telur dengan mesin, memerah susu, menuntun sapi langsung menggunakan tali, dan teknik menggendong kambing/domba.

Yang paling berkesan selama belajar di jurusan ini adalah ketika saya mendapat kesempatan magang di Peternakan Ultra yang termasuk dalam lingkungan peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat dengan populasi sekitar 4000 ekor sapi. Walaupun peternakannya tergolong besar, semua dikelola dengan standar yang ada.

Sebenarnya, kami dibentuk untuk menjadi wirausaha di bidang peternakan. Tapi nggak masalah kalo teman-teman tidak berminat buat memulai bisnis/berwirausaha. Ada banyak kok perusahaan swasta atau milik pemerintah yang menampung lulusan sarjana peternakan.

So keep the spirit! Buat melanjutkan pendidikan ke universitas, apapun jurusannya yang penting jangan pernah berhenti berkarya.

(*)

Istijaar Akbarok, S.Pt.

Alumni Peternakan, Universitas Padjadjaran

istijaarakbar@gmail.com

Avatar

4 Tahun Belajar Pencitraan

Mari kita bermain sebut merek.

Kalau saya bilang, “Air mineral!” Merek apa yang terlintas dalam benak kalian? Bagaimana dengan mie instan? Pompa air? Pasta gigi? Kopi? Biskuit? Deterjen?

Lalu cocokkan dengan jawaban saya: Aqua, IndoMie, Sanyo, Pepsodent, Kapal Api, Roma, Rinso.

Sekarang kita ganti permainan, mari bermain sebut tokoh. Siapa tokoh pertama kali yang kalian pikirkan ketika saya sebut pesawat? Blusukan? Facebook?

Semua akan menjawab: B.J. Habibie, Jokowi, dan Mark Zuckerberg.

Ketika main sebut merek dan sebut tokoh, kalian menyebutkan jawaban yang hampir semua orang pasti menjawab itu. Kok bisa gitu sih? Nah, di jurusan saya, kita mempelajari bagaimana caranya sebuah merek, tokoh, dan karakter bisa nempel banget di masyarakat.

Jurusan apa sih?

Public Relations! Atau yang sering dibahasakan dengan Hubungan Masyarakat Di jurusan ini, bukan cuma merek dagang dan karakter orang yang bisa kamu ciptakan, tapi semua hal yang berkaitan dengan persepsi dan reputasi adalah tanggung jawab anak-anak PR (baca: pi-ar). Kalau kamu familiar dengan kata “pencitraan”, maka selama kuliah, kamu akan belajar segala hal tentang pencitraan. Which is good, karena pencitraan beda sama pembohongan publik.

Di jurusan PR juga akan menuntut kamu bisa paham gesture orang lain, bisa mempengaruhi orang lain lewat kata-kata, bisa negosiasi, tampil menarik di atas panggung dan juga di balik layar kaca. Semua itu karena PR berada di bawah bidang studi Ilmu Komunikasi.

Kerjaan yang bersenang-senang seperti bikin event, campaign, press conference, launching product, branding dan segala proses kreatif lainnya dikerjakan oleh mereka yang bergelut di dunia PR. Asik yah kuliahnya, kayak main-main.

Eits, tunggu dulu... kalau perusahaan lagi krisis, gonjang-ganjing kayak gempa bumi, bangkrut, karyawan diberhentikan, pimpinan korupsi, dan hal-hal krisis lainnya, tugas para praktisi PR lah buat menjelaskan semuanya secara ‘manis’ ke khalayak ramai. Ingat, secara manis loh ya, bukan berbohong. Hehe….

Buat yang suka jadi pusat perhatian, jurusan PR bakal ngasih kamu panggung buat mengeksplor kualitas diri. Mulai dari jadi MC, pengisi acara, sampai juru bicara presiden. Buat yang ngerasa dirinya introvert, panik di depan orang-orang, jangan khawatir, PR pun siap menampung kamu. Kamu bisa berkutat dengan pembuatan strategi, pembuatan berita dan masih banyak lagi.

Kalau kamu mau jadi wartawan, jangan masuk PR. Tapi, masuklah jurusan jurnalistik. Karena meski masih di bawah bidang ilmu komunikasi, pelajaran yang diambil amat berbeda.

Setelah kuliah di jurusan PR, saya jadi sangat membenci konotasi negatif tentang pencitraan. Setiap ada yang bilang, “Dasar lu, pencitraan!” rasanya ingin lempar sepatu dan bilang, “Hei... gue kuliah 4 tahun yang intinya belajar pencitraan!” Hahaha. Ini dia yang masih salah kaprah di masyarakat awam. Pencitraan masih punya konotasi negatif yaitu kebohongan publik. Sederhananya, pencitraan itu tentang menampilkan sisi-sisi terbaik yang kita punya.

Kesalahpahaman yang akan kamu dengar adalah saat kamu bilang kuliah di jurusan ilmu komunikasi, akan ada orang yang komentar, “Ooh kerjanya nanti di Telkom ya?” Saat kamu bilang ambil jurusan Hubungan Masyarakat (Humas alias PR), orang banyak bilang, “Ooh kerjanya nanti angkat telepon ya, di front office gitu?” Ada juga beberapa stereotip lain yang akan sering didengar, seperti anak PR cantik-cantik, suka dugem lah, cepat lulus lah. Big no! Jangan pukul rata karena semua tergantung orangnya.

By the way, dari obrolan di atas sudah terbayang tentang jurusan saya?

(*)

Mutia Adia Risjad | @mutiiadia

Public Relations, Unpad 2012

mutiaadia94@gmail.com

www.mutiiadia.tumblr.com

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.