Program Studi Filsafat: Perspektif Alumni
Halo, namaku Gea!
Tulisanku tentang jurusan/program studi filsafat sebenarnya sudah pernah dirilis di blog ini tahun 2014. Saat itu aku sedang menjalani perkuliahan tahun kedua di jurusan filsafat, Universitas Indonesia.
Sependek ingatanku, ada rasa bangga ketika bercerita tentang keberanian mengambil pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan yang tidak populer, haha. Keberanian atau kenekatan ini murni datang dari pikiran anak perempuan 17-18 tahun yang tidak punya pekerjaan impian dan hanya ingin kuliah berdasarkan pilihannya — tanpa peduli opini orang lain tentang keputusan itu.
(Sumber ilustrasi: pixabay.com)
Setelah versi pertama tulisan ini terbit, aku menerima e-mail dari teman-teman siswa SMA kelas 3 yang ingin bertanya lebih jauh. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah seputar bagaimana caranya meyakinkan orang tua. Aku sendiri tidak punya jawaban untuk itu.
Sebagai pihak yang membayarkan uang kuliah, orang tuaku tidak merasa berhak mengintervensi pilihan anaknya — mungkin seharusnya ada intervensi ya, hahaha. Sehingga, aku tidak melewati proses duduk bersama untuk menenangkan kekhawatiran orang tua tentang prospek kerja anaknya. Orang tuaku percaya bahwa aku akan bertanggung jawab dengan pilihan yang aku ambil secara mandiri.
Aku sadar sepenuhnya ini kemewahan yang tidak dimiliki setiap anak.
Sepuluh tahun kemudian, setelah momen memilih jurusan ini, tentu aku punya cara pandang yang berbeda tentang pemilihan jurusan kuliah.
Dulu aku pikir untuk menentukan pilihan tersebut kita perlu punya passion (minat/ketertarikan), atau sesuatu yang kita tahu persis kita memang suka dan bersedia bekerja keras untuk mengembangkannya. Tapi ternyata passion kita itu cair. Minat kita akan terus berubah seiring perjalanan.
Sebagai ilustrasi, ada yang yakin punya passion di bidang kedokteran tapi ternyata setelah menjalani pendidikan kedokteran yang panjang, dia merasa tidak cocok menjalani praktik klinis dan memutuskan bekerja membuat konten-konten kesehatan yang tidak mengharuskan pertemuan tatap muka dengan pasien. Dengan kata lain, passion tidak harus jadi prasyarat utama dalam pemilihan jurusan kuliahmu.
Aku sepakat dengan tulisan ini — apa pun jurusannya, yang perlu dipastikan adalah bagaimana kita bisa jadi sarjana dengan kemampuan membaca kritis dan menulis yang terstruktur sehingga bisa berpikir dengan baik. Ini modal dasar yang bisa digunakan untuk bekerja di bidang mana pun. Aku beruntung bisa belajar dua hal itu dari para pengajar jurusan filsafat dulu, terutama dari pembimbing skripsiku yang tekun dan sabar.
Pertanyaan lainnya adalah, “Belajar apa saja di Filsafat?” Ini daftar mata kuliah yang pernah kuambil:
- Semester I: Pengantar Ilmu Filsafat, Sejarah Filsafat Yunani, Logika
- Semester II s.d. VIII: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan; Epistemologi; Filsafat Islam; Filsafat dan Ideologi; Pengantar Filsafat Ilmu (introduction to philosophy of science); Sejarah Filsafat Modern; Metafisika; Filsafat Budaya; Filsafat Timur (eastern philosophy); Sejarah Filsafat Kontemporer; Filsafat Manusia; Filsafat Sosial; Estetika; Paradigma Feminisme; Hermeneutika; Fillsafat Politik; Filsafat dan Hak Asasi Manusia; Etika Terapan (applied ethics); Filsafat Lingkungan; Filsafat Pendidikan; Filsafat Bahasa; Fenomenologi; Filsafat Hukum; Pragmatisme; Filsafat Ekonomi; Filsafat Analitik; dan Metode Penelitian.
Susah nggak belajarnya? Susah, hahaha.
Materinya memang bukan pengetahuan teknis yang bisa langsung terpakai di dunia kerja, seperti maunya Pak Jokowi dan Mas Menteri Nadiem Makarim. Tapi aku menikmati prosesnya sambil sesekali berlinang air mata.
Omong-omong, hari ini belajar filsafat nggak harus lewat jalur formal kuliah. Kalau penasaran, kamu bisa belajar secara informal dari berbagai sumber. Aku sempat menulis rekomendasi singkat di sini. Daftar bacaan dari program S1 Philosophy, Politics, and Economics di Oxford University ini juga bisa jadi referensi. Kalau ingin menyimak beragam topik filsafat dalam Bahasa Indonesia, silakan berkunjung ke media sosial Martin Suryajaya, Filsafat Bersama Yayas, Schole_id.
Segitu dulu sharing tambahanku dari perspektif alumni jurusan Filsafat. Semoga bisa membantu teman-teman dalam membuat pertimbangan, ya.
Jika masih ada yang belum terjawab, silakan bertanya ke geacitta@gmail.com