Avatar

Dunia Kita Saja

@duniakitasaja

25 | ISFP | Indonesian | Always trying to be nice and positive 😉😉 insyaa Allah
Avatar
Baru satu hari terlewat setelah hari pernikahannya, Kami sudah saling mengungkapkan rindu.. Aku bahkan menangis tersedu.. Bahagia sebahagia2nya buat kamu..
Avatar

Tulisan : Yang Hilang, Berganti

Terasa tidak kalau semakin bertambah usia kita, rasanya semakin sepi. Satu per satu teman kita yang dulu sering pergi bersama, makan bersama, bicara tentang apapun, hilang dan pergi satu per satu. Pergi dalam hal ini bukanlah sebuah keadaan, melainkan sebuah pemaknaan.
Ada batasan-batasan baru yang terbangun di antara kita dan teman-teman kita selama ini. Cakupan pembicaraannya berubah. Mungkin, setiap orang merasakan krisis pertemanan seperti ini di usia-usia fase Quater Life Crisis. Teman kita yang pergi untuk sekolah, bekerja, atau menikah. Mereka sedang memasuki sebuah dunia baru, dunia yang berbeda dan kita sebagai orang yang mungkin belum berada dalam posisi itu, merasa ditinggalkan. Pada dasarnya setiap orang saat ini sedang berjuang (dengan cara dan wilayahnya masing-masing) untuk membangun kehidupan.
Teman yang baik adalah yang mendukung, mungkin bentuk dukungan yang paling mudah kita lakukan adalah tidak mengusiknya dengan tuntutan-tuntutan untuk kembali ke masa lalu.
Perkataan; “Kok kamu gak kayak dulu lagi sih?”, “Sekarang kamu susah diajak main!” dan semacamnya.
Kita tidak perlu menuntut teman-teman kita untuk selalu ada untuk kita, pada satu titik kita pun mungkin akan mengalami. Kalau saat ini belum, maka banyak-banyaklah belajar. Banyak-banyaklah mempersiapkan diri.
Sebab, suatu hari nanti. Beberapa tahun yang akan datang aku selalu berdoa bahwa kita semua bisa berkumpul, bercerita tentang kegelisahan hari ini dalam sebuah suasana bahagia. Mungkin kita juga bisa menertawakan diri kita sendiri hari ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi kita dari kesalahan dalam mengambil keputusan.

Yogyakarta, 27 April 2016 | ©kurniawangunadi

Avatar
Avatar
prawitamutia

aku ini orangnya norak dan nggak asik. tapi aku bahagia menjadi demikian.

kalau ditanya pernah traveling ke mana saja, jawaban aku hanya beberapa. aku suka traveling. tapi aku suka traveling kalau sama-sama keluargaku. pernah aku jalan-jalan sendirian. yang terbayang sepanjang perjalanan adalah–oh seharusnya adik-adikku melihat ini juga. aku nggak menikmatinya. akhirnya kalau aku punya uang, aku lebih senang traktir makan sekeluarga. rasanya lebih bahagia.

kalau ditanya tempat-tempat makan yang ngehits, aku juga hanya bisa menyebutkan beberapa. aku suka makan. tapi kalau dengan teman, aku lebih suka main ke rumahnya atau ke kosannya. untel-untelan sambil ngerujak atau ngebakso yang lewat. nggak perlu foto-foto kekinian untuk diunggah di sosial media. pertemanan denganku nggak seperti itu. aku lebih suka demikian, menjadi teman yang sama-sama apa adanya, mengenal keluarga teman-temanku.

kalau diajak ngobrol tentang barang-barang branded dan make up-make up branded, aku ngerti dan tau beberapa. aku juga punya satu dua kalau dihadiahi orang. tapi selebihnya, aku sih peduli amat. kadang aku malah kasian sama mereka yang mengagung-agungkan benda-benda mahal. harga diri kok ditentukan sama harga barang?

kalau diajak ngobrol tentang organisasi-organisasi keren dan gerakan-gerakan keren, aku sering tertarik tapi lebih sering karena penasaran aja. di rumah, ayah ibu selalu mengajarkan untuk lebih dekat sama tetangga daripada sama orang-orang jauh. keren itu kalau ke mesjid setiap shubuh. keren itu kalau menjenguk tetangga yang sakit. keren itu ikut karang taruna pemuda dan bikin panggung tujuh belasan untuk anak-anak kecil. ikut halalbihalal RT RW, ikut arisan dan pengajian. keren itu eksis di masyarakat yang sesungguhnya, yang paling dekat dengan kita.

aku mengakui betapa aku norak dan nggak asik. berteman denganku super nggak asik. tapi seiring berjalannya waktu, aku ngerasa banyak banget manfaat dari ke-nggak-asik-an-ku ini. paling enggak, aku nggak hidup sendiri dan cuma untuk diri sendiri.

besok-besok, anak-anakku mau aku ajarin begini juga.

Aku juga norak, dan aku menikmati itu. Ini tulisan gue banget lah pokonya 😁

Avatar

Teruntuk sahabat terhebatku, yang kuat hatinya, kuat raganya.. Jangan menyerah, tetap kuat, tetap tabah.. Semua yang ada di dunia itu sementara, begitupun luka yang sedang kamu alami.. Yakin dan percaya, semuanya akan berlalu, asal tetap berpikir positif ya sayang.. Semangat untuk sembuh.. aku doakan dari sini selalu untuk kesembuhanmu 😢 Kangen dikunjungi seminggu sekali sama kamu 😊 Cepet sembuuuh.. cepet sehat lagi... 12 Agustus 2016

Avatar
Hei kamu, ada banyak rencana juga impian yang belum kita wujudkan. Tapi Allah punya rencana lebih baik buatmu. Semoga buatku juga nanti.. Kapan-kapan, kita wujudkan impian kita yang mungkin akan tertunda cukup lama itu ya.. entah kapan sih.. Atau mungkin mimpi kita nanti tak lagi sama? Semoga ia, bisa mewujudkan impianmu ya.. - Sahabatmu yang sedang bersedih juga bahagia atas kabar bahagiamu - 😊😊😊😊😭😭😭😢😢😢😢😍😍😍
Avatar
Ketika duka, bahagia, kecewa datang dalam satu waktu.. Hanya tangis yang bisa menjadi penawarnya 😢
Avatar

Tulisan : Yang Hilang, Berganti

Terasa tidak kalau semakin bertambah usia kita, rasanya semakin sepi. Satu per satu teman kita yang dulu sering pergi bersama, makan bersama, bicara tentang apapun, hilang dan pergi satu per satu. Pergi dalam hal ini bukanlah sebuah keadaan, melainkan sebuah pemaknaan.
Ada batasan-batasan baru yang terbangun di antara kita dan teman-teman kita selama ini. Cakupan pembicaraannya berubah. Mungkin, setiap orang merasakan krisis pertemanan seperti ini di usia-usia fase Quater Life Crisis. Teman kita yang pergi untuk sekolah, bekerja, atau menikah. Mereka sedang memasuki sebuah dunia baru, dunia yang berbeda dan kita sebagai orang yang mungkin belum berada dalam posisi itu, merasa ditinggalkan. Pada dasarnya setiap orang saat ini sedang berjuang (dengan cara dan wilayahnya masing-masing) untuk membangun kehidupan.
Teman yang baik adalah yang mendukung, mungkin bentuk dukungan yang paling mudah kita lakukan adalah tidak mengusiknya dengan tuntutan-tuntutan untuk kembali ke masa lalu.
Perkataan; “Kok kamu gak kayak dulu lagi sih?”, “Sekarang kamu susah diajak main!” dan semacamnya.
Kita tidak perlu menuntut teman-teman kita untuk selalu ada untuk kita, pada satu titik kita pun mungkin akan mengalami. Kalau saat ini belum, maka banyak-banyaklah belajar. Banyak-banyaklah mempersiapkan diri.
Sebab, suatu hari nanti. Beberapa tahun yang akan datang aku selalu berdoa bahwa kita semua bisa berkumpul, bercerita tentang kegelisahan hari ini dalam sebuah suasana bahagia. Mungkin kita juga bisa menertawakan diri kita sendiri hari ini.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungi kita dari kesalahan dalam mengambil keputusan.

Yogyakarta, 27 April 2016 | ©kurniawangunadi

Avatar

romantis

“We do not see for those who love one another anything like marriage”

Kakak pernah berbagi cerita tentang pengalaman uniknya berkunjung ke sebuah klinik pengobatan di Bandung beberapa taun lalu. Klinik itu berisi sekumpulan ahli pijat yang terampil meredakan cedera akibat berolahraga atau berkendara. Banyak pesepakbola, yang menjadikan tempat ini sebagai “bengkel” otot dan tulang.

Malam itu, kakak mengantar teman perempuannya untuk mengecek nyeri di bagian bahu sehabis terjatuh keras. Terapis yang sedang kebagian jaga bernama Kang Tatang. Ia generasi kedua dari sang pendiri klinik yang telah malang melintang puluhan taun di dunia pijat memijat. Dengan kepribadiannya yang ramah, laki-laki berkumis lebat itu mencairkan suasana tegang dengan obrolan penuh canda.

“A, Teteh ini pacarnya?” tegur Kang Tatang. “Iya, Kang” jawab kakak malu-malu. “Tau enggak siapa laki-laki paling romantis?” kembali ia bertanya. Kaget, kakak cuma bisa nyengir dan menjawab enggak. “Laki-laki paling romantis itu suami. Pas anak-istri pengen liburan nih, dia sadar kalau tabungannya enggak cukup. Banting tulanglah si suami sampai lembur di kantor berhari-hari. Lembur capek enggak? Capek. Pergi liburan? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama anak-istri yang hepi walau pergi cuma dua hari dan besoknya kerja lagi. Romantis enggak?”.

Kagum dengan filosofi sederhananya, kakak tertegun. ”Sekarang, tau siapa perempuan paling romantis?”. Kakak masih menggelengkan kepala. “Perempuan paling romantis itu istri. Waktu tau berangkat liburan akhirnya jadi, dia nih yang repot nyiapin tas, pakaian sampai makanan untuk semua. Nyiapin perlengkapan keluarga capek enggak? Capek. Pergi liburan? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama anak-suami yang hepi walau pergi cuma dua hari dan besoknya harus ngurus baju kotor lagi. Romantis enggak?”.

Tanpa menyisakan sedikitpun jeda, topik berikutnya lalu digulirkan. ”Tau enggak siapa pemuda paling romantis?”. Lagi-lagi, kakak menunjukkan ketidaktahuannya. “Pemuda paling romantis tuh mereka yang semangat membangun diri dan ngabisin waktu dengan hal positif demi pasangan masa depan yang masih disimpen Tuhan. Bangun diri capek enggak? Capek. Nungguin? Capek juga. Tapi kebayar lunas sama hubungan yang barokah nanti. Romantis enggak?”

Dulu, saya gampang banget menyematkan kata “romantis” sama sepasang kekasih yang mengekspresikan asmara penuh gelora. Sayang, banyak diantara mereka yang romansanya berakhir seketika dan tak berlanjut ke jenjang rumah tangga.

Nyatanya, cerita romantis itu enggak pernah jauh dari jangkauan kita. Bentuknya bukan tulisan, gambar atau film yang ditaburi banyak pemanis buatan. Lihat kedua orang tua kita. Ibu, perempuan tulus yang mengelola urusan rumah supaya semua berjalan mulus. Bapak, pria pekerja keras yang pantang lelah menghidupi seisi rumah. Keduanya memegang peranan penting untuk membudidayakan kasih sayang keluarga dengan penuh tanggung jawab. Kepaduan mereka berdua mengalahkan adegan cinta di sinema manapun.

Kenapa masih mencari episode romantis yang diada-ada?

Saya takjub dengan kebiasaan seorang mentor yang selalu bersikap manis kepada istrinya di usia yang telah menginjak angka 60 taun lebih. Saat kami sedang berbincang santai di pelataran toko, istrinya menghampiri beliau selepas bepergian. Kontan, beliau mendaratkan bibirnya di tengah kening istrinya. Perempuan itu pun menimpali dengan mencium tangan kanan suaminya penuh rasa hormat. “Oh ya, Satria. Ini istri saya. Sudah pernah ketemu belum?” tanya beliau. “Sudah, Om. Taun lalu” jawab saya sambil tersenyum simpul.

“Menurut saya, tiga itu yang disebut romantis. Kasih bunga, kirim cokelat atau sayang-sayangan anak muda yang masih cinta monyet mah bohong. Kebawa sinetron. Kalau betulan sayang mah harusnya dinikahin. Nah, alhamdulillah. Beres nih!” tutup Kang Tatang sembari menyelesaikan ikatan perban di bahu teman perempuan kakak.

Maka, wujud lain dari kasih sayang-Nya adalah ditetapkannya pernikahan sebagai hubungan yang menyempurnakan separuh agama, melanggengkan kisah romantis sepanjang hidup sebagai suami-istri dan mendorong setiap kebersamaan yang terjadi sebagai ibadah saat dijalankan dengan penuh ketaatan kepada-Nya. Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Avatar
naisaaqila

Iki. loh. bro. sis.

;)

Avatar

Sampai Batas

Suatu malam, saya bercakap dengan kawan lama yang akan menikah beberapa minggu lagi. Mungkin, semacam farewel masa lajangnya, sekaligus meminta nasihat-nasihat baiknya.
Aku : saya
Zahra : kawan lama, bukan nama sebenarnya
Cerita ini dimulai dengan obrolan ringan hingga berujung pada pertanyaan-pertanyaan di life-crisis.
Aku : Eh, kalau kamu mendapati sesuatu yang berharga, apakah kamu bersedia mengorbankan banyak hal dalam hidupmu? Waktu, tenaga, usia, pikiran, untuk memperjuangkannya yang belum tentu juga itu akan jadi milikmu?
Zahra : Aku mah realistis anaknya, susah ditanya begitu...
Aku : Haha..., gimana dong?
Zahra : Ini maksudmu, memperjuangkan X? (temanku ini menyebut nama seseorang yang aku taksir)
Aku : Kenapa sebut nama -_-
Zahra : Kalau kamu percaya bisa memperjuangkan agama lewat dia, baru deh.
Aku : Allahu Akbar!
Zahra : Pasangan hidup itu jalan, tujuannya Allah!
Aku : Siap, Bos!
Zahra : Pasangan hidup juga bukan pilihan, yang memilihkan Allah. Intinya ikut aja sama kata Allah. Kalau dibilang enggak, nggak usah maksa. Kalau dibilang iya, perjuangkan dan pelihara.
Aku : Bagaimana kita tahu, itu iya dan itu tidak?
Zahra : Beda-beda, aku sih ngasih batas tiga kali ke diri sendiri. Dalam hal apapun, kalau enggak berhasil di percobaan ketiga, berarti ada jalan lain.
Aku : Aku baru ke...
Zahra : Yang penting definisi jalan dan tujuannya yang harus jelas, kamu boleh ngasih batas yang berbeda, nggak mesti tiga kali kayak aku.
Aku : Aku paham! Aku tahu di mana batasnya! :)
Zahra : Siti Hajar dapat air setelah percobaan ke tujuh, iya gitu aja. Definisi jalan dan tujuan. Lalu apa batasnya. Coba sampai batasnya, kalau enggak, ganti jalan. Coba sampai batasnya, nanti Allah akan turun tangan.
Aku : Terima kasih :)
Zahra : Sabar ya, jangan melampaui batas.
Yogyakarta, 3 Maret 2016 | (c)kurniawangunadi
Avatar
reblogged
Kita tengah berjuang mengalahkan perasaan kita dengan keimanan, sebuah ketundukan dan ketaatan dalam ketetapan-Nya. Kita berjuang untuk melepaskan angan-angan dan harapan yang salah bersandar. Kita berjuang mengembalikan hati kita dalam genggam-Nya, semoga Allah menyelamatkan orang-orang yang lemah karena jatuh cinta. Kita percaya, kita tidak akan dibiarkan tersesat oleh-Nya. Rasa cinta-Nya selalu mampu mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan kita.

©kurniawangunadi

Avatar
reblogged
Avatar
hujanmimpi

mau bilang apa lagi?

Setelah ini lupakan apa yang seharusnya dilupakan Setelah ini abaikan segala yang perlu diabaikan Setelah ini hindari apa yang sudah sepatutnya dihindari Jika nanti ada yang bertanya kenapa bisa, bilang saja bahwa memang sudah sepatutnya terjadi Lalu jika hati dan pikiranku bertanya mengapa bisa Hanya senyum dan terima kasih yang bisa terucap

Hujan Mimpi Tangerang, Februari 2016
Avatar
Maka relakanlah, Agar yang lebih baik, Segera datang untuk menggantikan.

Nazrul Anwar

Avatar
Karena harapan yang kau gantungkan hanya pada Allah-lah yang akan membuatmu kuat hati dan lapang dada. Kesedihan pasti ada, tapi itu hanya sementara dan akan segera berlalu.
Avatar
Akhirnya.. Allah tunjukkan pada hari ini kenyataannya. Allah.. Allah.. lapangkan dada..
Avatar
Mengapa hati ingin terus bersuara, padahal mulut tak ingin bicara? Bukan tak ingin menyampaikan rasa, tak bisakah kau mengeja tiap asa yang hanya bisa kusimpan dalam dada?
Avatar
reblogged
Avatar
phyqchan

Kuberikan segenggam tangan; yang siap menangkap ketika kau jatuh yang sedia merengkuh ketika kau rapuh yang sigap memeluk ketika kau butuh

Dersik menyampaikan kabarmu Malam berkata kau baik-baik Tuhan berencana baik-baik Takdir mendekatkan baik-baik dalam rapalan malam yang mempertemukan

Aku berbisik; pada ingin dalam dingin, aku rindu, kamu.

Solo, 3 February 2016
Afebriani
Source: phyqchan
Avatar

Pepatah (dalam Teman Imaji 137)

Dalam hujan.
Desember tiga tahun kemudian.
“Saya punya permainan.”
“Try me.”
“Judulnya tebak pepatah.”
“Peraturan?”
“Saya sebutkan satu pepatah. Kamu artikan.”
“Gampang! Pasti aku menang.”
“Seekor pungguk merindukan bulan.”
“Seseorang jatuh cinta, namun cintanya tak terbalas.”
“Tapi dunia ini selebar daun kelor.”
"Tapi dunia ini sempit."
“Sehingga dimana ada gula, pasti ada semut.”
“Sehingga dimana ada suatu kebaikan, banyak orang merubung.”
“Lalu, bagai mendapat durian runtuh.”
“Lalu seperti mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka.”
“Pucuk dicinta ulam pun tiba.”
“Apa yang diidam-idamkan akhirnya datang.”
“Api tidak jauh dari panggang.”
“Kenyataan tidak jauh dari harapan.”
“Tidak seperti mencincang air.”
“Yang dilakukan tidak sia-sia.”
“Dia seperti jarum di tumpukkan jerami.”
“Dia seperti satu yang berbeda di antara sejuta yang serupa.”
“Kecil-kecil cabe rawit.”
“Kecil, tapi cerdas dan pintar.”
“Meski dia bagai air di daun talas.”
“Haha,” Kica terindir, “Meski dia berubah-ubah pendiriannya.”
“Anjing menggonggong, kafilah berlalu.”
“Tidak peduli apa kata orang.”
“Esa hilang, dua terbilang.”
“Berusaha terus hingga maksud yang diinginkan tercapai.”
“Sebab bermain air basah, bermain api hangus.”
“Sebab setiap pekerjaan pasti ada susahnya.”
“Semoga tidak bertepuk sebelah tangan.”
“Semoga cintanya berbalas.”
“Karena malu bertanya sesat di jalan.”
“Karena kalau tidak bertanya tidak akan tahu.”
“Maka saya tanya.”
“Eh, itu kan bukan pepatah!”
“Iya. Supaya tidak tersesat, saya mau tanya…”
Kica mengernyit, “Apa?”
“Maukah kamu menjadi teman perjalan saya – selamanya?”
Kica menggigit bibir. Banyu tahu. Kica tahu.
Banyu melanjutkan, “Kau lubuk akan tepian ilmu.”
“Kau adalah orang pandai, tempat bertanya.”
“Saya katak dalam tempurung.”
“Saya sangat sedikit sekali pengetahuannya.”
“Memang tidak ada gading yang tak retak.”
“Memang tidak ada sesuatu yang sempurna.”
“Namun kalau pandai meniti buih. Selamat badan ke seberang.”
“Tapi kalau pandai menjalani hidup, tujuan akan tercapai.”
“Asal berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
“Asal susah senang dibagi bersama.”
Banyu mengeluarkan sesuatu. Putih. Kecil. Bercahaya.
“Maukah kamu menjadi tujuan perjalanan saya – selamanya?”
Kica tak bisa berfikir. Memang tidak perlu dipikir.
Seperti biasa.
Banyu memahami apa yang tidak dikatakan dengan baik oleh Kica. Kali ini, Banyu mengatakan apa yang tidak Kica pahami.
Banyu tahu Kica tahu….
Mutia Prawitasari dalam “Teman Imaji” hal. 362-363
Source: phyqchan
You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.