Avatar

しない幽霊

@misunderstandingsawako / misunderstandingsawako.tumblr.com

"Thank you for smiling, thank you for talking to me, thank you for being so kind. You taught me so many feelings that I didn’t know until now. Thank you..."
Avatar

The Golden Spring

devgozaru​

“Sawako ya” Ging lalu mengambil secangkir teh yang ada di depannya, sambil memajukan bibirnya ia meniup teh hitam  itu secara perlahan, lalu dengan hati-hati meminumnya

“Haa, enaknyaa”

“Sawako terima kasih ya, teh buatanmu ini sangat enak” ujar Ging sambil meletakkan kembali cangkir teh itu ke atas meja

“Kalau tidak salah ada seorang nenek yang tinggal di kota N, namanya juga Sawako”

“Apa nanti ketika tua Sawako akan mirip nenek Sawako yang ada di kota N ya? Hahaha” ujar Ging sambil tertawa, ia berusaha mengganti susana canggung diantara mereka berdua tetapi seketika suasana yang canggung itu berubah menjadi hening

Sawako terus memperhatikan dompet yang tadi pagi sempat direbut Ging.

“Hoi” ujar Ging sambil mencubit pipi kanan gadis itu

Sontak kaget Sawako lalu menjatuhkan foto yang terselip di dompetnya, Ging mengambilnya secara perlahan, dilihatnya foto kedua orang tua Sawako dan Sawako kecil. Seketika Ging menyadari kesalahan yang dibuatnya semenjak bertemu dengan gadis manis itu, kembali dengan senyum polosnya ia berkata

“Jadi, dompet lucu ini bukan milik pria kekar tadi? Hehehehe..”

misunderstandingsawako:
Pipinya terasa panas, ditempat dimana Ging mencubitnya. Ia memegangi pipinya sambil menatap Ging dengan masih ada keterkejutan diwajahnya. Oh tidak, pasti mukanya memerah sekarang. Ia segera menunduk dan menyembunyikan wajahnya.
“I-itu milikku.” setelah beberapa detik berlalu, ia teringat sesuatu dan mengangkat wajahnya, berharap rona merah itu sudah menghilang disana.
“Ah ya. Tadi kau mengira ini milik pria kekar itu, kau pikir dia cowokku.” alisnya berkerut.
“Kau salah paham. Dia mau mencuri dompetku. Aku bahkan tidak mengenalnya.” lanjutnya.
“..dan sekarang, aku kehilangan setengah dari uangku. Hmm…. tapi beruntung tidak semua uangnya dicuri, ya kan tuan?” dia mencoba tersenyum seperti biasa. Namun tentu saja, ia menyesali setengah uangnya yang dicuri itu. Uang itu adalah gajinya sebagai pekerja paruh waktu di sebuah toko.
Ia pun mengambil dompet itu dari tangan Ging dengan sopan, menutupnya, dan mengembalikannya ke dalam tas belanjaan. Mau bagaimana lagi, uang itu sudah hilang. Slurrp.. ia meneguk teh hitamnya yang sudah tidak terlalu panas dan menikmati rasanya yang menenangkan.
“Aku senang kau suka tehnya..”
Avatar
devgozaru

Ging menghela nafas nya, setelah itu ia menatap kembali gadis di depannya

“Mmm, sebenarnya aku yang menghabiskan uangmu di supermarket M”

“Dan lagi pria kekar itu serasi sekali denganmu, jadi kupikir dia pacarmu, maaf!” ujar Ging sambil menundukkan kepalanya. Tidak terasa ia membenturkan kepalanya di meja makan

“Aku berhutang banyak nasi kotak padamu, dan secangkir teh yang lezat”

“Jadi, apa ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk menebus semuanya?” Ging lalu mendongak sedikit, ia menatap gadis itu.

Sawako tampak kebingungan, Ging menatapnya dengan pandangan yang bersungguh-sungguh. Tidak lama mereka saling memandang Ging lalu menunduk kembali sambil membenturkan kepalanya ke meja makan

“Apa yang kulakukan, posisi ini sungguh memalukan” ujar Ging dalam hati

Semua darahnya naik ke atas kepala membuat wajahnya terlihat sangat merah.

Sawako kembali terkejut mendengar pernyataan Ging. Jadi, semua nasi kotak ini dibeli dengan uangnya. Dan itu menghabiskan setengah isi dompetnya. Ia ingin angkat bicara namun suaranya tertahan mendengar pria muda didepannya itu terus saja bicara. Apalagi melihat bagaimana jidat pria itu ‘menjamah’ meja makan kayunya, untuk kedua kalinya.

“T-tttuan!” serunya seraya berdiri dan reflek mengulurkan tangannya, hendak mencegah namun tentu saja terlambat. Uluran tangannya justru membuat cangkir teh milik Ging terguling dan membasahi meja, serta pastinya kepala Ging.

“Ya ampun! M-mammamaaaaf!!!” dengan panik Sawako berdiri dan menjauhkan cangkir teh itu. Ia merogoh saku blusnya untuk mengambil sapu tangan dan buru-buru beralih ke samping Ging, mengelap kepala dan wajah Ging yang berlumuran air teh.

Tak lama ia sadar apa yang ia lakukan, dan sontak melempar sapu tangan berwarna biru muda itu ke meja. “Maaf! Maaf atas perlakuanku yang tidak sopan. Maaf..” serunya dengan formal sambil membungkuk minta maaf. 'Ini benar-benar memalukan!’ pikirnya.

Avatar

The Golden Spring

devgozaru​

“Sawako ya” Ging lalu mengambil secangkir teh yang ada di depannya, sambil memajukan bibirnya ia meniup teh hitam  itu secara perlahan, lalu dengan hati-hati meminumnya

“Haa, enaknyaa”

“Sawako terima kasih ya, teh buatanmu ini sangat enak” ujar Ging sambil meletakkan kembali cangkir teh itu ke atas meja

“Kalau tidak salah ada seorang nenek yang tinggal di kota N, namanya juga Sawako”

“Apa nanti ketika tua Sawako akan mirip nenek Sawako yang ada di kota N ya? Hahaha” ujar Ging sambil tertawa, ia berusaha mengganti susana canggung diantara mereka berdua tetapi seketika suasana yang canggung itu berubah menjadi hening

Sawako terus memperhatikan dompet yang tadi pagi sempat direbut Ging.

“Hoi” ujar Ging sambil mencubit pipi kanan gadis itu

Sontak kaget Sawako lalu menjatuhkan foto yang terselip di dompetnya, Ging mengambilnya secara perlahan, dilihatnya foto kedua orang tua Sawako dan Sawako kecil. Seketika Ging menyadari kesalahan yang dibuatnya semenjak bertemu dengan gadis manis itu, kembali dengan senyum polosnya ia berkata

“Jadi, dompet lucu ini bukan milik pria kekar tadi? Hehehehe..”

misunderstandingsawako:
Pipinya terasa panas, ditempat dimana Ging mencubitnya. Ia memegangi pipinya sambil menatap Ging dengan masih ada keterkejutan diwajahnya. Oh tidak, pasti mukanya memerah sekarang. Ia segera menunduk dan menyembunyikan wajahnya.
“I-itu milikku.” setelah beberapa detik berlalu, ia teringat sesuatu dan mengangkat wajahnya, berharap rona merah itu sudah menghilang disana.
“Ah ya. Tadi kau mengira ini milik pria kekar itu, kau pikir dia cowokku.” alisnya berkerut.
“Kau salah paham. Dia mau mencuri dompetku. Aku bahkan tidak mengenalnya.” lanjutnya.
“..dan sekarang, aku kehilangan setengah dari uangku. Hmm.... tapi beruntung tidak semua uangnya dicuri, ya kan tuan?” dia mencoba tersenyum seperti biasa. Namun tentu saja, ia menyesali setengah uangnya yang dicuri itu. Uang itu adalah gajinya sebagai pekerja paruh waktu di sebuah toko.
Ia pun mengambil dompet itu dari tangan Ging dengan sopan, menutupnya, dan mengembalikannya ke dalam tas belanjaan. Mau bagaimana lagi, uang itu sudah hilang. Slurrp.. ia meneguk teh hitamnya yang sudah tidak terlalu panas dan menikmati rasanya yang menenangkan.
“Aku senang kau suka tehnya..”
Avatar

The Golden Spring

Avatar
devgozaru

Kemudian gadis itu menarik lengan Ging menuju ke arah rumahnya. Ging mengikutinya sambil terdiam. Perasaannya tidak karuan sekarang. Dia ingin segera pulang dan menyantap nasi kotak yang dibelinya tadi. “Bagaimana kalau nasi kotaknya dingin, pasti rasanya biasa saja” begitu mungkin pikirnya.

Tidak berapa lama mereka kemudian sampai di rumah gadis itu. Mereka lalu masuk, dan Ging menunggu di ruang tamu. Gadis itu pergi ke dapur untuk mengambil kotak P3K, dan lalu pergi ke ruang tamu untuk mengobati luka Ging. Ging lalu meletakkan tangannya di atas meja dan gadis itu mulai mengobati luka di tangannya. Ging sesekali meringis kesakitan, sesekali ia mengamati wajah manis Sawako. Sesekali juga ia melihat jam di dinding, dan tumpukan nasi kotak yang ia letakkan di sebelahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu, tapi ia malu mengatakannya. Setengah jam berlalu.

“Nah, sudah selesai” ujar Sawako sambil tersenyum pada Ging.

Ging lalu menundukkan kepala mengumpulkan keberaniannya dan berkata “Terima kasih, tapi apa kamu tahu Rumah blok M/12 di komplek G? Aku tidak tahu jalan pulang” ujar Ging dengan wajah memerah.

“Blok M/12 komplek G?” ulang Sawako sambil membereskan kotak P3K-nya, dan mengembalikannya ke dapur. “Anda tinggal disana?” Setelah itu ia segera kembali duduk di ruang tamu.

“Tentu aku tahu, komplek itu tidak jauh dari swalayan M, kan? Hanya tinggal berjalan ke barat, sampai di persimpangan belok kiri, dan tinggal mencari nomornya. Ano.. tuan, anda ingin segera pulang?” Sawako melirik ke arah tumpukan nasi kotak yang dibeli Ging, dan menyadari bahwa nasi-nasi itu pasti akan segera dingin. Ah perhatiannya benar-benar teralih ke tangan Ging yang terluka, ia tak ingat soal nasi kotak itu.

“Hm.. tuan, kurasa nasi itu harus segera dimakan, mumpung masih agak hangat. Mungkin.. sebagai ucapan terimakasihku, aku bisa meminjamkan piring dan anda bisa memakannya segera..” Ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipinya karena malu, selama ini ia tidak pernah mengundang seseorang pun untuk makan dirumahnya. Apalagi orang yang sebelumnya belum pernah dikenalnya. Namun, mau bagaimana lagi. Ini juga karna Sawako yang telah menariknya kesana.

“.. dan lagi, aku akan membuatkanmu teh.”

‘Yah.. bagaimanapun, hutang budi itu harus dibayar, sekecil apapun!’ pikir Sawako.

Ia segera menyambar nasi kotak itu dan menyiapkannya dimeja makan kayu mahoni minimalis yang terletak diantara ruang tengah dan dapur.

“Kemarilah tuan..“

Setelah ia menyiapkan nasi kotak di meja, ia beralih ke dapur dan berkutat dengan cangkir-cangkir serta seduhan teh.

“Maaf, membuatmu menunggu..” serunya dari dapur yang tentu jelas terdengar, karena ruangan itu memang berdekatan.

“Terima kasih, aku sudah banyak merepotkan” ujar Ging

Ia masih merasa malu karena bertanya jalan pada gadis yang baru saja ditemuinya. Ging lalu menyantap nasi kotak yg ada di hadapannya sembari melupakan kejadian tadi. Sawako kembali ke dapur menyiapkan hal-hal lainnya. Ging melihat ke sekililing ruangan, memang bagaikan langit dan bumi, tempat yang dihuni wanita itu sangat rapi. Berbeda dengan kamar kosnya yang berantakan. Pandangannya terhenti pada Sawako yang sedang berada di dapur. Ging sedikit tersenyum melihatnya. Memang aneh rasanya menyantap makanan yang disiapkan seorang gadis di dapurnya.

“Oh iya namaku Ging, siapa namamu?” lanjutnya sambil melahap hidangan lezat itu. Ging tersenyum lebar sembari mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

Sawako meletakkan dua cangkir dalam nampan dan menghidangkannya di meja makan. Secangkir untuk tamunya, dan cangkir lain untuk dirinya.

“Sawako. Kuronuma Sawako.” ia mencoba tersenyum untuk menghargai senyuman lebar tamunya, namun karena begitu gugup ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan duduk di seberang meja.

“Maaf.. aku hanya punya teh hitam. Semoga kau suka. Hati-hati ,masih agak panas.” ia mengambil sumpit disampingnya dan merapatkan tangan.

“Selamat makan.” lalu ia mulai melahap nasi kotak nya. Terkadang ia memperhatikan cara makan tamunya yang lahap itu. Dan tersenyum kecil.

“Ngomong-ngomong.. Terima kasih. Aku mendapatkan dompetku kembali berkat bantuanmu. Itu sangat berharga bagiku. Ia merogoh tas belanja disampingnya untuk mengambil dompetnya. Ia tersenyum melihat foto kedua orang tuanya dan dirinya yang tersenyum bahagia kearah kamera. Namun, sesuatu membuatnya sedikit terkejut.

“U-uangku....” ia menghela nafas pasrah. “Sepertinya pria itu sempat mengambilnya. Padahal itu gaji keseluruhanku bulan ini..”

Avatar

"Excuse me.. Did you saw a girl with a brunette wavy hair around here?"

Avatar

Sawako looked up from a novel she was reading to a man who stood in front of him. Only one page again, and the novel will be finished. But of course she could’nt ignore when there was someone asked. Looked like he was looking for someone.

Image

“Wavy-brunette haired girl..?“ she put a paper bookmarks on the novel and looked around. The city park wasn’t too crowded, but it was not so hard to find a girl he was looking for.

“..but, there were many girls with wavy brunette hair here. Look..” she pointed her finger to a wavy brunette haired girl in white-hospital uniform suit near the pool with an old man in a wheel chair.

“..and there..” A girl in a group with the school uniform who took a selfie with her friends.

“.. oh, look at there too..” a little girl who crying to her mom, begging to buy a balloons.

“They have a wavy brunette hair.. e.. which one..?” Sawako had a feeling that her answer wasn’t helpful at all. And she felt ashamed about it.

Avatar

The Golden Spring

Avatar
devgozaru

Kemudian gadis itu menarik lengan Ging menuju ke arah rumahnya. Ging mengikutinya sambil terdiam. Perasaannya tidak karuan sekarang. Dia ingin segera pulang dan menyantap nasi kotak yang dibelinya tadi. “Bagaimana kalau nasi kotaknya dingin, pasti rasanya biasa saja” begitu mungkin pikirnya.

Tidak berapa lama mereka kemudian sampai di rumah gadis itu. Mereka lalu masuk, dan Ging menunggu di ruang tamu. Gadis itu pergi ke dapur untuk mengambil kotak P3K, dan lalu pergi ke ruang tamu untuk mengobati luka Ging. Ging lalu meletakkan tangannya di atas meja dan gadis itu mulai mengobati luka di tangannya. Ging sesekali meringis kesakitan, sesekali ia mengamati wajah manis Sawako. Sesekali juga ia melihat jam di dinding, dan tumpukan nasi kotak yang ia letakkan di sebelahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu, tapi ia malu mengatakannya. Setengah jam berlalu.

“Nah, sudah selesai” ujar Sawako sambil tersenyum pada Ging.

Ging lalu menundukkan kepala mengumpulkan keberaniannya dan berkata “Terima kasih, tapi apa kamu tahu Rumah blok M/12 di komplek G? Aku tidak tahu jalan pulang” ujar Ging dengan wajah memerah.

“Blok M/12 komplek G?” ulang Sawako sambil membereskan kotak P3K-nya, dan mengembalikannya ke dapur. “Anda tinggal disana?” Setelah itu ia segera kembali duduk di ruang tamu.

“Tentu aku tahu, komplek itu tidak jauh dari swalayan M, kan? Hanya tinggal berjalan ke barat, sampai di persimpangan belok kiri, dan tinggal mencari nomornya. Ano.. tuan, anda ingin segera pulang?” Sawako melirik ke arah tumpukan nasi kotak yang dibeli Ging, dan menyadari bahwa nasi-nasi itu pasti akan segera dingin. Ah perhatiannya benar-benar teralih ke tangan Ging yang terluka, ia tak ingat soal nasi kotak itu.

“Hm.. tuan, kurasa nasi itu harus segera dimakan, mumpung masih agak hangat. Mungkin.. sebagai ucapan terimakasihku, aku bisa meminjamkan piring dan anda bisa memakannya segera..” Ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipinya karena malu, selama ini ia tidak pernah mengundang seseorang pun untuk makan dirumahnya. Apalagi orang yang sebelumnya belum pernah dikenalnya. Namun, mau bagaimana lagi. Ini juga karna Sawako yang telah menariknya kesana.

“.. dan lagi, aku akan membuatkanmu teh.”

‘Yah.. bagaimanapun, hutang budi itu harus dibayar, sekecil apapun!’ pikir Sawako.

Ia segera menyambar nasi kotak itu dan menyiapkannya dimeja makan kayu mahoni minimalis yang terletak diantara ruang tengah dan dapur.

“Kemarilah tuan..“

Setelah ia menyiapkan nasi kotak di meja, ia beralih ke dapur dan berkutat dengan cangkir-cangkir serta seduhan teh.

“Maaf, membuatmu menunggu..” serunya dari dapur yang tentu jelas terdengar, karena ruangan itu memang berdekatan.

Avatar

The Golden Spring

Avatar
devgozaru

Dalam pelariannya itu Ging lalu kembali ke swalayan M, dia ingin membeli beberapa nasi kotak dengan uang yang dipinjamnya dari si pria kekar tadi. Sesampainya, disana dia melihat gadis itu sedang terdesak dalam kerumunan. Ia kemudian mengacungkan telunjuknya kebawah sambil mengatakan dengan keras

“Uang 100 ribu yen milik siapa itu!”

Kerumunan yang tadinya fokus berdesakan itu kemudian berubah menjadi kerumunan orang yang menundukkan kepala mencari uang 100 ribu yen yang ternyata hanya siasat dari Ging, terkecuali gadis itu.

Ging dengan santai melangkah ke depan dan bertanya pada penjaga toko

“Sisa berapa nasi kotaknya?”

Penjaga toko itu lalu menjawab

“Hmm, hanya sisa sepuluh, kenapa?”

“Aku beli semua” jawab Ging mantap.

Orang-orang tersentak kaget, mereka menatap Ging dengan tatapan yang tidak mengenakkan, mereka tidak percaya bahwa mereka telah ditipu oleh anak kecil.

“Semuanya 2500 yen” ujar kasir kepada Ging, sesampainya ia di meja kasir.

Ging kemudian mengeluarkan uang 2500 yen dan membayarkannya. Ia dan gadis itu lalu keluar dari swalayan M. Langit yang tadinya biru sudah berganti warna keemasan. Ging lalu menoleh ke belakang dan menatap gadis itu

“Ini, setengah dari nasi kotakku”

“Kamu sangat lemah, jadi makanlah yang banyak” ujar Ging sambil tersenyum

“Oh iya, selain itu..”

“Jika bertemu dengan cowokmu tadi tolong kembalikan ini, aku sangat berterima kasih padanya” Ging melemparkan dompet itu kembali ke pemilik sebenarnya yang ia tidak ketahui.

Sawako tersentak melihat dompet yang dilemparkan pria muda itu padanya dengan perasaan tak percaya. Awalnya ia ragu, benarkah itu dompetnya. Namun setelah ia buka, tanpa perlu mengecek jumlah uangnya, hanya dengan melihat fotonya beserta ayah-ibu nya yang terpajang disana, ia jadi yakin bahwa dompet itu benar-benar miliknya. 

“Dompetku! Kau mengalahkannya..??” ia menatap pria itu sejenak dengan masih terkejut.

“A-arigatouu...!” serta merta Sawako membungkuk padanya sebagai ucapan terimakasih.

Ia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang pria tak bersenjata didepannya ini bisa mengalahkan seorang pria kekar sendirian. Ia juga tidak pernah terpikir mengenai siasat kecil seperti yang dilakukan pria muda ini tadi. Itu hebat, sekali datang, tanpa perlu berdesakan di antrian panjang, pemuda itu langsung bisa membeli semua nasi kotak yang tersisa.

‘Yang tadi itu benar-benar mengejutkan, tapi melegakan..’ batin Sawako, dan tersenyum.

Ia tak sengaja melirik ke arah tangan kiri pemuda itu yang terluka, darah segar melumuri sebagian tangannya yang kemungkinan terkena pisau pria kekar tadi. Ini membuat Sawako terkejut dan merasa bersalah.

“Tuan.. tanganmu..” ia meraih tangan kiri pemuda itu untuk memastikan seberapa dalam luka disana. Melihat darah segar disana, tiba-tiba pikirannya melayang ke beberapa tahun lalu, ia mengingat wajah ibunya, wajah yang suram, kosong, dan tangan yang terkulai, serta darah yang menggenang dilantai. Membuat dadanya sesak, kembali dihujani perasaan yang aneh, serasa darahnya berhenti mengalir. Namun cepat-cepat ia berusaha sadar kembali pada kenyataan, dan situasi dihadapannya, berusaha menyembunyikan perasaan itu dalam benaknya.

Image

“Tuan.. kurasa ini cukup dalam! Ayo kuobati, rumahku tidak terlalu jauh dari sini..” dengan wajah tegang ia menarik pemuda itu segera untuk mengikutinya. Entah mengapa, ia merasa ini juga tanggung jawabnya. Perasaan aneh itu terus menghantui pikirannya.

Avatar

'What can i do now?? I have to go home now.. but..' she talked in her mind while stood in the bus stop. Her pale face told that there was something wrong with her. When she wanted to sit in the bench, she shocked, someone sat there, someone she knew as a new friend. "E??Kurapika-kun..?"

Avatar

It wasn’t his usual to go home by bus. He just feel like he going to go home by bus with no particular reason. He just opened his books before someone else called his name. “Sawako?”

“Are you going to take a bus too?

Avatar
“..not really. I-i mean.. i want to, but i can’t..” she turned her gazed, tried to hide her worried face. 
image
“By.. the way, since our last meeting i still owe thanks to you. Thank you for the noodles that time. May be it’s too late, but i.. really thank you.” she said with a bit guilt in her voice and bowed.
image

“You don’t have to thanks about that, it’s fine.” it would be strange if she’s the one who pay the noodles for him. “if you don’t take a bus then what are you doing here?” beside that, he noticed that there’s something wrong with her. “Are you alright?”

“I.. actually want to take a bus.. but i lost my wallet..” she took a deep breath and looked into her bag.

Then, she turned her gaze to the sky, it seems, it’s getting late. She had no cell phone to call a friend to help her. Beside, she didn’t want to bother them. This was her fault, if she kept her wallet properly, this wouldn’t be happen.

Image

“May be i will go home by foot now.. The evening air is so fresh.. and I have not been exercising.”

Avatar

The Golden Spring

Avatar
devgozaru

Ging kemudian bernafas lega melihat Sawako berlari meninggalkan mereka berdua.

“Hei gorila! Saatnya melepaskan taringmu!” Ging kemudian memelintir kotak nasi nya sehingga pisau yang masih menancap itu kemudian lepas dari tangan sang pemilik, ia lalu membuangnya sejauh mungkin.

“Jangan sok pahlawan kau!” ujar pria kekar itu sambil melepaskan tinju besinya ke arah Ging.

Ging terkena pukulan telak dan terpental 10 meter ke belakang, pria kekar itu menghampirinya perlahan, kemudian mengangkat Ging ke udara dengan satu tangan dengan tinju siap melayang.

“Ini kuambil ya” Ujar Ging sambil tersenyum dengan membawa dompet yang berasal dari saku celana pria itu. Ging lalu menendang perut pria itu hingga terjatuh lalu berlari sambil berkata.

“Aku pinjam dulu uangnya! Lain kali jika bertemu lagi aku akan mentraktirmu nasi kotak hahaha” ia berlari tanpa tahu yang dipegangnya adalah dompet milik nona Sawako. Pria itu berusaha mengejar Ging sampai kawasan district, sayang nya ia sudah menghilang dalam keramaian kota.

“...Ayooo silahkan dibeli dibeli! Hanya seminggu sekali, diskon beli satu dapat satu untuk nasi kotak isi telur ikan! Enak, murah, dan bergizi! Hanya ada di toko swalayan M! Iya ayo nyonya, tuan, silahkan silahkan..!!“ seru seorang wanita paruh baya menggunakan megafon menjajakan diskon nasi kotak yang dibicarakan pria muda tadi.

Sawako beradu diantara dorongan dan desakan beberapa orang disana yang mayoritas adalah ibu-ibu. Ini sungguh memusingkan. Sawako tidak terbiasa dengan suasana ekstrim seperti ini. Bahkan setiap hari ia telah terbiasa sendirian dan menghindari interaksi sosial. Beberapa ibu-ibu terlihat sampai kelelahan dan terjatuh akibat aksi saling dorong yang brutal itu, ada pula yang pingsan. Sawako sempat berfikir, ini medan perang atau swalayan?

“Aku beli! Nyonya..aku ingin beli..!” seru Sawako sambil berjuang untuk mendapatkan barisan terdepan. Setelah beberapa menit berada diantara lautan manusia itu ia sadar bahwa dengan diam saja dan mengantre tidak akan berhasil.

‘Ini seperti bukan diriku saja.. Berada diantara banyak orang begini.. Beteriak-teriak begini.. Tapi aku sudah berniat ingin membalas budi juga..’

Ia pun menambah tenaganya untuk menerobos, beberapa ibu mengomel padanya dan membuatnya berulang kali minta maaf. Beruntung Sawako memiliki gen ayahnya yang bertubuh kecil, ia pun berhasil menerobos ke depan.

“Nyonya, aku ingin be..” Brukk, seorang wanita bertubuh subur menubruknya dari samping dan membuatnya menubruk orang-orang dibelakangnya..

“Hei! Punya mata tidak? Hampir saja kau akan menjatuhkan nasi kotakku!”

“Ma-maaf, Nyonya.. Maafkan saya.. Maaf..”

‘Oh Tuhan, sampai kapan begini..’

Avatar

The Golden Spring

Sawako dan pria itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

“E?Diskon nasi kotak?” Sawako menatapnya bingung, di situasi begini orang itu malah membicarakan nasi kotak.

“Nasi kotak?” pria itu terkekeh dengan ironi. “Aku tidak butuh! Aku cuma butuh uang! Barulah dengan uang aku bisa membeli segalanya, bahkan seluruh nasi kotak di kota ini atau apapun, aku tidak akan kelaparan, aku bisa berkuasa!”

Dia menyelipkan dompet Sawako di sakunya, dan berjalan mendekati pemuda itu dengan wajah beringas.

“Lagipula, siapa kau? Ingin menolong gadis ini? Hah! Sok ikut campur! Kau ingin berkelahi denganku??”

Di samping itu, Sawako segera beranjak berdiri, mengibaskan pakaiannya yang ternodai debu, dan memandang cemas karah dua orang didepannya.

“Tuan! Cepat pergilah! Dia berbahaya.. dia punya belati..” Mendengar kecemasan gadis berambut hitam panjang itu si pria kekar semakin menyunggingkan senyum beringasnya.

“Dengarkan baik-baik ya! Nasi kotak seperti ini hanya ada saat diskon saja. Ini adalah nasi kotak dengan isi telur ikan yang hanya dijual di swalayan M setiap seminggu sekali. dan kamu harus berebut untuk mendapatkannya“ Ging menatap pria itu dengan sorot mata tajam.

“Jadi?” balas pria kekar itu dengan nada kesal.

“Bukan uang yang bisa mendapatkan nasi kotak ini, melainkan tekad! Jadi minta maaflah kepada seluruh penggemar nasi kotak di dunia ini!!” jawab Ging sambil mengepalkan tangannya.

“Sialan! jangan bercanda denganku!” pria kekar itu lalu menghunuskan pisau nya ke arah Ging, dengan cekatan Ging menahan serangan pria itu dengan nasi kotak yang dibawanya. Tangan kiri Ging sedikit terluka dan mengeluarkan darah merah segar. Isi dari nasi kotak itu berserakan di mana-mana.

“Sialan! kalau begini aku harus mengantri lagi tau!!” ujar Ging dengan nada kesal, ia kemudian melirik kearah Sawako yang dari tadi berdiri di belakang pria kekar itu dengan wajah cemas.

“Nona, tolong larilah ke swalayan M dan belikan nasi kotak untukku, ini uangnya” Ging lalu melemparkan uang koin 500 yen ke arah Sawako.

“Tuan! Awas!” Namun peringatan Sawako sama sekali tidak berguna, terlambat, beruntung pemuda itu berhasil menghindarinya dengan baik, dan membuat Sawako berfikir.
‘Pemuda itu berani sekali, memancing emosi pria kekar yang membawa belati. Sedangkan dia tidak membawa senjata apapun. Hanya nasi kotak. Syukurlah dia bisa menghindarinya, hanya saja tangannya tergores..’
Sawako yang sedari tadi hanya memperhatikan dari belakang, terkejut menerima seruan dari pemuda itu dan refleks menangkap koin yang dilemparkannya. Tak perlu pikir panjang, ia mengangguk dan belari ke arah toko swalayan M.
‘Bagaimanapun, pemuda itu telah menolongku, kalau dia tidak datang dan mencuri perhatian pria kasar itu, mungkin aku sudah dipukuli dan dompetku dibawa lari.. Paling tidak, dengan begini aku bisa sedikit membalas budi..’ pikirnya dalam hati. Sementara itu, kedua orang dibelakangnya sepertinya akan berkelahi.
Avatar

The Golden Spring

Angin musim semi berhembus lirih, menggetarkan kelopak-kelopak sakura yang bermekaran dirantingnya. Langit pada minggu pagi ini begitu cerah, sang surya seakan menumpahkan surai keemasannya di jagat raya. Sawako berjalan santai melewati sebuah gang sepi. Tadi sehabis berbelanja beberapa bahan pokok, ia ingat bahwa ia sedang memanggang kue dirumah. Jadi ia memutuskan untuk mengambil jalan pintas tercepat menuju rumahnya. Namun, mungkin itu bukanlah pilihan yang baik. Gang itu tidak hanya sepi, namun sempit dan hanya memiliki satu jalan. Pada awalnya, Sawako tidak ingin berpikiran macam-macam, namun tiba-tiba seorang pria berotot menghadangnya dan mengacungkan belati.

“Berikan padaku!” pria itu menarik paksa tas belanjanya, memuntahkan semua isinya ke tanah dan menemukan dompet Sawako diantaranya.

“Bagus!” pria memungutnya.

“K-kembalikan…!”

“Berisik!” ia mendorong Sawako hingga terjerembab ke tanah. Sawako bukanlah gadis yang kuat, namun dia juga tidak bisa merelakan benda berharga miliknya begitu saja.

Avatar
devgozaru

Di lain tempat seorang pria muda baru saja keluar dari swalayan. Hari ini swalayan M sedang mengadakan diskon untuk setiap pembelian nasi kotak. Sambil berjalan dia melihat ke dalam dompetnya yang hanya berisi beberapa uang receh dalam bentuk yen. Pria ini adalah anak kos, dia sudah lulus tahun lalu. Jadi kau tidak perlu memikirkan apa pekerjaannya sekarang. Nama pria ini adalah Ging Freecss.

“Hehe, beli satu bento gratis satu” gumam nya di perjalanan pulang. Sesampai nya di persimpangan jalan sejenak dia berhenti dan mulai berpikir.

“Aduh, aku lupa jalan pulang” sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

“Oke pilih kanan saja” sambil melewati rumah kost nya yang ternyata berada di simpangan sebelah kiri, pria ini terus berjalan dengan mantapnya.

Dia sampai di sebuah gang yang kecil, disana ia melihat seorang pria berbadan kekar dan seorang gadis sedang bertengkar, sebenarnya mereka tidak bertengkar, pria kekar itu ingin menyakiti gadis yang ada di depan nya. Tapi mau bagaimana lagi, itulah yang dipikirkan oleh Ging.

“Hei kalian!” Ujarnya sambil mengangkat barang belanjaan yang hanya berisi dua nasi kotak itu.

“Jangan bertengkar”, “ Hari ini di swalayan M ada diskon nasi kotak besar-besaran lo” ujar Ging dengan wajah serius.

Sawako dan pria itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

“E?Diskon nasi kotak?” Sawako menatapnya bingung, di situasi begini orang itu malah membicarakan nasi kotak.

“Nasi kotak?” pria itu terkekeh dengan ironi. “Aku tidak butuh! Aku cuma butuh uang! Barulah dengan uang aku bisa membeli segalanya, bahkan seluruh nasi kotak di kota ini atau apapun, aku tidak akan kelaparan, aku bisa berkuasa!”

Dia menyelipkan dompet Sawako di sakunya, dan berjalan mendekati pemuda itu dengan wajah beringas.

“Lagipula, siapa kau? Ingin menolong gadis ini? Hah! Sok ikut campur! Kau ingin berkelahi denganku??”

Di samping itu, Sawako segera beranjak berdiri, mengibaskan pakaiannya yang ternodai debu, dan memandang cemas karah dua orang didepannya.

“Tuan! Cepat pergilah! Dia berbahaya.. dia punya belati..” Mendengar kecemasan gadis berambut hitam panjang itu si pria kekar semakin menyunggingkan senyum beringasnya.

Avatar
Avatar
psychohelmet

Gekkan shoujo Nozaky-kun

Avatar

❤ Favorite Male: Mikoshiba!!❤ Favorite Female: Kashima❤ Favorite Pairing: ALL OF THEM ❤ Least Favorite Character: Nobody lmao❤ who’s most like me: Mikoshiba mixed with Mayu❤ most attractive: Kashima lmao❤ three more characters that I like: Everyone

Avatar
Avatar

The Golden Spring

Angin musim semi berhembus lirih, menggetarkan kelopak-kelopak sakura yang bermekaran dirantingnya. Langit pada minggu pagi ini begitu cerah, sang surya seakan menumpahkan surai keemasannya di jagat raya. Sawako berjalan santai melewati sebuah gang sepi. Tadi sehabis berbelanja beberapa bahan pokok, ia ingat bahwa ia sedang memanggang kue dirumah. Jadi ia memutuskan untuk mengambil jalan pintas tercepat menuju rumahnya. Namun, mungkin itu bukanlah pilihan yang baik. Gang itu tidak hanya sepi, namun sempit dan hanya memiliki satu jalan. Pada awalnya, Sawako tidak ingin berpikiran macam-macam, namun tiba-tiba seorang pria berotot menghadangnya dan mengacungkan belati.

“Berikan padaku!” pria itu menarik paksa tas belanjanya, memuntahkan semua isinya ke tanah dan menemukan dompet Sawako diantaranya.

“Bagus!” pria memungutnya.

“K-kembalikan...!”

“Berisik!” ia mendorong Sawako hingga terjerembab ke tanah. Sawako bukanlah gadis yang kuat, namun dia juga tidak bisa merelakan benda berharga miliknya begitu saja.

Avatar

MEET SOMEONE ( geneinomachi - misunderstandingsawako )

"hmmm yes…since they aren’t to agressive…but Mio is very calm (with me)…" she says, while she’s petting Mio and he accepts her affections normally. "Maybe you should train the trustful between you and he again… but how?"

“I.. don’t know..” That would be difficult but she promised to herself she had to do it, in the right time, maybe. She turned her gazed to the house in the corner of the the bend.

“Look! That’s Obaa-san’s house.” Sawako felt a bit relieved and brought them to that house, just a little house, but looked so beautiful with the plants and the flowers. She knocked the door and called Obaa-san, but there was no answer.

“It seems Obaa-san is not at home...” She looked so worried, but she had an idea.

“What if i bring you to my house? I’m really sorry.. I don’t know when Obaa-san will come, but if you don’t mind, i would be thankful if you want to wait a little longer in my house.. It’s not far from here. I lived in the next Obaa-san’s house. Yes, this is my house..” She was right, that was not far, just a few steps and they can found Sawako’s house. Not so big, from the outside, the font yard was full of many plants and flowers, just like Obaa-san’s.

Image

“I will make you an ocha, as a thank you and sorry... Will you come in?”

Avatar

'What can i do now?? I have to go home now.. but..' she talked in her mind while stood in the bus stop. Her pale face told that there was something wrong with her. When she wanted to sit in the bench, she shocked, someone sat there, someone she knew as a new friend. "E??Kurapika-kun..?"

Avatar

It wasn’t his usual to go home by bus. He just feel like he going to go home by bus with no particular reason. He just opened his books before someone else called his name. “Sawako?”

"Are you going to take a bus too?

Avatar

"..not really. I-i mean.. i want to, but i can't.." she turned her gazed, tried to hide her worried face. 

Image

"By.. the way, since our last meeting i still owe thanks to you. Thank you for the noodles that time. May be it's too late, but i.. really thank you." she said with a bit guilt in her voice and bowed.

Avatar

MEET SOMEONE ( geneinomachi - misunderstandingsawako )

"Ah… well, Danchou won’t like this, but I’ll let a note to him and the others, and I can return with you two for your house."

Machi, with Mio on her shoulders - it refuses leaves Machi -, takes a piece of paper and writes something, putting near to the table next to her. Carring Mio like a baby, she goes in direction of Sawako. Machi tries to return the cat for the girl, but it grabs her blouse with its thin nails.

image

"Let’s go! …I think you two will delay for make up with each other."

They walk down the uphill street, it seems it's getting late, the sky painted by beautiful red-orange's sun light. She wasn't used to walk home with someone she never knew before, but it felt comfortable. Sometimes she glanced at that girl and Mio, it was so interesting to look them and so happy to realize that she wasn't walked alone.

"Do you like cats..?" she asked "I'm sorry.. i just want to know.. It seems like Mio likes you a lot.."

Avatar

MEET SOMEONE ( geneinomachi - misunderstandingsawako )

"Oi oi…" Machi looks the cat running to her and scraping its nails on her. She couldn’t avout the action of the afraid cat. After the cat find some protection on her scratched arms, Machi dominates his tension just keeping him like a baby between her arms. "What you have done to this cat?" she questions to Sawako.
Mio found some protection on Machi’s arm, staying quiet, looking to Machi. But she’s a bit troubled with that scene. But she has patience with the cute cat.
"Mio-chan… try to stay quiet with your owner, I promisse she won’t do anything bad with you. Understand?"
The cat just hears her and keeps looking to the pink-haired girl.

Sawako remember an incident when Mio began to dislike her. At that time, she was about to go to school, Obaa-san,her neighbor was playing with her cat,Mio. Because that day Sawako has a schedule for cleaning the classroom, she hurried away and accidentally stepped on Mio's tail. Of course it makes Mio shock and pain. She was guilty and ashamed.

Sawako told it to the pink-haired girl, and said, "..since then, Mio always avoid me. Maybe, she's still upset with me. But , yeah.. it was my fault. Someday, I'll find a way to make up with her." She sighed, "..well, maybe not today." There was a silence between them. Sawako noticed how mio so wanted to be with that girl, and she though about the only way to brough Mio home.

" I'm sorry, i think i have to trouble you again, but..Will you bring Mio home?" there was a bit guilt in her voice.

Image

" If you agree with it. I surely will accompany you and show the way.." she pleaded with confidence. "I would be very grateful."

Avatar

MEET SOMEONE ( geneinomachi - misunderstandingsawako )

Machi took the crumbs and gave to Mio. The cat looks the crumb on her hands and smells the air, in direction of her.

"Look, you will gain food if you come here… I think you’re hungry, right?" Machi says, moving the crumb for each side, trying to attract Mio. She follows Sawako’s advices about cat’s feelings.

The cat approaches slowly, just for the food. It seems still scared, but the good smell of the cookie’s crumbs attracts the feline.

"Yees… come!" again, doing a cutie voice for it.

Mio looks hungry, and with this lucky, Mio comes to Machi and eats on Machi’s hand.

"Ohhh… look, now you can give and catch it!" Machi says to Sawako.

image

She didn't think that it would actually work. Finally, they got what they were looking for this whole day.

"Oh great! You did it!" Sawako looked so happy. "..now i can bring Mio to Obaa-san."

Sawako tried to catch Mio. But, what she did just made Mio shocked, so Mio hurriedly run to the pink-haired girl's arm, and scraping its nails there. But it looked like Mio just want to be with that girl.

"I-i'm sorry! Your arm is hurt! Sorry!" she confused.

"..now i make your arm injured, and i can't catch Mio, i'm sure Mio didn't want to be with me, and how do i give it back to Obaa-san, how do i make amends to you....?"

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.