MASGUN

@kurniawangunadi / kurniawangunadi.tumblr.com

Kurniawan Gunadi, lebih sering disapa Masgun. Seorang suami, ayah, sembari menjadi penulis fiksi. Saat ini tinggal di Yogyakarta sembari menjalankan sebuah kafe bernama Wuffy Space Jogja.
Avatar

Ramadan #29

Cawan hanya akan mengeluarkan apa yang menjadi isinya. Kalau isinya air, maka yang akan tertuang adalah air. Kalau isinya kopi, yang tertuang juga kopi. Isinya susu, yang akan tertuang juga susu.

Seperti itulah kita melihat ke diri sendiri, selama ini apakah yang keluar dari pikiran, lisan, dan tindakan kita. Kalau sulit melihatnya, minta orang lain untuk melihat diri kita sendiri seperti apa, apa yang mereka lihat dan rasakan selama ini tentang diri kita sendiri.

Jangan-jangan selama ini, kita tertipu dengan diri. Merasa diri sudah baik, ternyata yang keluar dari dalam diri kita adalah muntahan-muntahan kalimat negatif, pikiran negatif nan pesimis, kasar, kalau bicara tidak mampu memfilter kata-kata, dan tetap merasa diri telah berbuat hal yang benar dan membenarkan karakter diri yang demikian.

Astaghfirullah hal adzim.

Di salah satu kajian Ust. Adi Hidayat, saya pernah teringat bahwa salah satu ciri orang beriman itu tenang, tidak hanya dirinya. Tapi membuat orang-orang di sekitarnya juga tenang ketika bersamanya. Ini bikin refleksi lagi, apakah selama ini orang-orang disekitarku merasa terusik dan tersakiti oleh perilaku/lisanku dalam ketidaksadaranku? Atau mereka merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi? Dan rasa-rasa lainnya.

Memang paling benar sebelum kita menilai orang lain, mari belajar untuk menilai diri sendiri. Khususnya di bulan ramadan yang penuh dengan refleksi diri ini.

Semoga kita semua bisa menjadi cawan dengan isi yang baik, sehingga apa-apa yang keluar dari diri kita adalah hal-hal baik, diterima oleh orang-orang di sekitar kita juga hal yang baik dan bermanfaat.

Aamiin

Avatar

Ramadan #28

Dalam rangka menyelesaikan 2 tulisan di draft yang belum selesai di ramadan kemarin :) وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ۝١٠ Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.”

Pada malam itikaf beberapa waktu lalu, membaca ayat ini. Sebelum-sebelumnya biasa saja ketika membacanya, tapi pada malam itu menjadi amat tertarik dan menelusuri beberapa tafsir dan pembahasannya yang lebih mendalam.

Semacam ada pertanyaan di kepala, "Mengapa orang-orang ini pada saat sudah datang kematian di dirinya, ingin dihidupkan lagi untuk melakukan satu amalan dan sangat spesifik, yaitu sedekah. Bukan amalan yang lainnya?" Kebayang ga sih, ada kan amalan-amalan lain seperti haji, puasa sunah, shalat wajib dan sunah super lengkap, qiyamul lain tiap hari, dsb. Tapi ini, spesifik disebut, sedekah. Kayak, udah di alam kubur, udah mati, ketemu malaikat, berharap bisa diidupin lagi buat sedekah. Mau sedekah. Karena aku tidak bisa membahas secara lengkap di sini, teman-teman bisa membaca tafsir dan pembahasan-pembahasannya by googling. Dan ini membuatku refleksi banget, dari harta yang kumiliki, seberapa besar di porsi sedekahku. Kalau pendapatanku naik, apakah sedekahnya juga ikutan semakin besar. Kalau sedekah, apakah masih merasa berat dan perhitungan. Kalau lagi ga ada harta buat disedekain, kenapa ga sedekah yang lain seperti ilmu, tenaga, waktu, dsb? Asli bener-bener bikin mikir pada waktu itu, apa karena sedekah itu salah satu bentuk amal jariyah yang mana pahalanya akan terus mengalir meski kita telah mati? Apa karena mungkin dari 3 aspek amal yang takkan terputus yaitu ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dan doa anak yang saleh, kemungkinan besar orang di dunia ini pasti memiliki potensi untuk bisa sedekah jariyah (karena kan ga ada batasan minimal nominal - jika berbentuk harta), sementara 2 yang lain belum tentu memiliki ilmu dan tidak semua orang memiliki rezeki anak yang saleh, punya anak mungkin, tapi apa saleh? Nangis kalau inget selama ini, masih merasa berat, penuh perhitungan waktu sedekah :(

Avatar

Ramadan #27

Hanya karena seseorang pernah berbuat salah dalam hidupnya, bukan berati seluruh hidupnya buruk. Sehingga kita merasa tidak layak untuk belajar dari mereka, menganggap mereka sebagai orang yang harus dihindari bahkan dibenci. Itu sama saja kita menutup diri dari kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh orang lain yang sebenarnya bisa saja sebelumnya bisa kita dapatkan dengan sangat amat mudah. Tapi kita buang begitu saja.

Jangan sampai diri ini menjadi diri yang sombong karena merasa layak untuk menghukum dan menghakimi orang lain hanya karena ada satu hal yang kita tidak sukai/tidak berkenan, apalagi jika hal itu tidak dengan terbuka dan sampaikan secara langsung, hanya memendamnya di dalam hati dan pikiran, menjadi rasa benci, hasad, dan pikiran-pikiran yang buruk.

Jangan sampai rasa kecewa kita terhadap orang lain yang mungkin tidak mereka sadari telah mereka lakukan, membuat kita merasa benar untuk menganggap bahwa mereka adalah orang yang buruk. Padahal barangkali, diri kita tidak pernah lebih baik dari mereka. Kita hanya tidak tahu kebaikan-kebaikan apa yang mereka miliki diam-diam.

Dan selamanya diri kita terjebak pada persepsi hidup kita sendiri, terus merasa benar, tidak bisa menerima nasihat, hati menjadi keras, hidup dengan kesepian, dan terjebak pada lingkaran pikiran-pikiran negatif tentang hidup.

Sementara orang-orang yang kita benci tadi, melesat dengan kehidupannya. Bahkan mereka mungkin tidak pernah tahu jika kita membenci mereka.

Terlalu sering mungkin dalam hidup, kita salah membaca niat baik seseorang. Karena mungkin dalam hidup ini, bahkan kita tidak berniat baik dengan diri sendiri. Menganggap niat baik orang lain pasti ada niat terselubung. Bahkan mungkin sampai curiga kepada Tuhan yang menganugerahkan takdir yang kita jalani. Seburuk itu prasangka yang tumbuh di dalam diri kita.
Avatar

Ramadan #26

Apa yang paling kamu takutkan dalam hidup ini? Bagaimana jika itu tidak akan pernah terjadi? Bagaimana jika apa yang ditakutkan itu ternyata disebabkan oleh dirimu sendiri? Bagaimana jika ternyata selama ini, ketakutan itu telah berhasil menyergap semua keputusan-keputusanmu, sehingga semua keputusan yang pernah kamu ambil ternyata untuk "menghindari" rasa takutmu.

Bukan untuk menghadapinya.

Sampai kapan mau lari?

Avatar

Ramadan #25

Semoga kita dipertemukan kembali dalam keadaan baik, bahkan lebih baik. Setelah kita mungkin terpisah-pisah saat sibuk mencari jati diri masing-masing. Jangan membuang orang-orang baik dalam hidup hanya karena kita merasa paling benar dan tahu. Jangan memasukkan orang-orang yang justru melemahkan diri hanya karena kita merasa diterima di sana.

Avatar

Ramadan #24

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) " Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. " (Q. S. Al-Insyirah : 5-6)

Ada banyak hal yang menantimu di depan. Asal tidak berhenti, tidak menyerah. Tidak menghabiskan hari demi hari dengan mengeluh.

Bahkan di saat kita tidak tahu bagaimana ujung dari masalah yang sedang kita hadapi saat ini, satu hal yang perlu kita yakini adalah di ujung sana ada pelajaran-pelajaran berharga yang akan jadi bekal kita di masa yang akan datang. Menyiapkan diri kita untuk memperoleh kebaikan-kebaikan dalam beragam bentuk. Mungkin dalam bentuk yang tidak kita sangka sama sekali.

Di kesempatan yang lain, saat aku belajar dari guruku. Aku sampai merasa takut untuk mengeluhkan dan menjelekkan keadaan. Ada beberapa alasan, pertama keadaan yang saat ini terjadi adalah takdir, sesuatu yang dalam ketentuan-Nya. Dan ketentuan-Nya itu terbaik dalam takaranNya buat kita. Apakah aku tidak beriman kepada takdir karena selalu merasa bahwa takdirku seburuk itu?

Kedua, karena semua hal yang terjadi pun karena keputusan dan pilihanku. Kalau aku tidak memilih atau tidak membuat keputusan, bukankah itu juga sama saja dengan keputusan untuk tidak memilih/keputusan menjalani keputusan dari orang lain karena tidak membuat keputusan sendiri?

Keadaan yang saat ini terjadi, pasti ada jalan keluarnya.

Keadaan yang saat ini kita jalani, pasti dengan sepengetahuanNya yang mana pengetahuanNya seluas langit dan bumi, kita sajalah yang tidak mampu memahami caraNya.

Bahkan dengan keadaan saat ini pun, kalau kita diminta untuk menghitung nikmat yang Dia berikan, itu tetap jauh lebih banyak daripada masalah yang kita hadapi, bahkan sangat mungkin kita tidak mampu menghitung jumlah nikmat yang kita dapatkan saat ini.

Avatar

Ramadan #23

Menurutku, semakin bertambahnya umur, apalagi setelah berkeluarga. Ambisi tidak seperti dulu sewaktu muda, mengejar dunia dunia, pekerjaan, dan segala hal yang membuat diri merasa mencapai keberhasilan dalam hidup, termasuk pengakuan dari orang lain. Menyadari bahwa kehidupan ini benar-benar sangat amat sebentar, tahu-tahu sudah umur 30, padahal baru saja rasanya kemarin kuliah, ternyata sudah lewat begitu lama. Rasanya kemarin baru SMA, kini tiba-tiba sudah mulai tumbuh uban di kepala.

Untuk itu rasanya, kalau bisa hidup ini tidak perlu berkonflik. Tidak perlu ada perasaan benci kepada orang lain, tidak perlu memelihara pikiran buruk dan negatif tentang diri - keluarga - orang lain - bahkan keadaan. Karena pasti sempit sekali rasanya hidup dengan setiap hari berpikir negatif.

Di momen ramadan ini, saya ingin meminta maaf melalui tulisan ini kepada siapapun yang mungkin pernah merasa tersakiti akibat dari tulisan / perbuatan yang tanpa sepengetahuanku. Barangkali hidup seseorang menjadi terasa sempit setelah bertemu tidak sengaja denganku atau tulisanku.

Pernah satu waktu aku berpikir, mencoba merenung dan menarik kesadaran. Bertanya-tanya, bagaimana jika dengan kesadaraan saat ini kemudian kita tiba-tiba sudah di alam akhirat. Menyadari bahwa apa yang sedang terjadi saat ini, telah terlewati begitu saja. Saat kita duduk mambaca tulisan di tumblr ini, scrolling, tiba-tiba kesadaran kita dilempar ke masa dimana kita sudah di alam yang lain. Ngeri sekali rasanya.

Khususnya jika kita tidak menyiapkan diri sama sekali :(

Avatar

Ramadan #22

Jangan sampai kekhawatiran kita kepada rezeki membuat kita tidak berani untuk mewujudkan impian kita. Memenuhi tujuan penciptaan kita di dunia ini. Agar tak menjalani hidup dari pagi ke pagi dengan perasaan kosong karena tak tahu lagi tujuannya ke mana.

Sekalinya ingin membuat pilihan, diri takut kehilangan penghasilan. Ketakutan yang menyelimuti pikiran, menghempaskan kita dari tujuan. Kemudian hidup dalam angan-angan di masa tua dengan kalimat : "seadainya aku dulu ...."

Avatar

Ramadan #21

Membuat pilihan kemudian menjalani keputusan memang tidak mudah. Tapi, lebih sulit lagi kalau kita harus menjalani hidup yang bukan pilihan kita sendiri. Menjalani risiko yang bukan kita sendiri yang memilih dan menyadarinya.

Seumur hidup menyalahkan orang lain dan keadaan. Padahal, itu salah sendiri yang tak membuat pilihan.

Avatar

Ramadan #20

Setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap pengalaman di masa lalunya. Sifat dan sikap yang membentuknya menjadi seseorang yang kita kenal saat ini. Mungkin pernah kita bertemu dengan orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain, orang yang sangat ambisius, orang yang money oriented, orang yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain, dan banyak lainnya. Beberapa mungkin pernah kita temui atau mungkin justru itu adalah diri kita sendiri? Segala bentuk kejadian di masa lalu telah membentuk dan menumbuhkan kepribadian, sesuatu yang sulit untuk tiba-tiba berubah. Tidak mungkin kita mengubah seseorang dalam sehari semalam, sementara mereka telah menjalani cara hidup tersebut puluhan tahun.

Untuk itu, kita belajar untuk bisa lebih memahami dengan baik orang lain dan juga diri sendiri. Dari sana, kita memang tidak mungkin cocok dengan semua karakter orang. Untuk itu, tidak apa-apa jika semakin kita bertumbuh kepribadiannya, mungkin kita tidak lagi bisa merasa nyaman dan nyambung dengan orang-orang di masa sebelumnya. Pun, kalau kemudian orang yang kita kenal ternyata meninggalkan kita, mungkin memang sudah beda jalan dan caranya. Tidak apa-apa.

Jangan pernah ragu untuk menempuh jalanmu sendiri, meskipun asing dan kesepian.

Avatar
reblogged
Avatar
jndmmsyhd
Lelah sekali rasanya jika semua harus soal dunia, selalu perihal untung dan rugi.
Kemarin, ada hati yang sakit oleh keadaan dunianya, entah patah oleh rezeki yang tak kunjung membaik, atau sakit karena jodoh yang tidak tiba padahal usia sudah semakin bertambah.
Dan kini semua membaik, sebab menyerahkan semuanya pada pemilik waktu dan dunia. Hati dan harinya tenang, ia sekarang hanya bisa melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan.
"Perihal waktu dan masa depan, ia serahkan saja pada pembuat skenario terbaik. Allah."
Ternyata, setenang itu menyerahkan segalanya pada Allah, sebab ada bagian dan sisi kehidupan yang tidak bisa kita ikut campur, kita hanya bisa berprasangka baik dan melakukan yang terbaik dari amal-amal yang bisa kita pilih dan kerjakan.
Semoga, Ramadan ini menjadi obat, untuk setiap hati patah dan rapuh tersebab dunia dan keadaannya. Bukankah sebaik-baik obat adalah takdir yang diberikan dan disajikan oleh Allah? Ramadan dan obat terbaik.
@jndmmsyhd
Avatar

Ramadan #19

  • Menyadari bahwa pengetahuanku untuk menjalani hidup dan mempersiapkan akhirat begitu sedikit.
  • Belajar untuk lebih mudah bersyukur pada saat lapang dan sempit.
  • Lebih berhati-hati pada saat lapang agar tidak lalai.
  • Menyadari bahwa hidup ini sangat amat sementara, sehingga tidak perlu terlalu kecewa dengan hal-hal yang tak sesuai harapan dan keinginan, fokus pada keberkahan dan tujuan.
  • Mencari lebih banyak teman yang baik dan salih.
  • Orang tua menua seiring kita menua,bagaimanapun sikap mereka dengan segala keterbatasannya, tidak akan mengubah fakta bahwa mereka adalah orang tua kita. Berbaktilah mumpung mereka masih ada.
  • Banyak hal didunia ini yang lebih butuh landasan keimanan daripada pemikiran rasionalitas kita sendiri.
  • Berpikir bahwa diri adalah yang paling benar adalah awal dari kehancuran diri.
  • Hati-hati dengan apa yang keluar dari mulut, jika tidak bermanfaat lebih baik diam.

Apa pelajaran-pelajaran hidupmu yang ditemukan dan mungkin boleh dibagikan?

Avatar

Ramadan #18

Memahami bahwa di umur-umur sekarang, hal yang lebih dicari adalah ketenangan.

  • Lebih mudah untuk mengurangi daftar orang yang gemar ghibah, gemar mengeluh, selalu berpikir negatif, dan hal-hal lain yang membuat ketenangan semakin jauh.
  • Lebih mudah untuk menolak ajakan yang menguras energi dan fokus, yang tak sesuai tujuan.
  • Lebih mudah untuk melakukan sesuatu meski sendirian, lebih terbiasa sendiri.
  • Lebih mudah untuk menilai mana yang fit dengan diri atau tidak.
  • Lebih mudah untuk merelakan sesuatu yang tak sesuai dengan harapan.
  • Lebih mudah mengenali orang yang baik dan yang cukup tahu saja.

Dan banyak hal lain yang terasa lebih dibuat lapang, lebih tepatnya di lapang-lapangkan. Agar hidup yang semakin banyak tuntutan ini tak menjadi beban, cukup dijalani perlahan dengan penuh keyakinan dan keimanan.

Itu sudah lebih dari cukup.

Avatar

Ramadan #17

Tidak ada yang memberi tahuku dahulu jika menjadi dewasa artinya memikul tanggungjawab peran, kukira dulu menjadi dewasa berarti kebebasan untuk bepergian atau membeli sesuatu tanpa perlu izin orang tua.

Tidak ada yang memberi tahuku dahulu jika ternyata untuk memiliki apa yang orang tuaku miliki saat ini, seberat itu. Aku tidak pernah memikirkan sewaktu kecil tentang bagaimana orang tuaku menghidupiku atau bahkan menyediakanku rumah. Kini, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa untuk memiliki rumah ternyata seperti itu rasa perjalanannya.

Tidak ada yang memberi tahuku dahulu kalau tumbuh dewasa akan lebih banyak diselimuti kesendirian, karena orang lain pun sedang sibuk mengurus dunianya sendiri, sedang berjuang, sedang fokus di jalan hidupnya masing-masing. Aku pikir akan seseru waktuku kecil dulu, ramai riuh pertemanan.

Tidak ada yang memberi tahuku dahulu. Kini, aku takkan membiarkan anak-anakku nanti tak tahu apa-apa tentang banyak hal.

Avatar

Ramadan #16

Berteman di usia dewasa, secukupnya. Melekatlah pada orang-orang yang baik dan saleh. Sambunglah dan rawatlah silaturahmi dengan orang-orang yang setujuan. Perdalam rasa kasih dan sayang pada orang-orang baik dengan saling mendoakan.

Di dunia ini, akan tetap ada yang tidak menyukaimu bagaimanapun kamu berperilaku. Mereka mungkin akan menggunjingmu di belakang, melihatmu sebagai orang yang salah meski sebanyak apapun hal baik yang kamu lakukan.

Kamu tidak perlu memikirkan tabiat mereka. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara berpikirmu sendiri pada hidup dan orang lain. Jika ada hal yang bengkok, luruskanlah. Jangan takut untuk berubah menjadi lebih baik, meskipun perubahan itu akan membuatmu mengkoreksi sikap dan pernyataanmu sendiri.

Avatar

Ramadan #15

Pernikahan menjadi sesuatu yang tidak akan berhenti dibicarakan. Ditambah, berdasarkan artikel dan diskusi yang ada di media saat ini, tren angka pernikahan di Indonesia menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (bisa googling). Banyak sekali faktornya, banyak sekali POV yang bisa ditampilkan jika kita mau menguliknya satu per satu.

Pada diskusi beberapa minggu lalu, aku bertanya kepada istri apakah jika dia berpikir untuk menikah di umur saat ini (29thn). Dia seberani pada saat dulu menikah? Jawabnya malah ragu. Karena mungkin banyak sekali hal yang terasa perlu untuk dipertimbangkan, jika menggunakan POV saat ini.

Betapa tidak, diskusi-diskusi yang terjadi di media dan berbagai forum lebih banyak pada hal-hal yang membuat seolah pernikahan itu terlihat sangat rumit untuk dipersiapkan sekaligus dijalani. Banyak sekali yang harus diselesaikan, dari mulai urusan diri, keluarga, kesehatan mental, finansial, dsb. Belum lagi faktor-faktor lain yang setiap orang memiliki pertimbangannya sendiri.

Tentu ini bukan untuk mencari POV salah dan benar, melainkan menjadi titik yang kusadari bahwa arus informasi saat ini terasa kurang seimbang. Membuat seseorang lebih khawatir untuk menikah, kekhawatiran yang menjalar ke mana-mana.

Belum lagi perspektif cara menjalani kehidupan ini terasa semakin materialistik, banyak sekali hal yang berubah. Sadar atau tidak, kita berada di arus perubahan itu. Bahkan setelah menjalani pernikahan, mungkin juga pertanyaan dan kekhawatiran itu masih akan terus berlanjut, tidak lantas berhenti begitu saja.

Apa yang membuatmu khawatir? Apa yang membuatmu takut? Atau sebenarnya kamu merasa sudah sesiap itu, tapi ada faktor-faktor di luar dirimu yang ternyata belum terurai dan selesai? Tentu masih banyak faktor lainnya.

Sesuatu yang berakar pada cara pandang kita terhadap hidup, khususnya teradap pernikahan itu sendiri.

Avatar

Ramadan #14

Di zaman ini, kita akan semakin dipertemukan dengan beragam pemikiran-pemikiran manusia. Mulai dari yang lurus dan menyimpang, dari yang baik hingga penuh muslihat, dan banyak sekali pemikiran yang akan kita temui.

Memahami kebenaran menjadi sesuatu yang penting untuk dipelajari, dipahami dasarnya. Sebab, sesuatu yang salah tidak akan menjadi benar hanya karena banyak orang yang membenarkan, apalagi jika pikiran membenarkan itu lahir dari kepala kita sendiri.

Hal yang perlu dievaluasi besar adalah pemikiran apa saja yang kita miliki, sesuatu yang kemudian menjadi landasan perilaku dan cara pandang kita pada hidup. Apakah pemikiran itu berdasarkan pada keinginan kita sendiri atau merujuk pada pedoman hidup yang final, Al Quran? Jangan-jangan, selama ini, pikiran kita sendiri yang kita anggap paling benar selama ini adalah sesuatu yang menyelisih Al Quran. Bagaimana mungkin kita merasa akan aman terjamin dalam menjalani hidup jika demikian?

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.