Ramadan #29
Cawan hanya akan mengeluarkan apa yang menjadi isinya. Kalau isinya air, maka yang akan tertuang adalah air. Kalau isinya kopi, yang tertuang juga kopi. Isinya susu, yang akan tertuang juga susu.
Seperti itulah kita melihat ke diri sendiri, selama ini apakah yang keluar dari pikiran, lisan, dan tindakan kita. Kalau sulit melihatnya, minta orang lain untuk melihat diri kita sendiri seperti apa, apa yang mereka lihat dan rasakan selama ini tentang diri kita sendiri.
Jangan-jangan selama ini, kita tertipu dengan diri. Merasa diri sudah baik, ternyata yang keluar dari dalam diri kita adalah muntahan-muntahan kalimat negatif, pikiran negatif nan pesimis, kasar, kalau bicara tidak mampu memfilter kata-kata, dan tetap merasa diri telah berbuat hal yang benar dan membenarkan karakter diri yang demikian.
Astaghfirullah hal adzim.
Di salah satu kajian Ust. Adi Hidayat, saya pernah teringat bahwa salah satu ciri orang beriman itu tenang, tidak hanya dirinya. Tapi membuat orang-orang di sekitarnya juga tenang ketika bersamanya. Ini bikin refleksi lagi, apakah selama ini orang-orang disekitarku merasa terusik dan tersakiti oleh perilaku/lisanku dalam ketidaksadaranku? Atau mereka merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi? Dan rasa-rasa lainnya.
Memang paling benar sebelum kita menilai orang lain, mari belajar untuk menilai diri sendiri. Khususnya di bulan ramadan yang penuh dengan refleksi diri ini.
Semoga kita semua bisa menjadi cawan dengan isi yang baik, sehingga apa-apa yang keluar dari diri kita adalah hal-hal baik, diterima oleh orang-orang di sekitar kita juga hal yang baik dan bermanfaat.
Aamiin