“Hubungan harus dibangun oleh dua hal: rasa sayang dan kesediaan,” katamu. Aku menyela, “Aku pernah bertanya padamu suatu kali, lebih mudah yang mana: menjadi baik atau bertanggung jawab? Kau bilang lebih mudah bertanggung jawab,” ujarku sambil mengangkat bahu. Matamu mendongak untuk menjawab, “Kalau hubungan mau panjang, dua-duanya harus jalan beriringan. Tapi di atas itu semua, yang paling penting tetap kesadaran.”
“Cinta bisa bodoh dan kerelaan bisa buta kalau tidak diiringi kesadaran. Sadar seberapa kadar sayang yang kita miliki, sadar seberapa mampu kita untuk dapat bersedia tanggung jawab,” katamu lagi. Aku mengangguk sepakat. “Jika sadar pada dua hal itu, kita nggak akan ngeluh karena sadar bahwa cinta bisa redup dan tumbuh; bahwa kesediaan bisa terbatas oleh keadaan. Makanya menurutku,” mata cokelatmu yang serius sekali itu menatapku, “keputusan untuk hidup bersama sebaiknya tidak diambil saat kita sedang cinta-cintanya. Jangan sampai keputusan itu diambil saat sedang emosional, mestinya ya keputusan logis pakai logika.”
Ada pertanyaan di benakku yang rasanya terlalu memalukan untuk dicetuskan. Tapi sebelum aku berani bertanya, kamu memberi jawaban, “Keputusanku untuk akhirnya memilih kamu kusadari betul-betul,” katamu lagi, “makanya aku harap kamu juga sadar soal keputusanmu milih aku.”
Sorot tatapanmu kubalas senyum.
Ah, sayang, bucinku tidak cuma sadar, tapi juga sengaja.
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc2209 https://www.instagram.com/p/CYjgxBmPkje/?utm_medium=tumblr