Mahesa
Hari ini, Tuhan membuatku bersyukur pernah mengenal dia...
2009, aku masih terlalu labil untuk bisa menyebut diriku jatuh cinta. Usia kami yang terpaut sangat jauh, mungkin sekitar 8 tahunan. Tentu saja, aku hanyalah bocah ingusan. Aku baru lulus SMP dan dia sedang menyusun skripsi untuk menjadi sarjana.
Barangkali saat itu, aku yang jatuh cinta sendirian, jatuh cinta untuk yang pertama kali. Dia mungkin saja tidak.
Tidak, kami tidak pernah secara resmi pacaran. sudah kubilang, hanya aku yang jatuh cinta sendirian. Bertahun-tahun lamanya. Dari dia hampir di DO karena tak kunjung lulus kuliah, sampai dia lulus S2. Aku masih mencintai dia atau barangkali hanya menyayanginya? entahlah. Tapi yang jelas aku masih sangat peduli apapun perihal tentang dia.
Berkali-kali dia menceritakan perempuan lain, aku ingin protes tapi aku tak bisa. Aku sudah cukup puas, ketika dia bercerita kepadaku. Setidaknya dia masih ingat ada aku. Bego bukan? ya memang cinta kadang membuatku sebegitu bodohnya.
Hingga aku lulus kuliah, 2016. Dia sudah bekerja. sudah cukup mapan, dan dia membicarakan hal yang tidak pernah aku sangka. Dia mengajakku untuk serius. Aku tentu saja bahagia, bagaimana tidak. Sejak 2009 kami berkenalan, aku tidak pernah tidak mempedulikannya.
Minggu berikutnya, aku harus pergi ke Jakarta karena sudah ada kontrak kerja yang aku tandatangani. Dia bilang akan menungguku 6 bulan, menyelesaikan kontrakku.
Seminggu ke depannya adalah hari dimana aku betul-betul membencinya, hingga bertahun-tahun kemudian, sebab dia menghilang. Memberiku harapan dan lalu aku dicampakkan. Apakah menurut dia itu lucu?
aku bahkan sudah tidak bisa lagi marah, hatiku terlalu terluka hanya untuk sekadar marah. aku membencinya.
3 bulan kemudian, dia datang padaku. meminta maaf, tapi aku telah terbiasa kecewa sejak 2009 lalu, hingga aku tidak lagi punya hati. Tidak ada yang perlu dimaafkan, karena sejak awal ternyata hanya aku yang jatuh cinta sendirian.
Beberapa bulan kemudian, dia menikah. Bisa dibayangkan?
aku diam. bahkan untuk sekadar mengucapkan selamat akupun enggan.
Tapi baru aku sadari, sejak 2009 sampai dengan saat ini, setiap kali aku memiliki masalah, dia adalah orang yang mau menolongku. dia adalah pendengar yang baik. dia adalah sosok kakak yang baik.
Hari ini, bahkan dia sedang sibuk-sibuknya, menyempatkan waktu membantuku.
Tuhan mungkin tidak mengirimkan dia sebagai jodohku, tapi aku bersyukur Tuhan memperkenalkan kami dan mendekatkan kami hingga saat ini.
Tidak semua masa lalu adalah buruk, dia adalah teman yang membentukku menjadi hari ini. Aku telah belajar memaafkan diriku dan menerima dia sebagai masa lalu.