post sambil makan sambil nonton TV sambil setengah merem-merem
Saya gundah akan apa yang saya rasakan saat ini.
Perasaan ini sungguh rumit.
Saya tidak bisa memutuskan,
Apakah saat ini saya tidak bisa tidur karena lapar,
Atau saya lapar karena saya tidak bisa tidur.
Setelah perdebatan batin yang cukup lama, akhirnya saya memantapkan diri untuk mengambil makan.
Semoga ini jalan terbaik.
Aamiin.
Sambil makan, daripada bengong dalam keheningan, saya menyalakan TV.
Slup. (Bunyi nyalain tv gimana sih yang bener?)
1, bola.
2, bola.
3, film action Indonesia.
4, layar berpelangi.
5, lagunya Once! Saya tonton sebentar, ganti lagi.
6, stasiun tv yang siap2 kukutan.
Akhirnya saya putuskan buat mantengin channel ke 6 ini.
Tau kan kalo tv mau kukutan, yang diputer adalah lagu nasional dengan gambar-gambar alam indonesia yang bikin ayem.
Rasanya haru piye gitu nonton begini, trenyuh syahdu bikin semangat sekaligus kudu nangis.
Lalu saya berpikir, mbok ya tayangan semacam ini diputer di prime time, minimal sehari 3x, bukan pas tv kukutan begini. Durasi ga nyampe 5 menit ini.
Tanpa perlu rajin nonton tv, saya rasa kita sudah paham ya betapa buruknya kualitas tayangan kita.
Beberapa bulan yag lalu saya sempet jadi volunteer survei yang diadain KPI (oke ga sepenuhnya volunteer, pulangnya saya disanguin 250rb hihihi), untuk menilai kualitas tayangan tv Indonesia. Hampir semua tayangan dg genre hiburan dan reality show saya kasih nilai 1 dari skala 1-5. Means kualitas tayangannya buruk cenderung merusak.
Yang saya kasih nilai bagus cuman pas tayangan standup comedy, lumayan menghibur e setelah sekitar 1 jam an disuruh menilai acara-acara alay, hehe.
Dan ternyata hasil survei KPI se Indonesia tidak jauh berbeda. Dan alhamdulillah dari hasil survei ini akhirnya beberapa acara yang sangat tidak bermutu dicabut ijin tayangnya.
Hal macam begini, kalau ditanya kenapa, pasti balik-balik ke masalah rating. Masalah untung rugi. Jangan lah ngomel menyalahkan para owner tv, muluk-muluk memaksakan mereka ini untuk memiliki mindset yang baik tentang cara mendidik masyarakat dan lain-lain. Mereka ini pengusaha bro, saudagar. Lha selama jualannya masih dianggap halal dan bisa kasih untung banyak, why not? Ya kan.
Lha yang agak kurang lurus ini berati yang menganggap halal. Para penontonnya.
Kalau boleh beropini, jika ditarik ke akarnya, sepertinya problem timbul karena kita ini sudah sangat sulit membedakan antara urusan yang menyenangkan hati, memenangkan hati, atau menenangkan hati.
Macam saya tadi, karena saya merasa senang dengan tayangan standup comedy, saya kasih lah rating tinggi.
Pertimbangannya masih di taraf paling rendah, menyenangkan. Bisa jadi saya kasih rating jelek tayangan yang lain juga hanya karena tayangan itu tidak menyenangkan hati saya.
Ada lagi mungkin, yang kasih rating tinggi tayangan reality show tipu-tipu, karena dia ternyata jadi salah satu aktrisnya, hehe. Yang ini alasannya berbeda namun serupa, memenangkan hati. Kepentingan untuk berbangga-bangga.
Sepertinya paling baik kalau kita bisa memutuskan baik buruk berdasarkan apa-apa yang menenangkan hati. Lha tapi ini susah banget. Mesti bersih dulu hatinya biar bisa membedakan mana yang bikin senang, bikin hati menang, dan yang bener-bener bikin tenang. Dan kalau mau begini ya mestinya sering-sering dekat dengan Sumber Ketenangan. Semoga kita semua masih dikasih kemampuan dan kesempatan lapang untuk urusan hati yang tenang ini.
Yaudah gitu ya, saya tidur dulu.
Biar besok bisa nonton Insert Pagi, saya gamau ketinggalan update berita Risty Tagor dan Stuart Collin.
Ciaw.