Buku atau Podcast? #9
Ada bahasan menarik yang menggelitikku belakangan ini. Rangkumannya adalah apakah semua orang masih butuh untuk membaca, kan bisa belajar dari audio? Ada 3 macam tipe belajar orang yang kutahu. Tipe Audio (lewat suara), Visual (lewat gambar) dan Kinestetik (lewat pengalaman bergerak). Sebenarnya maksud dari pembuat teori ini baik. Untuk memaksimalkan cara belajar orang. Namun, nampaknya ada gesekan-gesekan kecil di masyarakat. Kira-kira seperti pertanyaan di awal. Apakah semua orang masih butuh untuk membaca, kan bisa belajar dari audio?
Menariknya, sebelum menjadi pilihan setuju atau tidak setuju, kita perlu tahu dulu keunggulan suatu tipe belajar. Contohnya mungkin dua situasi saja. Mendengar podcast (audio) dan membaca buku (visual). Podcast itu enak didengarkan sambil beraktivitas. Sambil jalan pagi misalnya. Namun, ada kalanya pembicaranya bertutur kata terlalu lambat. Oke masih bisa diatur speed soundnya. 1,2 kali atau 1,5 kali kalau perlu. Susah mencatat tentunya. Sering kali ada kalimat menarik di podcast. Akhirnya saya ingat-ingat saja. Susah kalau sedikit-sedikit harus berhenti jalan pagi untuk mencatat. Buku itu lebih statis. Speednya bisa kita atur sendiri. Kalau ada yang menarik bisa ditandai pakai pulpen atau stabilo. Kita bisa tutup dan refleksi dulu sebelum mulai membaca. Diresapi dulu. Kalau menunggu antrian pun lebih fleksibel. Oh ya, buku tidak harus berbentuk hard copy ya. Bisa juga pakai alat bantu baca dengan soft file/digital book. Bisa juga membaca artikel di HP. Sama-sama belajar. Kedua contoh di atas sudah memperlihatkan kalau ada kelebihan dan kekurangan atas dua tipe belajar itu. Bagiku pribadi, fleksibel saja. Selama semangat belajar itu dipelihara, maka kita akan mencari cara untuk terus belajar. Apa pun bentuknya. Jadi tidak hitam putih memilihnya. Tidak seperti jika pilih A, maka B itu buruk. Jika satu-satunya waktu belajar kita cuma saat jalan pagi sebelum aktivitas kerja, maka minimal dengar podcast. Jika menunggu antrian tetapi tidak bawa earphone, mending buka buku/HP daripada menggangu orang di sebelah karena bising. Jangan pernah padamkan keinginan untuk belajar. Jangan pernah padamkan keingintahuan kita selama itu baik. Kalau kita pelihara terus rasa penasaran yang baik ini, belajar itu bukan beban. Namun, sesuatu yang alami. Sehingga kita akan mencari banyak cara untuk belajar sebagai bagian dari hidup. Akhirnya kita pun tidak akan membentur-bentukan dua hal yang baik sekaligus. Bandung, 4 Februari 2025. 5.57 AM. Sedang berusaha merapikan cara berpikirku dengan menulis.