Avatar

Ceracau kacau

@aktiandary-blog / aktiandary-blog.tumblr.com

Hai! Aku, Ceracau kacau. Manusia bersuara parau. Salam kenal.
Avatar
reblogged
Avatar
andrielina
Takut, cemas, risau, sedih, bingung, marah, benci, tergesa-gesa, was-was, kacau, pikiran bercabang, ini itu semua terasa menumpuk, waktu seperti berlalu cepat. obatnya adalah tilawah yang didahului dengan mengambil wudhu.

Allah, kembalikan semua kepada Allah. Perbaiki ibadah dan niatan kita. (via andrielina)

Avatar
reblogged
Avatar
mbeeer
Ada kalanya aku juga lelah. Bukan ingin menyerah, hanya terkadang bingung, kenapa rasa-rasanya hanya aku yang berjuang sendiri?

(via mbeeer)

Avatar

Untuk kesekian kalinya, ku paksakan diri untuk menelan bulat rasa kecewa. Entah karena aku yang tak pernah belajar tentang tata cara berharap. Atau memang tata cara Tuhan untuk membuatku lebih dewasa dengan bersabar.

Avatar

aku tidak tahu.

Kamu kemana? Saat aku butuh bahu bersandar dari lelahku. Kamu dimana? Saat aku butuh peluk untuk tenangkan kacauku. Kamu kemana? Saat aku butuh jemari yang mengusap tetesan air mataku. Kamu dimana? Saat aku butuh kamu. Akankah kamu ada hanya saat kamu ingin? Akankah kamu ada hanya saat aku tersenyum? Atau.. Karena saat bersamamu lah seluruh peluh,lelah dan tangis meluruh? Kamu kemana? Kamu dimana? Aku tidak tahu.

Avatar

Akhirnya jarak menyerah, dan waktu yang telah dinanti pun datang. Ruang itu tak lagi kosong. Peparu bernafas dgn melodi yang indah. Teramat indah didengar hingga memunculkan aroma kebahagiaan yg menyebar. Sedap. Kamu menemukanku. Dan aku menemukanmu. Saling menemukan, berjalan berdampingan untuk memeriahkan hari-hari yang sunyi.

Namun sajadah masih terbentang. Semoga rencana kita diijabah olehNya. Aamiin

Avatar

Ada linang yg tertahan. Hingga waktu mendesaknya untuk keluar beserta kata yg sudah lama jengah diam. Dan kamu pun ikut diam. Tak merubah segala halnya. Menyerah adalah pilihan, selayaknya berjuang. Kamu punya pilihan atas keduanya. Buat keputusan. Berbicaralah. Jangan membuat sesal akhirnya berpihak padamu. Jangan

Avatar
reblogged
Avatar
mbeeer
Ingin sekali rasanya aku bisa sekali saja melihat apa yang ada dalam kepalamu. Hingga akhirnya aku bisa mengetahui jawaban tentang siapa yang sekarang ada di hatimu. Sosok siapa yang sebelum tidur selalu hadir di bayangmu. Siapa yang menjadi latar belakang tulisan-tulisanmu. Dan siapa aku bagimu?

(via mbeeer)

Avatar

Senja, Chika sudah keluar dari bangunan tua itu. Meninggalkan segala rutinitasnya bersama tumpukkan tulisan yg masih belum ia edit. Deadline belum cukup kuat untuk memaksanya menuntaskan semua itu. Sedang niat sudah membulat sempurna untuk segera merapat ke ruangan berukuran 3x4. berdiskusi santai dengan cermin. Menggenapkan dirinya sendiri dengan bayangan yang tercipta agar ia tidak lagi ganjil di ruangan itu, kemudian memasrahkan tubuhnya pada gumpalan kapas kesayangannya.

“Entah! mengapa sabtu ini aku merasakan lelah yang kelewatan.” Gumamnya dalam hati. Lalu ia menyelami pikirannya sendiri diiringi lantunan lagu mozart favoritnya sambil mengarahkan livinanya melaju dengan benar.

Chika melaju cukup lambat, hanya 30Km/Jam. Bukan. Bukan karena ia sengaja melambatkan perjalanannya. Namun, tentu saja karena kesesakan  yang terjadi di arena hitam ini. Macet. Tentu saja macet karena ini adalah sabtu malam. Banyak pemuda-pemudi yang hendak berkelana menyaksikan malam yang terang ini. Melewati waktu bersama pujaan hati.

‘Damn! Gue lupa ini malam minggu!“ Serapahnya mulai keluar.

. sesekali melemparkan pandangannya pada atap langit yang tak berpenghuni.

Sunyi. Sepi. Ialah kata yang tepat bagi dirinya kini.

Avatar

Hai! itu kah kamu? Seseorang yang namanya tertulis didalam lauful mahfudz? Ataukah kita hanya sekedar kisah yg Tuhan takdirkan agar kita sama-sama belajar untuk memahami proses? Semua masih menjadi rahasiaNya. Semoga semua harapan kita sama dengan rencanaNya. Aamiin.

Avatar
reblogged
Avatar
mbeeer
Semalam mati-matian melupakan, paginya tiba-tiba ingat dan mendadak rindu setengah mati.

(via mbeeer)

Avatar

kita, masih belum pantas #1

Hai laki-laki yang namanya tertuliskan di lauful mahfudz, Apakabar?

Saya sih disini baik-baik saja, entah denganmu. Hehe

Awalnya saya pikir mengapa lama sekali waktu yang kita butuhkan untuk bisa bertemu atau sekedar tahu satu sama lain? Sebegitu penasaran dan tak sabarnya saya memunculkan tanya dalam diri, Mengapa Allah setega itu membiarkan kita saling merindu ?

Ah! Bodohnya saya! Sebenarnya jawabannya kan sudah jelas. MASIH BELUM PANTAS. Bukan karena Allah yang tega, tapi karena kita masih belum pantas dibimbing maupun membimbing sebagai seorang makmum maupun imam yang shaleh nan sholehah. Allah bahkan sangat menyayangi kita lebih dari yang kita pikir. Ampuni pikiran buruk hamba wahai Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Aaamin

Yups, Allah masih memberikan waktu untuk kita memantaskan diri. Allah masih memberikan waktu untuk saya mempersiapkan diri menjadi makmum yang shalehah untukmu. Allah masih memberikan waktu untuk kamu mempersiapkan diri menjadi imam yang shaleh untukku. Mempersiapkan diri menjadi perempuan terbaik dalam hidupmu setelah ibumu. Mempersiapkan dirimu menjadi laki-laki yang bertanggung jawab atas diriku. Allah dengan sangat teramat baik memberikan waktu untuk kita belajar sabar, agar kita bisa saling mengingat betapa berat waktu yang kita lalui untuk bertemu, sehingga pertengkaran dapat kita tangani dengan kesabaran dan saling memaafkan.

to be continued

Avatar

Tengoklah

Adalah hal yang alami, naluriah saat kamu ingin selalu didekapan ibu dan ayahmu. Menurutku bukanlah suatu kemanjaan dari sifat kekanakanmu. Jangan pernah malu untuk mendekap erat mereka. Sebesar apapun kamu, sedewasa apapun kamu, setua apapun kamu. Baik laki-laki ataupun perempuan. Kamu perlu melakukannya. Sebab dekapan itu bukan hanya menjadi kebahagiaanmu, tapi juga kebahagiaan mereka.

Sesungguhnya keputusan kita untuk pergi merantau, bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Jelas mereka bangga atas pencapaian kita yang sudah berani hidup sendiri dan bertanggung jawab atas segala macam kehidupan diri kita sendiri. Tapi, percayalah di dalam lubuk hati terdalam mereka, ada rasa sedih yang teramat. Membiarkan anak-anaknya jauh dari pandangannya. Membiarkan rindu dan kasih sayang hanya akan mengalir melalui doa-doa panjang. Tak bisa membelai, tak bisa mencium.

Sesukses apapun kamu, selelah apapun kamu, sesibuk apapun kamu, Luangkanlah waktumu untuk pulang... tengoklah orangtuamu. Dekaplah mereka. Mereka sangat merindukanmu.

Avatar
Hiburlah hatimu waktu ke waktu... Karena hati yang lelah akan buta

Rasulullah SAW

Avatar

Jangan membenci

Hai!

Rasanya sudah lama tak mengunjungi halaman ini. Rindu? Jelas. Saya rindu sekali akan kebebasan bercerita. Saya rindu menjadi diri saya sendiri. Saya rindu menulis diary pribadi yang seringnya menjadi pengingat saya akan kenikmatan hidup yang sudah saya lalui.

Saat ini menjadi waktu bagi saya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. suasana baru. teman-teman baru. dan perasaan yang baru. Siapa yang menyangka kalau saya akan ditempatkan disini. di posisi ini. Suatu pekerjaan yang sama sekali tidak masuk dalam daftar cita-cita saya. Kota yang sama sekali tidak terbayangkan sama sekali akan saya singgahi sebagai rumah kedua. Allah Maha penyayang. Allah Maha Pemurah.

Saya masih ingat sekali, bagaimana proses untuk memperoleh pekerjaan ini. Ikut Job fair sana sini. Rajin apply cv ke sana sini. Pada saat-saat awal mencari pekerjaan, saya masih fokus dengan apa yang saya inginkan. Fokus dengan apa yang saya cita-citakan. Fokus dengan apa yang menjadi passion saya. Hasilnya? Tidak berjodoh. Yah saya masih saja belum mendapat panggilan. Dan sampailah pada waktunya, 6 bulan sudah saya bersikukuh pada keinginan saya, pada cita-cita saya dan akhirnya saya menyerah. saya pasrah.

Tangisan sudah tentu ada menghiasi tiap malam saya. Pertanyaan “kabar dan apa aktivitas saya sekarang” yang keluar dari kepedulian keluarga dan rekan dekat rasanya hanya menjadi sindiran pahit bagi saya waktu itu. Yah, ketika pikiran negatif sudah memenuhi pikiran, apapun hal positif akan dipandang sebagai hal negatif. Termasuk saran dan masukan baik dari orangtua atau sahabat. Rasanya mereka tidak memahami apa yang saya rasakan. Yups, masa itu saya pernah lalui. Pernah saya jalani. Lucu memang jika sekarang saya mengingatnya lagi, ada logika yang dulu saya abaikan. Hmm...kupikir wajarlah sebagai manusia normal.

Kemudian akhirnya, saran dan nasihat ibulah yang mengetarkan hati saya, yang melunakkan keras kepalanya saya. Akhirnya saya pun mencoba melamar pada perusahaan yang bidangnya sebenarnya saya hindari. bahkan saya benci. Perbankan. yups! saya melamar ke beberapa Bank.

“Tidak sulit bagi Allah mengabulkan doa bagi hambaNya yang bersungguh-sungguh”

Yups! Alhamdulillah, Allah yang Maha penyayang dan Maha pengasih menggerakkan perusahaan Bank yang saya lamar untuk memanggil saya untuk menjadi bagian dari perusahaannya. 

Interview sana, Interview sini. Psikotest sana Psikotest sini. Medcheck sana Medcheck sini. Sampai pada akhirnya tersisa dua Bank yang Allah tunjukan sebagai jodoh saya. Bahagia? JELAS. Bingung? PASTI. Sebab saya sekarang harus memilih. Bank pertama memberikan kemungkinan saya untuk tetap dekat dengan orangtua, sedang bank kedua memberikan kemungkinan saya untuk belajar lagi tentang kemandirian dan jauh dari orangtua lagi. Jika memilih berdasarkan kemauan jelas saya akan memilih Bank pertama. Namun, dengan segala proses yang sudah saya lalui sebelumnya, saya tidak mau lagi gegabah. Saya tidak mau lagi menjadi manusia yang sombong. Saya pasrahkan kepadaNya, saya jalani semampu saya. saya jalani usaha dan doa terbaik saya. dan Allah pun menunjukkan jodoh saya pada Bank kedua yang bukan menjadi pilihan hati saya. SEDIH? Tentu. KECEWA? Sedikit.

Dan akhirnya sebelum saya pergi merantau (lagi), ibu mengingatkan :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Yups, Ibu saya memberitahu saya bahwa pilihan ini bukanlah pilihan yang mudah. Bukan saja bagi saya tetapi juga bagi Ibu. Ibu harus rela melihat anaknya jauh (lagi) dari pandangannya. Menikmati hari-harinya tanpa kebawelan anak bungsunya di rumah. Tapi itulah hidup. Kita tidak serta merta mendapatkan apa yang kita inginkan. Tetaplah bersyukur dan Yakin pada Allah. Itu kunci hidup bahagia. Begitulah nasihat Ibu sebelum akhirnya saya pergi merantau (lagi). 

So, jangan membenci dengan apa yang kamu peroleh sekarang. Sebab, bisa jadi itulah hal terbaik bagimu menurut ALLAH. Bagi teman-teman yang masih berjuang, tetap semangat dan yakin! Sebab janji ALLAH itu pasti. :)

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.