Avatar

Live your life!

@riesnifitriani / riesnifitriani.tumblr.com

Indonesian | Happy to read, travel, and take some pictures :)
Avatar

Facing the truth

Bismillah

Beberapa waktu ke belakang jadi masa yg cukup sulit untukku. Seringkali apa yg aku rasakan tidak sejalan dengan yg aku pikirkan. Seringkali pula, apa yg aku pikir perlu dilakukan tidak sejalan dengan keinginanku. Terlebih kalau ada kaitannya dengan para bocil, rasanya pikiran, perasaan dan tubuhku seperti roller coaster. Alhamdulillah ‘ala kulli hal :)

Hari ini seperti biasanya, aku membuka aplikasi media sosialku dan secara acak melihat postingan di dalamnya. Mataku terpaku pada satu postingan seorang ibu yg berkisah tentang apa yg sedang dialaminya saat ini, rasa frustasinya akan ekspektasi yg tidak sesuai dengan realita yg dihadapinya.

Mungkin terdengar sederhana, “ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan”. Namun kisah ibu tersebut mampu membuatku menangis, seakan kisahnya adalah kisahku, perasaannya adalah perasaanku. Aku sadar bahwa diriku belum terbiasa mengakui perasaanku sendiri, mengungkapkan apa yg aku inginkan atau bahkan kebutuhanku sendiri. Melihat bagaimana ibu tersebut menceritakan perasaan dan pikirannya, menyadarkanku bahwa aku sedang mengalami hal yg sama dengannya. And yes, I need some help as I recognized it several years ago. Karena, meng-sinkron-kan 2 kepala dengan 2 ekspektasi dalam 1 tubuh itu butuh usaha ekstra bukan?

Menulis ruang rasa malam ini mengingatkanku akan reminder bijak dari seseorang yg sangat berarti bagiku. Kala itu ia berkata bahwa aku termasuk momentum person, aku akan lebih ‘berlari’ ketika aku mendapatkan momen yg sangat mengena bagiku. Ia bahkan mengenal diriku jauh melebihi aku mengenal diriku sendiri. So, lets run! :)

Avatar

Bismillah, Abu Zakaria al-Anbari berkata: Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar. Adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad (Imam as-Sam’ani, Adab al-Imla’ wa al-Istimla'; al-Khathib al-Baghdadi, Kitab al-Jami’, juz I, hal 17).Maka, ilmu dan adab harus menyatu dalam diri muslim, dan semestinya semakin berilmu, harus semakin beradab. ▶Apa itu adab? Dalam Islam adab merupakan bagian dari akhlak. ▶Bagian dari akhlak islam maksudnya... Islam adalah Diin yang sempurna, yang tidak sekedar mengatur ibadah ritual semata, namun islam juga mengatur aspek akhlak. Sebagai bagian yang tak bisa dilepaskan dari bangunan islam, pengaturan akhlak dalam islam memiliki nilai untuk memberikan keunggulan atau keluhuran bagi yang melaksanakannya. syariah islam telah memerintahkan kaum muslim untuk menghiasi setiap perilakunya dengan akhlak mulia, baik dalam beribadah, bermuamalah dengan orang lain maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun. Sebaliknya, syariah telah melarang kaum muslim dari akhlak tercela. Abdullah bin Amr ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Mutaffaq ‘alaih). ▶Cara Menanamkan Adab pada anak Menanamkan adab harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan menjadi sebuah karakter yang sulit diubah. ▶Step by step penanaman adab. 🍒Pertama: tanamkan aqidah yang kuat. aqidah yang kokoh akan menanamkan keyakinan dan melahirkan kesadaran bahwa sebagai hamba Allah kita wajib mengikuti semua aturan-Nya. Salah satu aturan tersebut adalah akhlak yang didalamnya menjelaskan konsepsi tentang adab dalam segala hal. Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan melaksanakan adab-adab tersebut semata-mata karena Allah .Aqidah dulu sembari penanaman adab secara simultan. 🍒Kedua: Jadikan Rosulullah sebagai qudwah wa mitsal(keteladanan dan contoh dari segala aspek) 🍒Ketiga: jadikan ortu sebagai prototype terdekat dalam hal keteladanan dan contoh terhadap Rosulullah. 🍒Keempat: Jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Karena saat ini kita tidak hidup dalam habitat kehidupan yang islami, sehingga memang memaksa keluarga muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk kebiasaan yang baik, di luar rumah belum tentu. Padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan ‘dunia luar’ untuk belajar dan bersosialisasi. Oleh karena itu, orangtua, khususnya ibu, harus bisa mengarahkan dengan siapa sebaiknya anak kita bermain. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang punya kebiasaan yang buruk. Berikanlah penjelasan dengan bijak kepada anak sehingga anak tidak protes mengapa harus memilih-milih teman. 🍒Kelima: menciptakan lingkungan sekitar rumah yang selalu menjaga Adab. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya. Kesalahan yang sering terjadi di masyarakat saat ini adalah menyerahkan pendidikan akhlak anak tetangga kepada ibunya sendiri. Padahal jika keburukan nyata-nyata ada di depan mata, maka amar makruf nahi mungkar kepada anak tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja, harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariatNya. WalLahu a’lam bi ash-shawab. Disarikan dari berbagai sumber. 🌍Diambil dari FP Coding Bunay

Avatar
reblogged
Avatar
andinavika

Fitrah Seksualitas

Punya suami yang kasar? Kaku? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.

Punya suami yang “sangat tergantung” pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.

Kok sebegitunya?

Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.

Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.

Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.

Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”

Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka

inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tdk dewasa, atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

(Ustad Harry Santosa)

Avatar
reblogged
Avatar
andinavika

Mengapa Ayah lebih sabar daripada Ibu

Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Penggagas Program 1821 Kumpul Keluarga

Saya sering mendengar dan membaca sebagian ibu di luar sana mengatakan kalimat semacam ini:

“Abah Ihsan, suami saya melarang saya ikutan belajar parenting karena katanya ‘teori doang’ bukti nyata, tidak ada. Suami saya juga berkata, dia tak ikutan parenting sana sini, buktinya dia lebih sabar menghadapi anak. Sedangkan saya masih saja tak sabaran”.

Atau “Abah Ihsan, saya malu sebenarnya sama suami saya, tapi merasa beruntung juga. Suami saya tuh sabar banget menghadapi anak dan lebih sabar menghadapi anak daripada saya. Saya yang sudah ikutan belajar parenting lebih sering ke sana kemari malah masih sering kurang sabar dengan anak”.

Boleh tidak setuju dengan saya. Para ayah normalnya memang secara alamiah: lebih sabar berlipat dari istri! Ini keumuman. Bahwa ada yang tidak sesuai keumuman, ya normal saja. Meski tidak pernah belajar parenting ke sana kemari sekalipun. Ini normalnya loh! Bahkan setidaknya 3x lipat lebih sabar daripada ibu. Kenapa?

Ada banyak faktor. Faktor utama adalah tentang durasi pertemuan ayah bertemu dengan anak jauh lebih sedikit dibandingkan si ibu. Kekurangan waktu ini kemudian dibayar dengan kesabaran dan rasa kasih yang memang belum disalurkan sejak berpisah dari pagi dengan anak.

Ini sekadar ilustrasi kasar. Jangan fokus ke akurasi angkanya, ini sekadar sampel ilustasi saja. Tiap keluarga bisa memiliki kondisi berbeda, ini hanya keumuman.

Anggap di akhir pekan libur, Sabtu - Minggu, suami istri sama-sama punya skor yang sama berperan di keluarga. Lalu Pada hari kerja Senin - Jumat, katakanlah istri berperan sebagai ibu penuh waktu “mom stay at home”. Selama bangun dari subuh pukul 04.30 sampe anak tidur 21.00, jam dengan anak (asumi anak belum sekolah), maka jam pertemuan ibu dengan anak: 16,5 jam.

Ayah? Setiap Senin - Jumat katakanlah ayah ini menjadi ayah yang punya peran selain pencari nafkah, juga melibatkan diri berkontribusi dalam urusan keluarga. Setiap pagi, mulai bangun subuh, ngajak ke masjid, dan “quality time activity” lainnya di pagi hari 04.30-07.00, berarti jam pertemuan dengan anak 2,5 jam di pagi hari.

Lalu di sore dan malam hari, pulang kerja sampai rumah pukul 18.00. Sejak pukul 18.00 asumsikan “doi” yang merasa bertanggung jawab ini, mengambil peran lagi, melaksanakan program 1821, ngajak anak ke masjid, menemani anak belajar, “story time”, mengantarkan anak ke tempat tidur sampai jam 21.00 berarti 3 jam.

Total jendral pertemuan ayah dengan anak Senin-Jumat: 5,5 jam. Ibu? 16,5 jam. Kira-kira perbandinganya: 1:3.

ITU PUN JIKA SI AYAH IKUT NGURUS LOH YA. Lah kalau mereka masih beranggapan urusan anak hanya urusan ibu gimana?

Jika mau hitung-hitungan, ayah memiliki jam pertemuan dengan anak 3x lebih sedikit daripada ibu. Jadi normalnya ayah 3x lipat lebih sabar daripada ibu.

Karena itu, saya sering mengatakan pada para ayah yang mengaku lebih sabar dari istri:

Coba ayah urus anak selama 7 hari berturut-turut, tanpa istri tanpa pembantu. Sendirian! Ingat ya sendirian. Cukup dari 07.00-18.00.

Apakah setelah itu, Anda merasa lebih sabar dari istri?

Apa yang akan terjadi, jika Anda lakukan selama 365 hari?

Apakah setelah itu, Anda merasa lebih sabar dari istri?

Cobalah gantikan peran istri Anda di rumah. Urus rumah dan anak tiap hari dari pagi. Selain rutinitas yang sama tiap hari menghadapi pemandangan yang sama: dapur, kasur, ketemu tukang sayur.

Apakah setelah itu, Anda merasa lebih sabar dari istri?

Saya tidak tahu jawaban Anda. Tapi yang saya tahu ketika saya tanyakan ini pada ribuan ayah yang ikuti kelas-kelas pelatihan saya, mereka menjawab “oh tidaaaak!” Bahkan ada yang berkata “jangankan 7 hari Abah, 1 hari aja pusing!”

Saya tidak tahu jawaban Anda. Tapi yang saya tahu ketika puluhan ayah di Korea Selatan ditantang ngurus anak hanya sekira 2x24 jam tanpa istri, dalam sebuah acara “reality show” tv korea, hampir semua ayah ini kerepotan luar biasa yang membuat sebagian besar ayah ini wajib merasa berterima kasih kepada istrinya.

Tak sedikit bahkan, setelah tantangan selesai, sebagian ayah hampir sujud-sujud dan minta maaf sama istrinya. Karena mereka sudah merasakan: tidak mudahnya menjadi seorang ibu.

Ini tidak berarti laki-laki harus melakukan semuanya, tidak berarti juga harus bertukar peran, apatah lagi melandaskan kebenaran dengan “reality show” Korea. Saya juga tidak mengatakan bahwa perempuan lebih tinggi derajatnya daripada laki-laki atau sebaliknya. Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan siapa yang lebih tinggi derajat atau tidak.

Saya hanya ingin mengajak laki-laki berempati, syukur jika belajar bersama dengan istrinya.

Jika tidak, setidaknya tidak menegasikan atu melemahkan semangat istrinya yang tengah berikhtiar belajar pengasuhan (parenting). Mungkin hasilnya tidak selalu persis seperti yang diharapkan. Tapi insya Allah ada perbedaan orang yang belajar dengan yang tidak.

Karena itu, ini pesan saya buat para Ayah demi menjaga kekuatan energi istri Anda, setidaknya 3 hal:

Pertama, jika Anda melihat istri mulai marah-marah tidak jelas, emosian tidak jelas, bantu istri Anda: “Sini anak-anak sama Ayah.” Atau “Ada yang bisa Ayah bantu, Bunda sayang?”

Kalimat sederhana itu akan membuat semangat mereka terjaga. Itulah suami yang bertanggung jawab. Bukan malah “kamu nih gak bener mendidik anak, yang sabar dong!”

Atau saat anak ngacak-ngacak rumah, istrinya berkata “jangan diacak-acak, main yang lain,” eh suaminya berkata “tidak apa! Namanya anak-anak.”

Sekilas memang benar perkataan suaminya jika memang setelah itu suami yang membereskan. Hal yang membuat tambah emosi istrinya karena setelah itu bukannya suami yang membereskan, tapi kemudian yang diminta membereskan justru istrinya, padahal dari pagi si istri sudah melakukan pekerjaan semacam itu.

Gampang jika hanya menyalahkan! Tapi jika pun salah, sebagai “imam”, sesalah apapun istri kita, itu juga kontribusi kita di dalamnya yang tidak sensitif terhadap situasi istri.

Jika situasi berulang terlalu sering, saatnya istri Anda, “diupgrade” suasana hatinya dan “upgrade” kompetensinya. “Upgrade” suasana hati dengan memberikan istri untuk melihat “pemandangan” berbeda. Jalan-jalan sepekan sekali, “couple time” tanpa anak dengan kita setidaknya sebulan sekali, keluar kota setahun 2x.

“Upgrade” kompetensi istri dengan berikan kesempatan istri belajar. Bantu ia untuk menghadiri majlis-majlis ilmu: seminar parenting, beli buku, halaqoh, dauroh, gabung komunitas yang baik-baik dll. insya Allah ini semua akan membantu.

Kedua, hentikan meremehkan perkara-perkara yang mungkin menurut kita sepele tapi tidak menurut mereka. Jangan biasakan ngomong pada istri “lebay deh”. Karena kita tidak merasakan situasi seperti mereka. Ingat ya, yang lebay menurut kita bisa jadi serius menurut orang lain.

Ketiga, untuk merasakan energi empati, sesekali sediakan waktu setidaknya 1x sepekan urus anak sendiri dari pagi sore, tanpa istri. Saya sering melakukannya, dengan 6 anak saya, saat istri ngaji ada acara dll. “Boleh bawa anak abah?” Saya katakan “Tidak! Itu acara ummi, bukan acara anak-anak.”

Saat saya menjaga semua anak saya jalan ke mall atau jadi “dad stay at home!” Beuh! Berasa… Berasa sekali bray, betapa hebatnya istri kitah!

Lalu untuk para ibu, jangan pernah menyerah dan jadi inferior “saya masih emosi gak sabar” dll. Normal moms shalihah.. Normal!

Sumber : grup diskusi emak kekinian

Avatar
reblogged

MUSLIM PLANNER 2018

Siang ini, saya mendapatkan sebuah broadcast yang berisi tentang sebuah Planner 2018.

Kurang lebih begini isi broadcastnya :

Assalamu'alaikum! 🤗

Halo, teman-teman semua~~~

Awal tahun baru biasanya menjadi momen untuk menyusun rencana dan target-target yang ingin dicapai selama setahun kedepan.

Nah, untuk membantu kita merencanakan target-target itu, 2018 MUSLIM PLANNER hadir untuk membantu kita mencapai target dunia maupun akhirat.

InsyaAllah

Hmm terus, apa aja sih isi planner muslim jaman now ini? 🤔🧐 Nih, cekidot:

✅ My Self Potrait ✅ Biodata ✅ My Family ✅ Reasons Why I Am Awesome ✅ Kalender 2018 ✅ Kalender 2019 ✅ Kalender Puasa 2018 ✅ Life Plan (Rencana Usia 21-60 Tahun) ✅ Yearly Goals ✅ Monthly Spread ✅ Weekly Schedule ✅ Daily Activities ✅ Jadwal Kajian ✅ Du'a List ✅ Kalender Cuti Liburan 2018 ✅ Places to Travel ✅ Financial Report ✅ Books to Read ✅ Must Have Items ✅ People That Inspire Me ✅ Family & Close Friends Milad ✅ End-of-Year Evaluation ✅ Notes

Kabar baiknya, planner ini dibagikan secara cuma-cuma loh. 🤑

Yup, FREE for PERSONAL USE ONLY yes.

Cara dapetnya gimana dah? 🤨 Langsung aja klik linknya di bawah ini. ⬇⬇⬇⬇⬇

Planner ini ada dalam bentuk pdf dan jpeg lho.

Setelah di-download ⬇ tinggal di-print 🖨 aja deh. Happy planning!💡💡💡

Semoga bermanfaat ya dan semoga semua hal yang ingin kita raih di tahun ini bisa terlaksana. 😎 🙏🏻 Aamiin 🙏🏻

Oh iya, silahkan dibagikan ke teman-teman yang lain ya. Supaya semakin banyak orang yang bersemangat mengejar impiannya. Demi masa depan yang lebih baik. ✊🏼✊🏼✊🏼 #eaaaaa

Jazakumullah 🤗

Setelah baca itu, langsung saya buka linknya dan ternyata keren banget.

Sengaja saya share di tumblr, karena saya rasa ini sangat bermanfaat.

Terima kasih kepada pembuat Muslim Planner ini, yang bernama Aya (Dicari-cari, ternyata nemu orangnya di IG, dengan akun @thelightofdhuha ). Semoga menjadi amal jariyah ya bagi ananda.

Jika teman-teman merasakan manfaatnya dan juga ingin berbagi kebaikan, silahkan share juga info ini. Semoga banyak orang yang menjadi lebih teratur hidupnya.

Avatar
reblogged
Avatar
asaindonesia

Mengajarkan Ibadah yang Menyenangkan pada Anak

Sebuah Catatan Seminar bersama Bunda Elly Risman, Psikolog

Oleh: Yulinda Ashari Bidang Pemuda ASA Indonesia Divisi Riset dan Kajian

Sebagai orang tua Muslim, kita seharusnya sudah memahami bahwa tugas utama kita dalam pengasuhan anak adalah bagaimana menjadikan anak sebaik-baik hamba yang taat beribadah kepada Allah swt. Konsep ibadah dan keimanan ini harus diajarkan sejak anak masih dini, agar kelak ketika beranjak dewasa mereka sudah terbiasa untuk beribadah tanpa harus disuruh lagi. Metode pengajaran beribadah kepada anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Ibadah bagi anak-anak harus dibuat menyenangkan. Mengapa ibadah bagi anak harus menyenangkan? Karena targetnya anak-anak, maka metode harus disesuaikan dengan cara kerja otaknya. Bagian sinaps pada otak anak belum menyatu dengan sempurna sehingga ibadah harus dikemas secara menyenangkan. Orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan dengan mengabaikan perkembangan otak anak. 

Sebelum mengajarkan ibadah kepada anak, orang tua harus mengingat kembali bahwa hal ini merupakan perintah Allah yang harus diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh, karena sejatinya tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah dan mengagungkan keesaan Allah swt. Mari kita buka kembali QS. Ad-Dzariyat ayat 56-58, yang artinya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”

Salah satu tanggung jawab orang tua dalam hal beribadah ini adalah bagaimana cara membentuk kebiasaan yang baik serta meninggalkan kenangan yang baik pada anak. Ingatkah dahulu kala mungkin ada yang mendapat “ancaman” jika tidak salat? Barangkali hal itu dapat membentuk kebiasaan yang baik, namun kenangan yang tertinggal di ingatan adalah kenangan yang tidak baik, bukan? Kebiasaan baik dan kenangan yang baik. Ibadah harus dibuat menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani, tidak menolak, dan tentu saja agar mereka merasa senang dan bahagia ketika beribadah. Jangan pernah tinggalkan kenangan buruk untuk anak ya Ayah Bunda!

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar.“ (QS. An-Nisa ayat 9)

Tugas pengasuhan anak apalagi terkait ibadah ini memang bukanlah hal yang mudah. Namun ingatlah bahwa karakter anak apapun yang Allah anugerahkan kepada Ayah Bunda, tidak akan melampaui batas kesanggupan masing-masing orang tua. Selalu ingatlah bahwa anak kita sejatinya bukanlah milik kita. Anak hanyalah titipan Allah yang dapat diambil kapan saja. Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada pemilik-Nya. Mereka adalah kenikmatan, tantangan, sekaligus ujian, yang kemudian proses pengasuhannya membutuhkan perjuangan berupa pikiran, perasaan, jiwa, tenaga, serta biaya yang tidak sedikit. Bayangkan jika kita dititipi anak presiden, mungkinkah kita berani memukul, mencubit, atau berkata kasar padanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana jika kita dititipi anak langsung oleh Sang Pemilik Kekuasaan? Masih beranikah kita mendidik anak tanpa ilmu dan bersikap sewenang-wenang pada mereka? Kira-kira sudah berapa banyak kita melanggar perintah Allah terkait pengasuhan anak ini?

Didiklah anak karena Allah. Jangan pernah mengharapkan kebaikan dari anak jika orang tua tidak mendidiknya dengan baik. Anak-anak kita bukanlah pilihan kita, mereka adalah takdir pilihan Allah untuk kita. Boleh memasukan anak ke sekolah-sekolah agama, namun bukan berarti kewajiban orang tua dalam mengajarkan agama menjadi gugur begitu saja. Tugas orang tua untuk mengajarkan agama harus dituntaskan terlebih dahulu sebelum memasukan anak ke pesantren. Di akhirat kelak, bukan guru-guru pesantren yang akan ditanya, tapi para orang tua masing-masing. Ayah dan Bunda, sudah siapkah mempertanggungjawabkan tugas pengasuhan ini?

Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para orang tua dalam mengajarkan anak beribadah yang menyenangkan, antara lain: 1. Tantangan dari dalam diri sendiri dan pasangan Tantangan utama dalam hal ini adalah terkait bagaimana masalah agama ini ditanamkan pada diri Ayah dan Bunda sendiri. Selalu lihatlah ke dalam diri sendiri sebelum menyalahkan lingkungan. Seberapa pentingkah agama dalam hati dan kehidupan kita? Mungkinkah berharap anak yang salih saat kitapun tidak berusaha menjadi orang tua yang salih? Mungkinkah menginginkan anak yang rajin salat sedangkan Ayah dan Bunda tidak salat? Jadilah teladan yang terbaik bagi anak-anak kita terkait ibadah ini. Pelajarilah ilmu agama lebih banyak. Tumbuhkan kesadaran bahwa tujuan utama mendidik anak adalah menjadikan mereka penyembah Allah. Bagi yang sedang dalam proses pencarian pasangan, sepakatilah di awal pernikahan dengan pasangan untuk bersama-sama mendidik anak menjadi hamba Allah jika telah terlahir ke dunia kelak.

Tahukah Ayah dan Bunda, dalam proses pengasuhan ini, penanggung jawab utamanya ternyata adalah Ayah! Keterlibatan ayah untuk membentuk kebiasaan beribadah anak SANGAT PENTING! Anak yang mendapat keterlibatan pengasuhan ayahnya yang baik akan tumbuh memiliki harga diri yang tinggi, prestasi akademik di atas rata-rata, lebih pandai bergaul, dan saat dewasa akan menjadi pribadi yang senang menghibur orang lain. Maka wahai para ayah, kembalilah! Tugas ayah bukanlah sekadar mencari nafkah, namun juga sebagai penanggung jawab utama pengasuhan anak. Jika ayah terlalu sibuk bekerja—dengan alasan untuk kebahagiaan istri dan anak—maka tanyakanlah kembali pada diri: apa yang sebenarnya sedang ayah kejar? Apa yang ayah sebut dengan kebahagiaan anak dan istri tersebut? Tidak takutkah kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah mengenai hal ini?

2. Mengasuh generasi Alfa • Gen Y lahir pada rentang tahun 1980 – 1994. • Gen Z lahir pada rentang tahun 1994 – 2009. • Gen Alfa lahir pada rentang tahun 2010 – 2025. - Mereka hidup dengan internet (belajar, bikin PR, makan olahraga, tidur). - Semua serba cepat, instan, menantang dan menyenangkan. - Mereka terbiasa multiswitching (melalui gadget). - Mereka memiliki tata nilai yang berbeda. Generasi yang akan kita didik saat ini adalah para Alfa. Jika generasi Alfa ini tidak dididik dengan metode yang tepat sesuai zamannya, maka akan sulit memasuki dunia mereka, bukan? Karenanya, Ayah dan Bunda tidak boleh abai dengan tantangan dan perkembangan zaman ya!

3. Beban pelajaran yang berat • 70% anak masuk SD sebelum usia 7 tahun. • 46% anak di sekolah 6 – 7 jam sehari. • 25% sekolah masih memberi materi pelajaran formal setelah jam 12 siang. • 52% guru di sekolah masih memberikan 1 – 2 PR. • 18% anak mengikuti les mata pelajaran setelah pulang sekolah. • 25% anak mengikuti les 2 -3 hari dalam seminggu. • Standar kelulusan Indonesia tertinggi di dunia. Dengan beban pelajaran yang berat bagi anak, kegiatan beribadah seringkali menjadi tidak diutamakan. Para orang tua mendidik anak mereka menjadi orang yang pintar secara akademik, namun hampa secara keimanan. Tanamkanlah tekad dalam diri, “Anakku harus salih dulu, baru pintar”. Jangan salahkan pula jika kemudian anak menjadi mudah emosi karena terlalu lelah di sekolah. Jangan pernah abaikan perasaan mereka. Hindari menasihati mereka saat emosinya sedang tidak baik. Orang tua juga perlu menyelesaikan emosi dengan dirinya sendiri, jangan sampai emosi kita kemudian berimbas kepada anak dan pasangan. 4. Peer Pressure 5. Ancaman dari agama dan kepercayaan lain 6. Perubahan nilai dari masyarakat kita

Mulai dari mana?

Selesaikanlan urusan dengan diri sendiri dan pasangan terkait urusan ibadah ini. Semua kebiasaan beribadah ini bermula dari Ayah dan Bundanya, jadilah role model yang baik dan idola bagi anak kita sendiri. Orang tua juga perlu mengenali keunikan serta tahapan perkembangan otak anak, sehingga metode yang disampaikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Kenalkan ibadah pada anak dengan cara yang menyenangkan. Biarlah jika pada awalnya mereka suka sekali bermain air saat berwudhu hingga bajunya basah dan haruss diganti berkali-kali. Biarlah jika gerakan salatnya masih semaunya, suka menarik-narik sajadah, atau menganggu ayah bundanya saat sedang salat. Jangan dimarahi. Biarkan anak senang dan bahagia terlebih dahulu dengan praktik ibadah ini. Masukan target “bahagia” dalam proses pengasuhan anak. Mendidik anak memang harus disertai kesabaran yang tanpa batas. Tidak apa-apa, didiklah anak dengan cinta karena Allah semata. Jika anak senang beribadah, ia akan mau beribadah, kemudian menjadi bisa beribadah, dan terakhir menjadi terbiasa beribadah tanpa harus disuruh dan merasa dipaksa.

Untuk mengajari anak ibadah yang menyenangkan diperlukan niat baik, kejujuran, keterbukaan, serta kerjasama yang baik dari kedua orang tuanya, tidak bisa hanya salah satunya saja. Setelahnya, kombinasikan semua tekad itu dengan mengenali kepribadian anak, sesuaikan dengan cara kerja otak, bakat, serta seluruh kemampuan anak. Setiap anak kita adalah unik, otak anak baru berhubungan sempurna ketika berusia 7 tahun, sedangkan hubungan anatara sistem limbik dan corteks cerebri di otak baru sempurna pada usia 19-21 tahun. Butuh sekitar 20 tahun bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik, maka bersabar dan bersungguh-sungguhlah, karena Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh. Jangan menuntut anak untuk dewasa sebelum waktunya. Anak perlu menjadi anak untuk dapat menjadi orang dewasa, hilangnya masa kanak-kanak akan mengakibatkan masyarakat yang kekanak-kanakan. Bantulah anak-anak kita untuki mekar sesuai dengan usia dan kemampuan serta keunikannya. Ayah dan Bunda harus membuat kesepakatan dan kerjasama di awal, siapa pengambil keputusan dalam hal A dan B, buat perencanaan-pelaksanaan-evaluasi, buat target per anak, pembagian kerjasama, kontrol, dan selalu bermusyawarah dalam setiap keputusan yang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Ubah paradigma dan cara pandang kita, bahwa anak bukan saja harus bisa beribadah, namun juga suka beribadah.

Landasan Psikologis Anak

Anak Usia 5 – 8 tahun Ibadah untuk anak usia ini bukanlah suatu kewajiban, tapi perkenalan, latihan, dan pembiasaan. Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak untuk beribadah, namun ada kewajiban syar’i bagi orang tua untuk membentuk kebiasaan anak dengan cara yang menyenangkan. Didiklah anak dengan modal, misalnya belikan mukena yang disukai anak, membelikan baju koko baru agar anak rajin ke masjid, dan lain sebagainya. Jangan ragu mengeluarkan modal untuk keperluan beribadah kepada Allah swt. Jangan juga hilang kegembiraan anak usia 5 -8 tahun, masuki dunia anak dengan metode 3B: Bercerita/Berkisah, Bermain, dan Bernyanyi. Landasan Psikologis Anak Usia 5 – 8 tahun: • Mudah dibentuk. • Daya ingat yang kuat. • “Dunianya” terbatas. • Meniru: orang tua/ situasi. • Rasa persaudaraan sedunia.

Landasan Psikologis Anak Usia 9 – 14 tahun: • Otak sudah sempurna berhubungan. • Umumnya: Mukallaf. • Emosi sering kacau. • Tugas sekolah semakin berat (ditambah les). • Banyak aktivitas, termasuk bermain internet dan games. • Peer Pressure yang sangat kuat. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: tanggung jawab seorang yang sudah baligh. - Perlakuan dan komunikasi sebagai teman. - Bisa menjadi pendamping/ pembimbing adik-adiknya. - Diberi tanggung jawab sosial: mengantar makanan untuk berbuka puasa, membayar zakat, dan kerja sosial yang mudah sesuai usia. - Ajari anak untuk berwirausaha/ berdagang.

Landasan Psikologis Anak Usia 15 – 20 tahun: • Prefontal Corteks hampir sempurna berhubungan. • Dewasa muda. • Semakin banyak aktivitas, games dan internet. • Mulai mengenal pacaran dan pergaulan bebas. • Orientasi semakin di luar rumah. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: dewasa muda, ajarkan fiqih pernikahan. - Perlakuan dan komunikasi sebagai sesama orang dewasa. - Bisa menjadi motivator dan pembimbing adik-adiknya. - Jadikan ia penggerak/ koordinator kegiatan anak dan remaja masjid/mushala.

Setelah mengetahui landasan psikologis pada rentang umur anak, maka metode pembiasaan beribadah pada anak dapat disesuaikan dengan perkembangan dan cara kerja otaknya. Ayah dan Bunda harus terus belajar untuk bisa menjelaskan pertanyaan “mengapa?” dari anak, jelaskan apa yang saja yang menjadi perintah dan larangan Allah swt., serta manfaat dan ganjaran dari beribadah. Gunakan pendekatan kognitif secara ringkas serta contoh yang kongkrit pada anak, serta selalu gunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai referensi utama,. Teruslah bersabar dalam mendidik anak karena waktu persiapan setiap anak tidaklah sama, proses pengasuhan harus disesuaikan dengan usia, kemampuan, kondisi fisik, dan karakter anak.

Persiapkanlah diri Ayah dan Bunda untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Gunakanlah kata-kata yang memahami perasaan anak, lebih banyak mendengar aktif, hindari kata-kata yang menghambat komunikasi dengan anak, serta biasakanlah memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan. Jika saat ini anak kita dimanjakan oleh fasilitas: kamar pribadi, rumah yang luas, gadget, serta wifi dan akses internet yang tidak terbatas, jangan lupa ingatkan anak untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluannya, ingatkan bahwa meski Ayah dan Bunda tidak berada di rumah atau di sekolah, ada Allah yang tetap mengawasi dimanapun mereka berada. Sampaikan tips sukses pada anak yang tidak hanya berupa kemampuan akademik, namun juga berupa salat tepat waktu, sayang pada ibu, puasa Senin dan Kamis, serta mengaji setiap pagi dan sore.

Akhirnya, selamat berjuang! Miliki kekuatan kehendak, bayangkan, dan doakan anak-anak menjadi penyembah Allah yang taat. Semoga Allah karuniakan kita anak-anak yang salih dan salihah.

Avatar
reblogged
Avatar
andinavika

Resolusi Pengasuhan 2018

Berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan tahun beberapa saat tadi.

Terpikir oleh saya dengan semua perkembangan situasi akhir akhir ini untuk mengajak diri saya, keluarga saya dan anda memikirkan bersama rumusan resolusi pengasuhan untuk tahun ini, 2018.

Berita yang paling mencuat diakhir tahun ini yang sangat mengguncangkan hampir semua keluarga adalah berita berita yang berseliweran tentang meluasnya LGBT dan zina akibat kalahnya sahabat sahabat saya dari AILA, yang berjuang meminta adanya Judicial Review di MK, terhadap beberapa fasal dari KUHP kita yang sudah terlalu tua untuk disesuaikan dengan kenyataan yang ada sekarang ini dimasyaraat kita. Saya tidak akan membahas hal tersebut karena sudah sangat banyak kita simak dari berbagai media terutama TV dan media social. Tapi saya akan mengajak diri saya dan anda untuk memikirkan langkah langkah kongkrit yang bisa dan harus kita lakukan di keluarga kita, segera.

Ajakan saya ini ini juga didasari dengan sangat kuat oleh data dari hasil penelitian yang kami lakukan hampir sepanjang tahun 2017 untuk mengetahui dampak kerusakan otak akibat pornografi terhadap anak dan remaja, yang insha Allah akan kami sosialisaikan diakhir bulan Januari yang akan datang.

Resolusi 1: Perkuat ketahanan Ayah-Ibu.

Selain dari tantangan terhadap pengasuhan anak anak kita, ketahanan terhadap eksistensi keutuhan ayah dan ibu tak kurang kurang di goyang berbagai godaan dizaman ini. Bagaimana kita akan berjuang melindungi anak anak kita kalau ayah dan ibu sendiri menghadapi masalah yang seperti tak berujung. Jadi mau tidak mau ayah dan ibu sebelum mampu menjalankan peran ‘mengasuh berdua’ saya himbau untuk berusaha sekuat tenaga menemukan dulu pokok masalah, berusaha untuk saling terbuka dan mengerti masa lalu dan pengaruhnya bagi kehidupan sekarang. Kita sedang berjuang mempertanggung jawabkan pengasuhan anak kita kepada Allah. Bila ayah – ibu sudah mampu bersatu dan kokoh maka ayah ibu harus segera membuat list apa yang perlu diperbaiki, ditingkatkan dalam hal pengasuhan untuk masing masing anak agar tangguh hidup di era digital ini .

Masing masing ayah dan ibu membuat 3 hal saja yang perlu diprioritaskan ditahun ini untuk masing masing anak.Kemudian gabungkan hasil ayah dan ibu dan terakhir pilih lagi hanya 3 saja minimal untuk di perbaiki dan disempurnakan 6 bulan kedepan. Setelah itu, dijadwalkan topik pembahasannya dan siapa penanggung jawabnya. Bila 3 hal ini telah teratasi maka nanti bisa dijadwalkan 3 hal lainnya untuk waktu berikutnya dengan proses yang sama. Dengan begitu insha upaya yang kita lakukan akan terukur dan bisa dievaluasi. Semua upaya ini harus disesuaikan dengan usia, tingkat kecerdasan dan keribadian masingmasing anak.Dalam hal ini semua haus dipimpin oleh ayah. Peran ayah dalam pengasuhan semakin kritis dan mutlak diperlukan dalam keadaan yang semakin genting sekarang ini. Kurangnya peran dan kehadiran ayah dalam pengasuhan justru sangat signifikan menjadi penyebab dari berbagai masalah moral dan spiritual yang kita hadapi sekarang ini.

Resolusi 2: Menyicil “hutang jiwa” dan merumuskan ulang Tujuan Pengasuhan .

Kalau kita berhutang di bank harus kita cicil begitu jualah hutang jiwa pada anak anak kita. Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pengasuhan anak kita, tak bisa tidak kita harus berusaha mencicil dulu “hutang hutang jiwa” yang kita buat tak sengaja sepanjang pengasuhannya ditahun tahun yang lalu. Ayah ibu harus bekerjasama menutup lubang lubang pengasuhan ini, dengan lebih banyak memberikan perhatian dan kasih sayang, kesempatan untuk bersama, mendengarkan perasaan anak, berdialog tentang kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Jangan lupa bahwa Tujuan utama pengasuhan adalah untuk menjadikan anak anak kita menjadi penyembah hanya Allah saja.Mereka bukan saja harus mengerti tentang berbagai aturan dasar agama tetapi juga senang menjalankannya dan bisa menerapkan batas batas yang boleh dan tidak, yang haram dan halal. Tujuan lainnya adalah bagaimana secara bertahap sesuai dengan usianya anak memiliki kualitas untuk menjadi calon suami istri dan ayah ibu. Sederhana saja, mulailah dengan bertanggung jawab dengan diri sendiri dan punya empati pada orang lain. Bagaimana anak bisa menunjukkan semua hal diatas, kalau kita sekarang mengabaikan perasaannya. Hal lainnya akan berjalan sesuai usia. Tujuan pengasuhan lainnya adalah membantu anak untuk menjadi professional dengan sukses ditiap jenjang pendidikan dan seperti yang ditentukan oleh agama kita bahwa setiap manusia itu harus menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan keluarganya serta bermanfaat bagi orang banyak.

Resolusi 3 : Komunikasi yang benar, baik dan menyenangkan.

Kemampuan berkomunikasi adalah salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan dimasa depan, dimana kini komunikasi tersebut telh sangat diringkas dan di”hemat” dengan adanya perangkat teknologi komunikasi. Tetapi komunikasi tatap muka tak bisa dihilangkan begitu saja dan menjadi hal yang penuh tantangan untuk dilakukan dimasa depan, karena sekarang antar kamar saja anak dan ortu berkomunikasi lewat wassap atau sms!.

Kitab suci kita sudah merumuskan aturan baju tentang berkomuikasi yang benar. Biasakanlah untuk tak kehilangan komunikasi tatap muka, bicara baik baik dan berkata benar, bicara dengan kasih sayang, bicara dengan lemah lembut dan dengan suara yang rendah, karena dengan suara tinggi dan besar adalah suara Himar.Komunikasi juga harus mengindahkan kaidah cara kerja otak. Hanya kombinasi agama dan cara kerja otak itulah komunikasi bisa menyenengakan dan mengikat hati dan rasa antar ayah ibu dengan anak anak dan antar anak dengan saudara dan teman2nya.

Resolusi 4: Mengajarkan agama sendiri.

Kewajiban kita pada Allah sebagai “baby sitter”Nya adalah memperkenalkan Allah,RasulNya dan kitabNya serta berbagai aturan dalam kitab suci kita secara langsung pada anak anak kita.Kalau dasar pengetahuan kita kurang, itulah yang harus kita upyakan untuk ditingkatkan terlebih dahulu. Tidak ada salahnya dan tidak usah malu bila kita harus belajar “bersama” anak, karena itu lebih benar dan mulia dibandingngkan mensubkontrakkannya ketangan orang atau institusi lain. Kita perlu memantau pemahaman dan pengetrapannya sepanjang kehidupan mereka sehari hari. Ya keimanannya, ibadahnya, amalan hariannya , akhlaknya adalah tanggung jawab utama kita. Buat kerangkanya untuk masing masing anak sesuai usia, tempel ditempat yang sering terlihat agar mudah teringat, dan berusaha melaksanakan dan mengevauasinya. Kita tidak perfect, jadi jangan berharap anak kita perfect. Pendidikan itu perlu proses. Prinsipnya yang penting SUKA bukan BISA saja. Kalau suka , anak mengerjakan perintah Allah sebagaimana semestinya, bukan hanya BISA melakukannya ketika kita ADA saja!.

Resolusi 5 : Persiapkan anak Baligh.

Karena makanan yang bagus dan rangsangan juga “bagus”, anak kini baligh lebih cepat dibandingkan masa kita remaja dulu. Jadi jangan pernah berfikir “Ah masih lama!”. Tanggung jawab persiapn baligh ini tidak sederhana dan tidak bisa dianggap sepele. Karena begitu anak baligh yang artinya dia telah “sampai” ketahapan dewasa, berarti hukum agama sudah berlaku baginya. Dia sudah dewasa!. Akhirnya khusus untuk anak laki laki, kita abai. Padahal mereka adalah target pebisnis Narkoba dan pornografi!. Orang tua sudah harus mempersiapkan anak pelan pelan dengan penjelasan yang sederhana apa yang akan dihadapi anak pada masa pubertasnya sejak diatas usia 7 tahun. Dari segi ibadahnya,menjaga tubuhnya, berpakaian, pisahkan tempat tidurnya, pergaulan dengan keluarga maupun teman dan sekitarnya dan berbagai adab hidup lainnya.Jangan hanya fokus pada reputasi akademis saja, karena kerusakan otak akibat pornografi tak bisa dilihat dari terganggu atau tidaknya prestasi akademisnya, tapi pada kehidupan emosinya dan spiritualnya!.

Resolusi 7 : Bijaklah berteknologi.

Mengejutkan sekali data yang kami peroleh dari angket yang kami sebarkan dibeberapa propinsi sejak pertengahan tahun 2017 ini, bahwa kecenderungan orang tua memberikan gadget dan social media semakin membenkan diusia semakin muda. Ada beberapa kota dan kabupaten tertentu yang persentase pemberian gadget pada anak BATITA DAN BALITA lebih tinggi dari pada anak SD!.

Kami kawatirkan hal ini terjadi karena orang tua benar benar LATAH, memberikan gadget pada anak karena anak orang lain punya . Tapi lebih menyedihkan lagi kalau pemeberian itu karena orenga tua NGGAK MAU REPOT ngurus anak yang ‘lasak/aktif dan menangis/ rewel atau yang lebih parah karena mereka tidak mau terganggu dalam membaca dan membalas pesan2 teman dari berbagai grup yang dia miliki.

Andai saja para orang tua ini tahu akibatnya bagi otak anak itu, gangguan pada mata, jemari, tulang belakang, perilakunya, dan keberhasilan hidup secara emosional dan spiritual dan betapa repot dan ruginya mereka nantinya, pasti mereka berjuang untuk menunda memberikan perangkat canggih itu pada anak anaknya.

Kendali ini letaknya pada ayah. Berilah anak perangkat teknologi sesuai dengan para penciptanya memberikan pada anak anak mereka 12- 13 tahun. Dan mulai denga perangkat yang sederhana fungsinya.Pemberian perangkat canggih ini tidak bisa tidak harus dengan penjelasan akan fungsi dan bahayanya, aturan yang harus dibahas dan disepakati bersam dan merumuskan konsekuensinya bial dilanggar. Itu saj juga tidak cukup, tpi harus disempurnakan dengan pendampingan , dialog dan diskusi dan pembuatan peraturan berikutnya sesuai dengan meningkatnya usia. Ayah ibu harus menjelaskan pada anak bahaya pornografi, kriminalitas, berbagai jenis narkoba dan kemungkinan kejahatan melalui perangkat tersebut dan bagaimana menghindarinya dengan cara melakukan “bermain Peran” atau Role Play.

Menyedihkan sekali menemukan fakta dari kegiatan kami, anak anak yang diberikan HP pada usia muda, ternyata mengakses pornografi mulai jam 10 malam sampai dini hari…

Sekali lagi ayah bunda, anak anda generasi Millenials dan generasi Alpha (lahir diatas 2010!), tantangannya luar bisa.

Selamat berjuang, Tawakkal dan selalu minta petunjuk Allah dan perlindungannya dan selalu baut semua usha dengan doa yang tiada putus.

Insha Allah!

Elly Risman

# ParentingEraDigital

Silahkan share bila dianggap perlu

Avatar

In Between

Kemarin secara tidak sengaja saya menemukan buku catatan lama saya, lebih tepatnya buku catatan harian yg saya gunakan 3 tahun lalu saat masih beraktifitas diluar rumah. Di dalam buku tersebut terdapat satu halaman yg berisi rangkuman hasil tes psikologi saya di tahun sebelumnya. Satu poin yg hingga kini tidak bisa saya lupakan adalah tentang arah energi psikis. Pada halaman itu, saya menuliskan catatan dari psikolog hindari satu arah (misalnya ingin kuliah, jangan menutup peluang aktifitas lainnya). Saya tidak ingat penjelasan lain dari psikolog akan hal ini, namun sayangnya saya ingat tidak menanyakan apa efeknya bila energi psikis saya tidak terarah dengan tepat.

Yap, memang benar. Saya terbiasa “menutup” peluang lain saat saya ingin fokus pada satu jalan/peluang yg telah saya pilih. Entah bagaimana awalnya, bila diingat-ingat hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak awal kuliah sarjana dulu (10 tahun yg lalu). Saat saya berada di organisasi A kemudian menambah aktifitas di organisasi B, secara perlahan namun pasti saya akan mengurangi intensitas di organisasi A. Saya terlibat dalam di komunitas B, saya mengurangi waktu di organisasi A. Beberapa waktu kemudian, saya sudah tidak aktif di organisasi A. Lain waktu, saya tergiur melihat teman yg sangat enjoy dengan komunitasnya. Isenglah saya mendaftar untuk bergabung di komunitas C, ternyata lolos seleksi. Mulailah perjalanan saya di komunitas C. Bagaimana dengan komunitas B? Yap, perlahan interaksi saya berkurang karena orang-orang di dalamnya sedang berjuang masing-masing (baca : skripsi). Waktu berlalu, saya mendapat peluang di organisasi D yg kebetulan masih bersinggungan dengan komunitas C. Alhamdulillah, saya menjalani keduanya selama beberapa waktu. Walau pada akhirnya, saya lebih memilih organisasi D dan mengurangi interaksi di komunitas C. Pertanyaannya, apakah ada organisasi/komunitas E, F, dst setelahnya? Jawabannya, ada. Dan ya, polanya berulang hingga di satu titik saya merasa “terpojok”. 

Yg pada awalnya di organisasi/komunitas A-B-C saya hanya mengikuti alur hati dan tidak berniat “menutup” peluang lain, berubah menjadi pilihan sadar untuk “menutup” peluang di organisasi D-E-F dengan alasan ingin fokus. Dan saat ini saya merasa “terpojok”. Karena komunitas yg saat ini saya berada di dalamnya adalah komunitas terkecil dalam hal jumlah anggota, hanya 3 orang. Pada titik ini ada beberapa kejadian yg membuat saya berpikir saya telah salah langkah, saya telah “menutup” peluang lain yg sebenarnya bisa saya jalani bersamaan namun saya abaikan. Saya terbuai oleh alunan kebiasaan yg menjadi mimpi buruk saya di kemudian hari, yg membuat saya kehilangan peluang. Bukan, bukan peluang terlibat dalam organisasi/komunitas lain, tapi peluang untuk menjadi sahabat dari seseorang dalam kondisi apapun. Oh, dear.

Jakarta, 5 Januari 2018

Avatar

Demam lebih dari 3 hari (pada anak) harus diperiksakan ke laboratorium?

Topik ini sepertinya sudah lebih dari sekali saya bahas, dalam thread yang berbeda. Tapi tak apalah, karena masih banyak yang bingung juga. Demam yang didefinisikan sebagai suhu tubuh lebih dari 38 derajat selsius, adalah salah satu penyebab tersering orangtua membawa anaknya ke dokter. Makanya dalam beberapa tulisan terdahulu, saya menyebutkan istilah “fever phobia”.

Nah, lalu bagaimana dengan demam yang cenderung suhunya berkisar di atas 39 derajat selsius dan tidak disertai gejala penyerta lain? Tidak ada batuk, pilek, atau diare. Ya, kalau sejak awal demam disertai batuk dan pilek, kita sudah dapat memperkirakan penyakitnya adalah selesma (common cold) dan seharusnya tidak ada kekhawatiran lebih lanjut (ingat, selama tidak disertai tanda kegawatan ya!).

Lalu bagaimana dengan demam yang tidak jelas diagnosisnya ini? Perlukah dibawa segera ke dokter? Kapan? Apakah patokannya “ tepat 3 hari” alias 72 jam? Dan haruskah segera diperiksakan laboratorium?

Demam dengan suhu >39 derajat selsius tanpa gejala penyerta yang jelas, berlangsung kurang dari 7 hari, dan terjadi pada anak berusia 3-36 bulan disebut juga dengan fever without source (FWS). Ada juga yang menyebutnya fever without focus atau fever with uncertain source. Umumnya bisa dibagi 2, yaitu anak tampak sakit (cenderung lemah/lesu sepanjang waktu) dan masih relatif aktif (ketika demam anak tampak lemas/rewel, tetapi ketika suhu turun anak kembali aktif bermain/beraktifitas). Kondisi pertama tentunya mengharuskan segera ke dokter. Tidak perlu memikirkan dulu perlu/tidaknya pemeriksaan laboratorium, tetapi segera bawa ke dokter untuk memastikan kemungkinan diagnosisnya). Kondisi kedua membuat orangtua seharusnya lebih tenang dalam mengobservasi kondisi anaknya dalam 3 hari, atau bahkan lebih. Hal terpenting yang harus diperhatikan orangtua adalah : pastikan anak tidak dehidrasi atau kekurangan cairan. Ya, peningkatan suhu tubuh meningkatkan risiko penguapan dan terbuangnya cairan tubuh. Makanya semua anak yang demam harus banyak minum. Pastikan anak tidak dehidrasi.

Bukankah makin tinggi suhu meningkatkan risiko kejang demam? Sudah berkali-kali dibahas, jawabannya adalah : TIDAK. Dehidrasi justru lebih dikhawatirkan dibandingkan kejang pada anak yang demam.

Lalu makin tinggi suhu bukankah menggambarkan makin beratnya penyakit? Lagi-lagi ini sudah pernah dibahas : jawabannya adalah TIDAK. Bisa saja demamnya tidak terlalu tinggi tetapi anaknya sakit pneumonia atau meningitis yang mengancam jiwa. Sebaliknya, sangat mungkin demamnya tinggi, tapi sakitnya hanya selesma saja.

Apa yang dikhawatirkan dari kondisi pertama (anak yang cenderung lemah sepanjang hari)? Bagaimanapun juga, penyebab tersering demam pada anak adalah infeksi virus yang akan sembuh dengan sendirinya. Tentunya antibiotik sama sekali tidak diperlukan pada Infeksi virus. Pada kondisi pertama, beberapa diagnosis penyakit yang paling dikhawatirkan adalah meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang akibat infeksi di jaringan paru). Makanya orangtua harus paham benar apa saja kondisi gawat darurat pada anak. Pada meningitis, terdapat tanda-tanda kekakuan tubuh (iritasi selaput otak), penurunan kesadaran, sampai kejang dan kematian. Sedangkan pada pneumonia, anak terlihat sesak napas, bisa dinilai dari gerakan dinding dada dan napas cuping hidungnya. Segera bawa anak ke dokter.

Kondisi kedua adalah keadaan yang paling sering terjadi, yaitu sakitnya sebenarnya “ringan saja” dan tidak potensial mengancam nyawa. Perlukah anak dibawa ke dokter pada FWS? Ya, untuk memastikan apakah diagnosisnya saat itu. Kalaupun dokter belum bisa memastikan diagnosis pastinya, maka sebut saja FWS.

Apakah pemeriksaan laboratorium perlu dikerjakan pada FWS yang sudah lebih dari 3 hari? Sebenarnya dokter lah yang menentukan perlu tidaknya. Satu hal yang ingin saya tegaskan di sini adalah : jangan melulu pemeriksaan darah yang harus dikerjakan. Pemeriksaan air seni alias urinalisis adalah pemeriksaan wajib pada anak FWS. Mengapa? Banyak FWS yang ternyata diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih alias ISK. Padahal gejalanya hanya demam saja, dan ditemukan banyak kuman (bakteri) di pemeriksaan urinalisis. Diagnosis ISK jelas adalah infeksi bakteri yang obatnya adalah antibiotik (diberikan setelah sampel untuk kultur urin diperiksa).

Di sini lagi-lagi saya tegaskan bahwa pemeriksaan urin sangatlah penting dan seharusnya rutin dikerjakan. Pemeriksaan ini sama sekali tidak menyakitkan. Bandingkan saja dengan anak yang ditusuk jarum untuk pemeriksaan laboratorium darah.

Apa saja kira-kira penyakit yang sering terjadi pada FWS? Penyebabnya sangat bervariasi. Yang cukup serjng terjadk dalam pengalaman sehari-hari adalah : - Common cold Ya, batuk-pilek bisa saja demamnya setelah masuk hari keempat atau lebih baru muncul batuk-pilek. Ini adalah infeksi virus yang tidak perlu dikhawatirkan. Kecuali di luar dugaan mencetuskan serangan yang menyebabkan sesak napas. - Roseola alias “tampak” (bukan campak lho yaa). Ini pun jelas infeksi virus, tetapi anak yang orangtuanya tidak sabaran tidak jarang yang langsung berinisiatif memeriksakan laboratorium darahnya. Ruam-ruam di tubuh baru muncul setelah melewati hari ke-3, bahkan ke-5 demam. Anak tampak jauh lebih aktif sesuah ruam memenuhi seluruh tubuh. - Demam Dengue atau DBD Ini yang hampir selalu terlintas di benak orangtua untuk selanjutnya segera memeriksakan sendiri laboratorium darah anaknya. Pelajari ciri-ciri DD dan DBD. - Infeksi saluran kemih (ISK) Ingat, gejala ISK pada anak tidak sama dengan orang dewasa. Bisa saja anak demam tanpa gejala lain, ternyata sakitnya adalah ISK. Maka jangan lupa mintakan pemeriksaan urin rutin, bahkan kultur urin jika perlu, untuk pasien-pasien semacam ini.

Demam tifoid tidak dipikirkan dalam FWS, karena demamnya berlangsung selama minimal 7 hari.

Avatar

Membangun Komunikasi yg Efektif dengan Anak

Cara membangun komunikasi yang efektif dgn anak (by Elly Risman):

1. Baca bahasa tubuh anak terlebih dahulu. Bahasa tubuh memegang peranan paling besar dalam berkomunikasi dgn anak. Sedangkan kata kata memegang peranan paling kecil. Jadi percuma ngomong sampe berbusa sama anak krn yg ditangkapnya cuma sedikit, apalagi kalo bahasa tubuhnya lagi jelek.

2. Dengarkan perasaan anak.Tebak perasaan anak dan biarkan dia menumpahkan emosinya terlebih dulu sampai habis. Saat perasaannya senang maka dia dapat menangkap apa yang kita katakan. Jangan pernah meredam emosi anak (ex: anak nangis karena kesakitan saat jatuh, jgn menyuruh anak untuk tidak menangis atau menyimpulkan sendiri kalau itu tidak sakit)

3. Mendengar aktif. Luangkan waktu 15 menit untuk berbicara dgn anak saat perasaannya sudah senang. Berbicaralah seolah olah kita ikut merasakan apa yang anak rasakan (ex: ooh begitu, makanya kamu marah betul yaa?, dll).

4. Hindari 12 gaya populer berkomunikasi dgn anak (memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi label anak, mengancam, menasehati, membohong, menghibur, mengkritik, menyindir, menganalisa) yg membuat anak tidak PD.

5. Tentukan masalah siapa (orang tua atau anak). Jika itu masalah anak (ex: pr ketinggalan di rumah) biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga anak menjadi mandiri dan bertanggung jawab

6. Jgn bicara tergesa gesa sehingga anak sulit mengambil kesimpulan apa yg kita katakan dan anak bisa jd tulalit.

7. Belajar utk mengenal diri sendiri dan mengenal lawan bicara kita. Berbicara dgn anak perempuan berbeda dgn anak laki-laki. Jgn pernah berkata kpd anak laki melebihi 15 kata, krn anak tsb tdk akan menangkapnya. Saat kita bertanya kpd anak jgn berharap lgsg mendapat jawabannya. Anak perempuan biasanya menjawab sore/ malam harinya. Anak laki laki bisa 2-3 hari.

8. Ingat bahwa setiap individu unik. Jgn pernah membanding bandingkan anak karena pasti kita jg tidak senang bila dibanding bandingkan dgn orang lain.

9. Pahami bahwa kemauan kita berbeda dgn kebutuhan anak. Contoh kasus: anak sulit bangun pagi hari krn dia malas pergi sekolah akibat mamanya ingin dia masuk ipa, sedangkan ia ingin masuk ips, sehingga dia merasa tertekan saat mau ke sekolah.

10. Sampaikan PESAN SAYA (ex: mama marah karena kamu ga dengerin mama utk beresin kamar), bukan PESAN KAMU (ex: kalo kamu ga beresin kamar nanti mama hukum). Pesan yg disampaikan sama, tapi cara penyampaiannya beda. Dan jika memakai “pesan kamu”, pesan tsb tidak sampai ke anak.

Avatar

Shalat

“Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!”. Suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi namun bermimik wajah lembut. Ada apa gerangan? Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara. Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk. Peluh masih membasahi sekujur punggung, kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya telah berkumandang. Memang kami terlalu larut bermain. Kamar itu sebenarnya sebuah garasi yang disulap menjadi tempat tidur bersama dan ruang serbaguna dengan penerangan lampu seadanya. Aa bersila diantara aku dan Kaka yang juga ikut bersila. Kami sering disebut ‘Tiga Serangkai’ oleh tetangga karena selalu bertiga kemana-mana. Ayah pun bersila di hadapan kami. Wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang semakin membuat kami ciut. “Kenapa pulang selarut ini?” Ayah mulai menginterogasi kami. Aa sebagai kakak lelaki pertama memposisikan diri sebagai juru bicara dan mulai berkilah panjang tentang alasan kenapa pulang larut malam. Mulai dari sendal Kaka yang hilang sebelah karena dijahili anak kampung sebelah hingga diajak main Playstation setelah main bola oleh Dodi, tetangga sekaligus teman karib kami bertiga. “Sudah shalat maghrib?” Sebuah pertanyaan yang mencekat. Aa diam membeku. Apalagi aku, Apalagi Kaka yang paling muda. Kami betul-betul lupa waktu saat itu. Hanya menundukkan kepala yang bisa kami lakukan. Mungkin karena ini wajah ayah begitu kecewa. “Bu, tolong matikan lampu”, suara Ayah lembut kepada Ibu. Ibu yang semenjak awal ternyata mendengarkan di balik pintu kemudian masuk dan mematikan lampu lalu duduk di samping Ayah. Kamar seketika gelap gulita. “Apa yang bisa kamu lihat sekarang?” Hening. “Semua gelap. Lihat sekeliling kamu, hanya ada hitam. Tapi ulurkan tanganmu ke kanan dan ke kiri. Kamu akan merasakan genggaman tangan saudaramu dan Ayah Ibu.” Kami saling menggenggam. “Tapi tidak lagi saat nanti di alam kubur. Karena kamu akan sendirian dalam kegelapan. Tidak ada saudaramu. Tidak ada Ayah Ibu. Hanya sendiri. Sendiri dalam kegelapan dan kesunyian.” Aku tercekat. Semua terdiam. Genggaman tangan di kanan kiriku mengerat. Lalu terdengar suara korek api kayu dinyalakan, sesaat tergambar wajah Ayah, Ibu, Aa, dan Kaka akibat kilatan cahaya api pada korek yang dinyalakan Ayah. Semua berwajah sendu. Korek itu membakar sebuah benda yang menghasilkan bara berbau menyengat. Bau obat nyamuk. “Siapa yang berani menyentuh bara ini?”. Suara Ayah masih mendominasi. Semua diam. Masih diam. “Ini hanya bara. Bukan api neraka yang panasnya jutaan kali lipat api dunia. Maka masihkah kita berani meninggalkan shalat? Shalat yang akan menyelamatkan kita dari gelapnya alam kubur dan api neraka.” Terdengar suara isak tangis perempuan. Itu Ibu. Genggaman kami semua semakin menguat. “Tolong Ayah. Tolong Ibu. Ayah Ibu akan terbakar api neraka jika membiarkan kamu lalai dalam shalat. Aa, usiamu 14 tahun, paling dewasa di antara semua lelaki. Abang, 12 tahun. Kaka, 10 tahun. Bahkan Rasul memerintahkan untuk memukul jika meninggalkan shalat di usia 10 tahun. Apa Ayah perlu memukul kamu?” Suara isak tangis mulai terdengar dari hidung kami bertiga. Takut. Itu yang kurasakan. Kami semua saling mendekat. Mendekap, bukan lagi menggenggam. “Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkan shalat. Apapun keadaannya. Sekarang kita shalat Isya berjamaah. Dan kamu bertiga mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” *** Dinukil dan diselia dari *"Shalat"* Hafizh M. Noor Esa, 17 Oktober 2016 https://goo.gl/PKAbM9

Avatar
reblogged
Setiap perempuan berpotensi untuk menjadi seorang istri yang baik -bahkan teramat sangat baik-, sepanjang ia tidak salah dalam memilih lelakinya.

Begitu juga sebaliknya.

Kalimat ini dibuat demikian karena keputusan untuk menerima/menolak laki-laki ada ditangan perempuan. Maka, libatkanlah segala hal yang di imani dalam menentukan pilihan tersebut. Semoga Allah senantiasa membimbing.

Kurniawan Gunadi

Avatar

PERNIKAHAN (versi saya)

(Tulisan ini dibuat untuk menunaikan tugas bulanan Grup WhatsApp CERIA - CERita Ibu & Anak)

Bismillah

• Hikmah terbesar setelah menikah • Bagi saya menikah membawa banyak hikmah. Dengan menikah, yg sebelumnya saya bisa memilih apapun yg saya inginkan, berubah menjadi apapun atas seizin suami. Saya yg terbiasa mandiri dalam mengambil keputusan, kini memiliki partner diskusi yg izinnya bermakna ridho dari Allah.

Menikah membuat saya belajar kembali untuk mengelola emosi dan menekan ego. Karena menikah tidak lantas menjadikan saya sebagai istri seseorang saja, tetapi juga menantu dari kedua orangtua.

• Pernikahan menjadikan kita pribadi yang lebih baik • “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nūr : 26)

Jauh sebelum memutuskan untuk menikah, ada satu peristiwa yg membuat saya selalu berpegangan pada ayat 26 surat An-Nur, bahwa wanita baik untuk laki-laki baik dan laki-laki baik untuk wanita baik. Ayat ini menjadi tamparan keras sekaligus motivasi bagi saya. Kalau saya menginginkan suami dengan kriteria A, B, C, maka saya harus memiliki kriteria tersebut terlebih dahulu. Terlalu muluk? Mungkin iya, mungkin tidak. Bagi saya, pasangan adalah cermin diri. Dan sekarang setelah menikah, hal itu terbukti benar.

Sebelum menikah, saya mengandalkan diri sendiri sebagai “kaca” dalam melihat hubungan saya dengan Allah. Apakah shalat saya sudah tertib? Apakah saya sudah berkata baik? Apakah saya sudah berprasangka baik? Dan masih banyak ‘apakah’ lainnya. Saya berdebat dengan hati dan pikiran, mengingatkan diri sendiri saat keimanan naik turun. Karena pada saat itu terjadi, hanya saya seorang yg mendapat pengaruhnya.

Setelah menikah, ada yg membantu mengingatkan secara konsisten akan ibadah saya. Ketika iman saya turun, saya akan melihat suami saya mendapat pengaruh dari saya. Pun ketika iman suami saya naik, saya mendapat pengaruh darinya. Kami saling memperbaiki diri dan menjadi “kaca” satu sama lain. Pernikahan membuat saya terus tersadar bahwa janji Allah dalam surat An-Nur ayat 26 terus ada, bahwa wanita baik untuk laki-laki baik dan laki-laki baik untuk wanita baik. Saya ingin suami yg baik, maka saya harus menjadi pribadi yg baik dulu agar bisa menjadi istri yg baik.

• Peran suami-istri dalam proses perbaikan diri dan pernikahan ke arah yang lebih baik • Bagi saya dan suami, memperbaiki diri adalah suatu keharusan. Kami saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain. Ketika saya sedang jauh dari Allah, suami dengan sigap menarik saya untuk kembali mendekati-Nya. Ketika suami sedang jauh dari Allah, saya membantunya dengan mengingatkan. Karena kami percaya, segala hal yg kami lakukan tidak hanya berdampak pada diri kami masing-masing, tapi juga ke pasangan dan anak-anak kami kelak. Diri kami baik, maka pasangan kami baik. Diri dan pasangan baik, insya Allah pernikahan akan baik pula.

PS : ini sebenernya deg-deg-serr mau nulis cerita sendiri yg temanya agak serius, di tumblr pula. Maklum, di tumblr lebih suka reblog. Kalo nulis prefer di IG karna suka ngga penting 😛 But anyway, there always be a first time for anything, right? 😉

Avatar

Neuroparenting

Bismillah, mulai menuliskan kembali apa yang saya dapat dari mengikuti training neuroparenting bersama dr.Amir Zuhdi. Beliau adalah Dokter Neuroscience dan founder Neuronesia Community. Belasan tahun fokus belajar tentang otak manusia termasuk di bawah bimbingan seorang dokter dari California. Karena ini adalah hal pertama bagi saya, emak – emak yg biasa riweuh di dapur, ada bbrp hal yg bisa jadi tdk saya pahami secara utuh. Karenanya, di catatan ini saya hanya menuliskan apa yg sekiranya saya paham dan bisa segera diaplikasikan untuk kita dan ananda di rumah. Saya coba tuliskan dalam bentuk point2 dan dengan gaya bahasa saya agar mudah dipahami, setidaknya oleh saya pribadi. Karena bagi saya, dengan menuliskan kembali seperti ini sama saja seperti belajar kembali. Sekalian saya posting di medsos krn sayang kalau training pagi sampai sore dengan investasi 7 digit ini hanya kami yang tahu dan memanfaatkan. Insya allah resume materi trainingnya akan saya bagi dalam 2 atau 3 kali postingan agar nyaman dibaca dan mudah diaplikasikan secara bertahap. Silahkan di share bagi yang merasa tulisan ini bermanfaat. Mohon doanya saja moga menjadi jalan kebaikan bagi kami sekeluarga dan sumber aslinya.

Salam Hangat, Euis Kurniawati Bundanya Kakak Tsabita dan Adek Farisah

💝💝💝💝💝💝

NEUROPARENTING PRACTITIONER - NPP (part 1)

1⃣ Apa Latar Belakang ada NPP ?

❗NPP sebenernya muncul karena banyak fenomena ketidakmatangan pengasuhan (immaturity parenting) di masyarakat kita. Jika menjadi dokter ada sekolahnya. Jika menjadi guru ada sekolahnya. Jika menjadi enginer ada sekolahnya. Namun untuk menjadi orang tua belum ada sekolahnya. Padahal menjadi orang tua bukanlah hal yang sederhana. Ini peristiwa peradaban ! Alhasil, pengasuhan pada ananda sering dilakukan asal-asalan. Apa yang dulu kita alami, di copy paste. Apa yang sering kita lihat, langsung dicontoh. Padahal tidak semua benar. Belum tentu semua tepat.

Maka sangat disayangkan saat banyak orang tua yang mudah terbakar emosinya saat anak rewel. Banyak anak menjadi korban kekerasan, baik kekerasan fisik (dipukul, di jewer, dsb) maupun kekerasan verbal (labeling anak nakal, bentakan, hardikan, dsb).

Efek kekerasan ini tidak sederhana efeknya bagi anak terutama jika terjadi pada usia 0 – 13 tahun. Sangat mungkin terjadi Penurunan pertumbuhan neuron (sel saraf yang membangun otak).

PENGASUHAN pada anak itu sebenarnya TERJADI DI WILAYAH NEURON. Mengasuh anak logikanya seperti merajut. Pada usia 0-13 tahun proses tersambungnya neuron2 yg ada di otak terjadi dg sangat cepat. Pengasuhan sendiri adalah proses stimulasi otak anak yang sesuai dengan perkembangan otaknya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar NPP. Agar bisa tahu bagaimana mengoptimalkan pertumbuhannya dan mewaspadai apa yang bia menghambat bahkan menghancurkannya.

Theodore John Kaczynski. Seorang genius yang pernah dicatat dalam sejarah. Memiliki IQ 145 dan lulus dari Harvard University pada usia 14 tahun. Dan di usia 16 tahun sudah mendapatkan gelar doktornya. Sangat pintar membuat sirkuit bom yang tidak bisa dideteksi. Hingga akhirnya ia memilih keluar dari tempnya mengabdi dan menebar teror bom disana sini. Setelah tertangkap, diteliti, ternyata bagian otaknya yg bernama orbito frontalisnya mengecil dan menyebabkan kematangan emosinya terganggu.

Ada seorang anak di Jakarta yang sangat cerdas. Masa SD hanya dilalui selama 4 tahun, masa SMP 2 tahun dan masa SMA 2 tahun. Langsung diterima di Fakultas Kedokteran. Sangat pintar namun emosinya kurang matang. Setelah ditelusuri penyebabnya ternyata karena sang ortu salah mengasuh dikarenakan belum punya ilmunya. Bahkan sang ayah mendapat predikat ‘ayah jahat’ karena sedikit anak nakal langsung diikat ke meja, di masukkan kamar mandi dsb. Padahal apa yang dilakukan ini adalah duplikasi dr pengasuhan sang kakek. Menyadari apa yang dulu dilakukan salah, sang kakekpun meminta maaf, begitu pula sang ayah. Alhamdulillah si anak cerdas yang menjadi dokter ini, kini juga menekuni belajar neuroscience bidang musik karena bakatnya menjadi musisi. Di bawah bimbingan salah satu profesor, sang dokter fokus belajar not-not musik yang mampu menstimulus neuron. Sang dokter cerdas ini tak lain adalah putra dr.amir zuhdi.

📝Ada beberapa gangguan emosi akibat kesalahan pengasuhan a.l : ✅ Mudah resah dan kesepian, ✅ Minder/murung/tidak bersemangat, ✅ Mudah marah, ✅ Tidak mampu mengendalikan keinginan ✅ Tidak patuh pada aturan.

Jika kita dapati ciri2 ini ada pada ananda, maka kita patut evaluasi, jangan2 memang ada kesalahan yang kia lakukan pada pola pengasuhan yang kita terapkan selama ini ❗

Cerita serupa saya dapatkan di forum parenting yang lain. Sang trainer dari Depok menceritakan dulu ketika ananda masih kecil, bundanya sulit mengontrol emosi. Mudah marah, mudah berteriak. Ternyata hal ini berpengaruh pada kemampuan berbicara anak yg ditengarai ada bagian sel saraf di otaknya yg terputus. Selalu gagap saat bicara. Sampai dewasa dan lulus sma pun pengaruhnya juga belum hilang, jika gagapnya sudah berkurang, saat ini jusru bicaranya sangat cepat dan terkesan seperti oang marah2. Menyadari kesalahan pengasuhan seperti ini, bundapun mempersering meminta maaf pada ananda dan membantunya menerapi bicara. Alhamdulillah ada banyak kemajuan yang layak disyukuri hingga kini ananda mengabdi sebagai seorang ustadz pasca lulus dari pondok pesantren ternama di negri ini.

💝 3 cerita ini menjadi hikmah beharga bagi kita semua. Penting untuk punya bekal menjadi orang tua. Bukan sekedar karena anak adalah buah hati kita, tapi lebih dari itu. Karena anak adalah AMANAH yang mau atau tidak mau, siap atau tidak siap, HARUS KITA PERTANGGUNGJAWABKAN dihadapanNya. Dan pengetahuan Neuroparenting (pengasuhan berbasis otak) mudah2an bisa menjadi salah satu bekal untuk kita mengantar anak2 menemukan takdir terbaiknya.

2⃣ Apa Fungsi neuro parenting dlm pengasuhan ?

Setidaknya ada 3 fungsi belajar neuroparenting, yaitu :

✅ Untuk membangun sinapsis antar neuron. Bayi yang baru lahir memiliki 100 milyar neuron. Nah sinapsis (hubungan) antar neuron tsb terbangun melalui proses pengasuhan. Dia Akan terus tumbuh sampai usia 22 atau 24 tahun. Semakin banyak sambungan (sinaps), maka makin kreatif, makin banyak ide dan makin pintar.

✅ Memperlancar neurontransmiter dan kelistrikan (proses jalannya informasi antar neuron)

✅ Untuk membentuk MYELIN yaitu lapisan yang menyelubungi saraf manusia. Selain membungkus saraf, myelin ini juga berfungsi untuk mempercepat impuls yang dikirim dari satu saraf ke saraf yang lain. Semakin tebal myelin, bisa dikatakan daya hantar impulsnya semakin cepat. Begitu juga sebaliknya.

Dalam sebuah literatur dan dr penjelasan pak suami yg kerap menyertakan poin ini dalam materi trainingnya,, saya dapati selain brain memory, ada istilah lain yang sangat unik dalam mendeskripsikan bagian tubuh kita. Dia bisa dilatih untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Istilah tersebut adalah muscle memory. Wah??? Apakah otot kita ada memorynya? Yup, karena otot sendiri bisa belajar untuk meningkatkan performanya. Dalam bahasa yang lebih mendalam, myelin inilah yang dikenal dengan muscle memory.

Myelin akan terlatih dengan baik dan akan memberikan respon yang cepat dalam menyikapi perubahan keadaan jika senantiasa selalu dilatih. Seperti atlet yang tak henti-hentinya melatih tubuhnya agar bisa menjadi yang terbaik dalam sebuah kejuaraan. Berlatihnya seorang atlet merupakan proses pembentukan myelin agar semakin hebat dan semakin gesit dalam menghadapi lawan.

3⃣ Apa GOAL belajar NPP?

Agar anak-anak kita CERDAS. Ada 3 kecerdasan yang menjadi goal NPP

📝 Cerdas Kognitif (bersifat keilmuan, kemampuan berpikir) ~ Masuk wilayah bagian otak yang bernama Pre Frontal Cortex (PFC)

📝 Cerdas Emosi ~ Masuk wilayah otak yang bernama Sistem Limbik

📝 Cerdas Motorik ~ Masuk wilayah otak yang bernama Batang Otak (Reptilian Brain)

4⃣ APA INDIKATOR KEBERHASILAN BELAJAR NEURO PARENTING?

Goal belajar NPP adalah menghasilkan anak yang cerdas dan memiliki 5 sklll sebagai indikator, yaitu :

❤ 1. Punya kemampuan dlm mengkalkulasi. Bukan sekedar menghitung angka melainkan juga dalam hal menghitung baik buruk, menganalisa baik atau tidak

❤ 2. Punya ketrampilan komunikasi Misal anak berani menyampaikan masalah apa pun kpd orang tua. Tidak ada kendala komunikasi dengan orang lain disekitarnya.

❤ 3. Punya kemampuan self control dlm kondisi bagaimana pun (baik dlm pengawasan ataupun tidak, baik dalam kondisi mampu maupun tidak). Self control ini bisa bagus kalau self motivationnya juga baik. Salah satu klien dr.amir adalah seorang wanita eksekutif muda yang kaya, pernah menginginkan sebuah gaun dengan harga jutaan rupiah dan sudah dicari ke beberapa negara. Ternyata malah ketemu di salah satu mall jakarta dan hanya tinggal satu2nya. Saat akan membayar, dicegah oleh dr.amir agar sang klien belajar self control. meski mampu secara finansial, tapi ini bisa jadi terapi efektif untuk berlatih self control.

Saat itu saya tanya tentang tsabita yang sangat sensitif pada makanan halal. Selalu memastikan ada logo halal pada kemasan makanan yang akan dibeli dan tak segan menolak pemberian orang lain yang tidak berlogo halal MUI. Apakah ini masuk kategori latihan self control? bisa jadi ini masuk kategori, tapi perlu dilatih dengan hal lain yang lebih kuat kata dr amir. Karena memastikan kehalalan adalah kewajiban. Latih anak pada kondisi yang boleh mereka lakukan dan bisa, namun kita tahan melakukannya. Ilustrasi lebih detail bisa kita search di youtube dg keyword : the marshmallow test.

Saat ikut seminar sebelum ikut training, dr. Amir memaparkan perbedaan anak penurut vs anak taat. Kebanyakan orang tua mengharapkan memiliki anak2 yang penurut. Padahal anak penurut sebenarnya tidak baik. Anak menurut bisa jadi karena ia takut pada kita orang tuanya. Alhasil, seandainya si orang tua tak bersamanya, bisa jadi ia akan melanggarnya. Berbeda dengan anak taat krn paham dg baik knp peraturan tsb dibuat. Jadi meskipun tanpa pengawasan tetap sesuai aturan. Dengan neuro parenting ini diharapkan kita bisa menghasilkn anak2 yang taat.

❤ 4. Punya ketrampilan mengambil keputusan. Yang berperan disini adalah PFC (akan dijelaskan kemudian secara detail) Misal anak bisa memilih mau pakai baju mana, mau belajar apa, bisa menjelaskan kenapa lebih suka warna biru daripada merah, misalnya.

❤ 5. Punya ketrampilan motorik (fisik) Misal baik tumbuh kembangnya, tidak mudah sakit, bisa memilih mana makanan yg baik untuk kesehatan, sadar untuk mejaga kesehatan jantung dsb

5⃣ Bagaimana sih gambaran sederhana otak manusia?

Otak manusia itu seperti alam semesta. Ada gunung, ada sungai, ada pohon dan sebagainya. Meski beratnya hanya 1,5 kg, namun jika direntangkan, luasnya bisa setengah lapangan bola.

Otak Einstein sendiri beratnya hanya 1,3 kg. Jadi dulu saat einstein meninggal, ada seorang ilmuwan yang mencuri otaknya untuk diteliti. Meski lebih ringan dari otak manusia pada umumnya, namun hubungan antar neuronnya (sinaps) sangat banyak. Dan inilah yang menjadi kunci kejeniusan seorang Einstein. Meski diganjar harus mendekam di penjara selama 3 bulan atas perbuatannya, tapi akhirnya sang ilmuwan ini mendapatkan hadiah nobel atas penelitiannya.

Otak bayi yang baru lahir terdiri dari 100 Milyar neuron ! Pada anak usia 0-3 tahun, 1 neuron mampu menyambung (sinaps) ke 15 ribu neuron lain. Usia 3-13 tahun, 1 neuron bisa menyambung ke 10 ribu neuron lain. Otak anak2 bekerja 5X lebih banyak dari orang dewasa.

Ini tentu menjadi informasi berharga pada kita agar bisa mengoptimalkan rentang usia 0-13 tahun untuk mengoptimalkan terbangunnya sinaps yang lebih banyak pada otak ananda.

6⃣ KUALITAS NEURON DITENTUKAN OLEH APA SAJA ?

🍎 1. Gizi atau nutrisi.

Proses pembentukan otak paling pesat terjadi pada waktu ibu hamil. Oleh karena itu diharapkan selama hamil, ibu mengkonsumsi makanan bergizi yg menunjang pertumbuhan otak. Misal mengandung asam folat seperti minyak ikan, brokoli dll. Lebih detail bisa searching di google dengan keyword : makanan ibu hamil untuk perkembangan otak janin

🎪2. Pengalaman.

Dalam usia 0-13 tahun, neuron berkembang dengan sangat cepat. Maka pastikan kita memberi banyak pengalaman pada ananda. Sering2 belanja pengalaman. Misal dg membawa ananda ke taman, pantai, kebun bintang, bengkel, pasar, termasuk memperkenalkan dengan beragam profesi (tour the tallent). Berkunjung ke dokter yg sukses dan bahagia, belajar ke petani yang sukses dan bahagia, dsb. 💕 3. Stimulan emosi.

latih anak untuk mengenal macam2 emosi. Emosi sendiri ada 5: cinta/bahagia, marah, takut, sedih, jengkel/jijik. Kalau diinget-inget mirip seperti film kartun berjudul inside out. Yang coba kami lakukan di rumah dengan ngobrol bersama anak2 untuk mengenalkan emosi. Kenapa koq nangis? Adek sedih atau marah ? Kuraang lebih begitu.

Setelah anak paham macam2 emosi, maka kita mulai mengenalkan untuk menghitung level emosi yang dirasakan, agar ortu tau bagaimana mensikapi emosi yang dirasakan anak, apakah perlu bantuan ortu atau tidak. contoh yang diberikan waktu itu adalah pengalaman dr.Amir ketika mnghadapi anak nya yg marah karena kesulitan menambah angin pada bola basketnya. Pertama beliau mengkomunikasikan kpd anak “adik lg marah? Berapa level marahnya?” kemudian di jawab sang anak “iya adik lg marah,level 3” nah karena masih dlm level 3 maka oleh dr.amir cukup dibiarkan, krn marah yang perlu dibantu jika sudah level 5 s.d 10. Dan ternyata benar setelah bbrp saat si anak sudah kembali ke rumahnya dengan bola yang terpompa sempurna berkat bantuan temannya yang lebih besar.

Jujur kami belum bisa praktek poin mengenalkan level emosi ini, karena pembahasan detail memang khusus dibahas pada modul pelatihan berikutnya dan itu artinya harus bayar 7 digit lagi hehehe. Mohon doanya moga pas ada trainingnya pas Allah berikan kelapangan rizki untuk belajar.

💡4. Rangsangan rasio.

Cobalah memberikan tantangan yg baru. Misal saat main puzzle, naikkan level kesulitannya secara perlahan. Kenalkan juga dengan konsep pemahaman soal sebab akibat dlm peristiwa sehari2. Misal saat itu kami pernah bawa anak2 ke tempat pembuangan akhir, kami ajak mereka belajar tentang membuang sampah dan akan berakibat apa jika lalai.

💪🏻 5. Latihan fisik. masih ingat 3 bagian otak yang menentukan kecerdasan pada bahasan di atas bukan? Nah ada 3 olah raga yang bisa menstimulus 3 bagian otak tersebut.

🏊🏻 Pertama berenang. Aktifitas ini mampu melatih batang otak yang kita tahu salah satu fungsinya adalah membentuk kecerdasan motorik. Saat masuk ke dalam air, sebenarnya melatih koordinasi bbrp bagian tubuh kita. Kalau anaknya takut air gimana? Kuncinya adalah pelibatan orang yang paling ia percayai, bisa ayah atu ibunya. Bisa diawali dengan memangku ananda saat tubuh kita basah dg air kolam. Lalu di ajak ke tepi kolam, biarkan kakinya menyentuh air kolam. Baru perlahan diajak masuk dan bermain di dalam kolam. Intinya pelan2 aja jangan dipaksa. Karena kalau dipaksa juga gak baik untuk otaknya. Sistem limbiknya bisa panas.

🏹Kedua, Memanah. Olah raga ini bisa melatih otak bagian Pre Frontal Cotex (PFC) untuk merangsang kecerdasan kognitif. Jika belum memungkinkan memanah, bisa coba basket meskipun tak seefektif latihan memanah dalam melatih PFC. Sekarang di bbrp kota seperti surabaya sudah mulai mudah menemukan tempat latihan memanah, kalau ananda masih kecil gak ada salahnya dibelikan panahan dari plastik yang mudah kita temui di toko2 mainan anak. Bisa juga permainan basket kita modifikasi dengan melempar bola2 kecil ke keranjang sampah untuk anak2 balita. Atau bisa juga kita modifikasi dg permainan2 serupa.

🏇🏻Ketiga, berkuda. Olah raga ini mampu melatih otak bagian sistem limbik yang mengatur kecerdasan emosi. Tentu tak sama saat kita berolah raga dengan melibatkan makhluk hidup lain. Ada keterlibatan emosi di dalamya. Jujur kami juga belum praktek untuk poin ini. Baru renang dan panahan (meski plastik). Moga someday…

Sementara di tulisan kali ini saya hanya sampaikan 6 point dulu. Agar tidak terlalu banyak, mudah dipahami dan bisa segera diaplikasikan. Point2 berikutnya akan saya posting di tulisan berikutnya a.l bagaimana agar kita bisa memperbanyak sambungan neuron (sinaps) yg notabene ini kunci jeniusnya einstein, bagian otak mana saja yang berhubungan dengan pola asuh dan bagaimana menstimulusnya, bagaimana mengontrol emosi dan mengelola marah, mengenal dan mengoptimalkan kerja amigdala – PFC – cinguli – ganglia basalis dsb. Gimana caranya agar anak mudah menerima nasehat dan bagian otak mana yang harus disentuh. Bagaimana agar anak punya kebiasaan baik dan automatically, bagian otak mana yang harus dilatih. Belajar self awarness, focusing skills, patient and persistence, rem emosi (sistem kopling) dsb. Insya allah. Selamat berlatih dengan apa yang sudah dibaca pada tulisan ini. Moga bermanfaat 💝

Avatar

Kado Hari Ibu Untuk Mimi (Rumah Singgah Cimahi)

Selamat hari ibu?

Semua orang berlomba-loba memberikan ucapan dan kado terindah untuk perempuan yang telah melahirkannya di dunia. Maka tidak heran setiap ibu akan merasa istimewa di hari itu selain hari ulang tahunnya, setidaknya 2 kali satu tahun sebelum anak-anaknya terenggut oleh kesibukan-kesibukan. Apa jadinya jika seorang ibu memiliki 35 orang anak sekaligus, dapatkan kau bayangkan seberapa besar kado dan keistimewaan yang ia terima?

Apa arti hari Ibu bagi Mereka Yang Kehidupannya bahkan TIDAK Pernah Dirayakan?

35 orang anak jalanan dan yatim yang memiliki ragam latar belakang alasan untuk hidup di jalanan hidup dalam asuhan seorang ibu, bernama “Mimi”. Ibu asuh dari mereka yang harus pergi dari kondisi yang terabaikan (broken home, himpitan ekonomi , dianggap berbeda, atau dibuang)

Mimi bersama keluarga Rumah Singgah Cimahi

Selasa 20 Desember, siang itu aku diajak kawan dari komunitas rumah pinus untuk silaturahmi ke rumah mimi, rumah itu tepat di samping rel kereta didekat stasiun cimahi. Mimi adalah ibu dari 35 anak jalanan/ anak yatim cimahi dan teman dari banyak anak jalanan sebandung raya. Umurnya sudah tidak lagi muda, terlihat dari seringnya keluhan penyakit di punggungnya yang kumat kalau terlalu lama bekerja. Sudah sejak 2006 mimi tinggal seatap di banyak tempat bersama adik adik anak jalanan cimahi. 

“Sudah banyak atap kami tinggali, pindah pindah, tinggal dimana rejeki dikasi neng”

Ya, mimi dan adik adik rumah singgah tidak memiliki rumah tetap, selama ini mereka adalah kontraktor, berpindah dari satu kontrakan satu ke kontrakan ketempat lainnya. Tergantung rejeki yang hadir di tempat mana.

Mimi memiliki keluarga kecil, suaminya yang kini sudah tidak bekerja dikarenakan sakit, anak paertama yang bekerja di pabrik dan dua anak yang masih sekolah di SMK dan SMP. Mimi bukan orang yang kaya harta, sangat sederhana kehidupan mimi. Jauh dari kesederhanaan itu mimi lebih kaya hatinya untuk bisa berbagi bagi adik adik. Beliau masih bertahan berjuang mengumpulkan rizki dan donasi untuk bisa menambal pelan pelan tuntutan uang kontrakan tiap bulan dan biaya makan adik adik. Kontrakan yang kurang dari layak bisa dikatakan cukup untuk tinggal 20 orang berjejal, hanya 5x2 meter dengan 2 lantai.Sempit kataku, hangat dan cukup bagi mereka.

“Atap ini dek biar seadanya sempit, tapi setidaknya mereka ga harus ngampar di jalan kena hujan belum kena pukul orang jalan, ada yang masih mau nerima mereka, menjaga mereka kalau sakit, ngingetin buat berhenti ngelem, makan bareng walau seadanya”

Tidak usah kalian bayangkan bagaimana tinggal di jalanan, “keras”, dan sangat tidak layak untuk jadi rumah bagi anak anak. Latar anak anak ini harus mencari kehidupan dari jalanan banyak, mulai dari kemiskinan keluarga, yatim piatu, broken home, atau bahkan di abaikan keluarganya. Maka dengan adanya rumah singgah ini mereka masih diterima oleh keluarga ketika mereka pulang dari jalanan.

Pada 4 Desember Kondisi anak jalanan ini bersama keluarga mimi yang mengasuh, telah diusir dari kontrakan lamanya dikarenakan sudah telat bayar tagihan,hampir mereka akan kembali ke jalanan. Sampai akhirnya mimi bertemu komunitas rumah pinus (komunitas mahasiswa peduli pendidikan) yang akhirnya bisa membantu mengumpulkan donasi untuk DP awal kontrakan sebesar 1,5 Jt. Sehingga mereka bisa menempati kontrakan baru meski kurang layak dibanding kontrakan sebelumnya. Secara tidak sengaja ternyata pendiri komunitas tersebut teman satu kosan saya, sehingga kami berinisiasi untuk bisa membantu rumah singgah untuk bisa lebih terjamin tempat tinggalnya.

Disini saya mengajak kawan kawanku yang baik hatinya untuk bisa membantu mimi dan adik adik rumah jalanan bisa lebih baik masa depannya. Dengan menyisihkan rejekinya, meski kecil untuk kita namun lebih besar maknanya bagi mereka. Donasi ini direncanakan untuk melunasi uang kontrakan  selama setahun sebesar 5.5 jt dan sisanya jika ada untuk biaya makanan  adik adik rumah singgah serta program pendampingan adik adik. Kedepannya Rumah Pinus juga akan merencanakan pengembangan pendampingan adik adik anak jalanan cimahi.

“Tidak perlu benar benar kaya untuk bisa berbagi, cukup hati yang lebih lapang untuk meluangkan ruang didalamnya untuk orang orang disekitarnya.

Untuk Mereka yang kehidupannya tidak pernah dirayakan, dengan sedikit kado dari kantong kita untuk membantu membiayai kontrakan rumah untuk mereka bernaung selama ini dari kerasnya kehidupan jalanan

Jika berkenan untuk memberikan mimi dan adik adik rumah singgah cimahi “kado”, caranya:

1. Buka https://ktbs.in/xetbq 2. Klik tombol donasi sekarang, pilih metode pembayaran atau Mengirimkan donasi ke rekening BNI 0227839925 An Amelia Sakinah, setiap donasi mohon untuk menambahakan 1 rupiah untuk mempermudah dikenali, contoh : transfer 100.001, jika ingin donasi 100.000 lalu Mengkonfirmasi donasi anda ke 085641795080 (wa/sms/call)

3. Sebarkan ke seluruh dunia!

Berapapun rejeki yang dibagi sangat berharga untuk aku dan adik adik, dan sekelumit doa serta pesan share berantai anda akan menjadi tanda syukur untuk adik adik, bahwa kehadiran mereka di dunia juga turut disyukuri dan didoakan oleh semua orang baik disini. Semoga setiap aksi kalian akan menjadi rantai kebaikan yang nantinya akan kembali kepada kita.

“Kamu pasti  tidak akan dapat menambah umur dalam kehidupanmu, namun  kamu bisa menambahkan kehidupan dalam umurmu dengan  kebermanfataan yang lebih banyak” -dari muna untuk amelia

Terimakasih kawan,

Bila ada pertanyaan silahkan hubungi saya di Telp/SMS/WhatsApp : 085641795080 Line : ameliasakinah Email : amelia.sakinah@gmail.com

Sponsored

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.