Avatar

gadis fajar

@gadisfajar / gadisfajar.tumblr.com

Write is the best way to talk everything that I can't say..
Avatar
reblogged

That's exactly what "tawakkul" means. It means that I don't see the solution, I don't know what's gonna happen tomorrow, but I know one thing for sure and that is ان معی ربی سیھدین "indeed my lord is with me and he will guide me through”

Avatar
reblogged
Avatar
zuhsblog

Dua of the day

اللهم اني أسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى

Oh Allah, I ask you for guidance, piety, chastity and self-sufficiency.

Allahumma inni as-alukal huda wat-tuqa wal-‘afaafa wal-ghina

Avatar
reblogged

“..My Lord, indeed I am, for whatever good You would send down to me, in need.”

Surah Al-Qasas: V24

Avatar
reblogged
Avatar
kang-islah

Semoga kamu menemui seseorang yang derap langkahnya penuh kebaikan. Perkataannya hanya yang baik-baik. Tingkah lakunya sopan dan santun. Kejujurannya sudah teruji. Tanggungjawabnya tak diragukan lagi. Niatnya yang tulus dan murni.

Semoga kamu menemui seseorang yang derap langkahnya penuh kebermanfaatan. Seseorang yang tumbuh dan berkembang bersama kebaikan, yang dapat membersamaimu sampai tujuan.

Semoga seperti itu. Aamiin.

El Isbat

Avatar
reblogged
Avatar
edgarhamas

God's Plan

"Aku hendak, kamu pun hendak. Dan Allah Mahakuasa atas apa yang Dia kehendak." Yang aku jalani sejauh ini, selalunya kehendak-Nya lebih indah dan lebih tepat dibanding hendaknya kita. Jika inginnya kita dan kehendak-Nya seirama, bersyukurlah. Jika tak sesuai rencanamu, tegakkan tubuhmu; Dia sedang memberikan rencana lebih baik.

Hari ini, saya menulis ini atas sebuah alasan yang cukup kuat. Ketika lidah ini nakal berkata, "Andaikan aku tetap di Mesir, pasti hari ini sudah wisuda." Berandai-andai adalah "keusilan" kita untuk mendikte rencana Allah. Padahal dibalik mengandai, sebenarnya ada ketidakridhaan dan ketidakyakinan. And well, ia sebenarnya adalah bahasa halus dari "merengek" atas takdir yang belum tentu ia tahu akhirnya.

Saya berkuliah sudah sejak 2015. Sudah 4 tahun di bangku Strata 1, tapi karena berpindah ke Madinah, akhirnya perlu mengulang lagi di semester pertama. Satu keyakinan yang saya angguki betul, bahwa ridha Allah ada pada ridha ayah dan ibu. Itu lebih dari cukup sebagai bekal bahwa Allah sudah siapkan semacam jalan tembus menuju yang kita idamkan.

Allah selalu punya rencana yang tak kita mampu menduga-duga akhirnya. Plot twist yang begitu jenius tercipta berulang-ulang bagi mereka yang belajar dari setiap peristiwa hidupnya sembari menghiasnya dengan hati yang ridha. Ini bukan sekadar untuk menghibur diri, inilah jalannya yang asli.

Di setiap hilang, ada ganti. Setiap masalah, ada solusi.

"Allahu Akbar", kata Syaikh Mutwally Asy Syarawi suatu hari, "ketika Allah menahanmu dari sesuatu, Dia akan mendekatkanmu pada sesuatu yang lebih baik." Dilengkapi dengan nasihat Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, "jangan benci sesuatu yang Allah pilihkan buatmu. Setiap sakit ada ganjarannya, setiap jatuh ada bangkitnya."

Kalau kita tidak memahami dimensi akidah ini, kita akan selalu overthinking. Depresi berkepanjangan karena menganggap semuanya buntu dan tak punya jalan keluar. Padahal Allah dengan sederhana sudah menjanjikan, "bersama kesulitan ada kemudahan."

"Siapa yang bertakwa, Allah akan berikannya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka." Memakai pikiran dan logika terlalu dominan akan melemahkan kerja hati dan keyakinan.

Sigmund Freud saja bilang, “In the small matters trust the mind, in the large ones the heart.”

Kamu takut ketika menghadapi takdir yang tak sesuai rencanamu? Wajar. Itu tandanya kamu manusia. Namun cobalah ketakutan itu kamu telisik; biasanya takut itu identik dengan khawatir pada apa yang terjadi di masa depan. Sementara masa depan siapa yang paling tahu? Only Him. The Greatest One. Allah Sang Maha Penjamin.

"Dan siapa yang paling setia menepati janji selain Allah?"

At Taubah 111

Avatar
gadisfajar

#reblog

Avatar
reblogged

Perjuangkan Lagi

Kalau kamu yakin akan sesuatu, kemudian kemarin gagal mendapatkannya. Jangan ragu untuk memperjuangkannya lagi. Berapa kalinya, tergantung batas yang kamu buat sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk merelakannya.
Karena mungkin setelah waktu berlalu. Dan kita tumbuh menjadi pribadi yang bertambah ilmu, menjadi lebih siap. Kita mungkin akan menyesal kalau hanya sekali berjuang saat itu. Kita menyadari betapa bodoh, kekanak-kanakannya, dan betapa gegabahnya keputusan kita.
Perjuangkanlah, lagi!
©kurniawangunadi | Purworejo, 19 juli 2020
Avatar
gadisfajar

Kemarin malam saya baru menerima kabar yang sempat membuat saya jadi ragu melangkah. Dan pagi ini, tepat beberapa menit setelah mengaktifkan handphone, saya menerima notifikasi tulisan ini, :")

_____

Iya iya. Saya akan terus berjuang.

Batasnya belum habis. Masih ada sisa waktu, masih ada kesempatan yang bisa saya perjuangkan.

Avatar
reblogged
“Beraneka bencana boleh menggoncangkan dunia, tapi tidak dengan hati kita. Semakin kuat goncangannya, semakin kuat hati kita perlu tertancap dengan teguhnya ketenangan dan rasa percaya.”

Kita punya alasan untuk mengucapkan sumpah serapah tentang pahitnya kenyataan. Sampai kita menyadari bahwa mustahil hidup berjalan tanpa ujian.

Ada yang berhasil melewatinya, ada yang gagal lalu tertinggal. Dari mereka yang berhasil, kita belajar tentang pentingnya ketenangan yang dilandasi keyakinan hakiki.

Dari mereka yang gagal, kita belajar tentang dampak dari goncangan sekecil apapun yang bisa membuahkan bencana ketika dihadapi dengan antipati.

Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia
Semua orang juga berjuang. Bedanya, ada yang kelihatan dan ada yang tidak.

Taufik Aulia

Avatar
reblogged
Avatar
edgarhamas

Ketika Insecure Menyesak Dada

Edgar Hamas | @edgarhamas | t.me/tulisanedgar | edgarhamas.tumblr.com

Hari-hari ini, makin banyak di antara kita perasaan sedih dan khawatir. Tentang beban masa lalu, tentang hari ini, dan masa depan. Kemudian kita menamakannya dengan berbagai macam istilah; "quarter life crisis", atau "overthinking" dan juga "insecure."

Meski definisinya berbeda, tapi muatannya sama: sama-sama menyasar hati dan pikiran yang ujungnya tak tenang. Keadaan dunia yang serba berubah ini seperti pelari cepat, kita dibuat terseok-seok dan terlunta-lunta mengejarnya agar tak tertinggal. Benarkah begitu?

Kekhawatiran kamu sebenarnya ibarat bayangan; ia terlihat besar, padahal aslinya biasa saja.

Di saat khawatir dan sedih itu datang, biasakan untuk menetralkan diri, agar tak berlarut-larut tersandera dengan kekalutan pikiran kita sendiri.

By the way, ternyata 1400 tahun lalu Rasulullah ﷺ sudah memberikan kita tuntunan bagaimana menghadapi insecurity.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

"Ya Allah, Aku berlindung pada-Mu dari Al Hamm dan Al Hazan" (HR Al Bukhari)

Dalam banyak terjemah, "Al Hamm" diartikan sebagai gelisah, dan "Al Hazan" diartikan dengan kesedihan. Padahal tidak sesederhana itu.

Dalam Fathul Bari dan Faidhul Qadir, makna "Al Hamm" adalah perasaan menyakitkan di hati yang terjadi karena khawatir akan masa depan. Dan "Al Hazan" adalah rasa pedih di jiwa yang bersebab pada sesuatu di masa lalu. Keduanya jadi perangkap buat hati.

Rasa insecure atas masa lalu dan masa depan, perlu kita minta pada Allah agar dihilangkan. Sebab ia bisa mengoyakkan semangat seorang hamba dalam hidupnya. Ia bisa merobohkan prioritas pikirannya, dan ia mengalihkan perhatian hamba dari pintu-pintu kebaikan. Ia hidup bukan untuk menjalani harinya, sehingga ia tak maksimal dalam setiap detik perjalanannya.

Apa solusinya kemudian? Coba kita berbaring, atau duduk, baca doa ini dan resapi baik-baik. Lalu iringkan dengan pesan Rasulullah ﷺ padamu,

مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا...

"Siapa yang menjadikan akhirat sebagai tumpuan orientasi hidupnya, maka Allah akan jadikan keluasan pada hatinya, dan dikumpulkan buatnya kebaikan-kebaikan, dan didatangkan padanya dunia..." (HR Tirmidzi)

Avatar
gadisfajar

bismillah..

Avatar
reblogged

Pada awalnya, semua orang bangga dengan pilihannya. Tapi pada akhirnya, tidak semua orang setia pada pilihannya. saat dia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikan. Karena yang tersulit dalam hidup sejatinya bukanlah memilih, namun bertahan pada pilihan.

Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan, tetapi untuk bertahan pada pilihan mungkin harus menghabiskan sisa usia yang dimiliki.

Avatar
reblogged
Avatar
jndmmsyhd

Rezekimu tidak akan salah masuk rumah saudaramu, tapi bisa jadi rezekimu datang lewat perantara saudara atau temanmu. Perbaiki hubungan pertemanan, kekeluargaan, bahkan untuk seorang yang baru berkenalan.

Jangan kamu bawa kegelisahanmu tentang masa depan pada hari ini, ia justru akan menjadi penambah bebanmu hari ini, sebagaimana juga akan mengurangi rasa syukurmu atas nikmat hari ini. Merancang masa depan adalah sebuah keharusan, tapi khawatir akan kekurangan di masa depan adalah kesalahan karena bukan kehendak dan kapasitasmu untuk menentukan dan menghukuminya, teman.
Masa depan itu miliknya Allah, baik dan buruk itu semua kehendak Allah. Memikirkan kegelisahan untuk waktu yang belum datang akan menjadikan kamu tidak menikmati hari ini. Yang kemarin sebagai pelajaran, yang sekarang jadikan yang terbaik, dan yang akan datang jadikan rancangan dan cita-cita, menjemputnya dengan usaha dan doa-doa hari ini.

Allah tau kebutuhanmu, Allah tau kekhawatiranmu. Tapi Allah melihat bagaimana keyakinanmu akan kebaikan, juga keyakinanmu bahwa semua akan baik-baik saja sebab Allah Maha segalanya.

Yang didekati Allah, yang diniatkan hanya untuk Allah, semua akan indah pada masanya masing-masing.

Keep husnudzon, sob.

@jndmmsyhd

Avatar
reblogged
Avatar
icanread
Avatar
gadisfajar

Sedang dalam kondisi mempertanyakan-mengapa-rencana-yang-ku-susun-sedemikian-rupa-tidak-berjalan-dengan-semestinya (iya, kadang saya memang selemah itu), lalu tak sengaja melihat ini di timeline.

"Bagaimana jika.. ini adalah bagian dari rencanaNya untuk menyiapkan mu sebelum kau mendapatkan apa yang selama ini kau pinta?"

*cry*

Avatar
reblogged
Avatar
herricahyadi

Kelapangan Hati

Ketika membaca ajakan untuk berdonasi atau sedekah, selain mengecek validitas dari kegiatannya, apakah kita pernah berpikir sejauh mana level kelapangan hati yang kita miliki? Apakah newbie atau diehard

Kita sering melihat fenomena nyata nenek-nenek tua yang mengumpulkan hasil memulung bertahun-tahun untuk membeli hewan qurban. Kisah bapak tua yang menyelipkan sedikit uangnya ke relawan di jalan ketika bencana gempa plus tsunami di Lombok dan Sulawesi Tengah. Orang kaya merogoh kocek terdalam untuk sedekah itu hal biasa. Tapi orang-orang miskin, yang bahkan sendal terbaik mereka bekas putus penuh tambalan, adalah guru kesederhanaan. 

Saya sering menerka-nerka tipikal orang-orang yang berada di lingkaran saya sejauh radius pertemanan di sosial media; level apakah mereka? Tentu sangat bias karena terkaan ini akan sangat penuh tendensi subjetivitas. Tapi, dari sekian banyak proyek sosial yang saya lakukan, ada pola dan data yang relatif konsisten. Variabel yang saya punya bisa dipertanggung jawabkan secara perasaan–karena lagi-lagi saya menggunakan terkaan. Si A selalu ikut dan merespon dengan cepat ajakan donasi. Si B akan merespon tapi 50:50 untuk berdonasi. Si C tidak pernah merespon. Si D, E, F begini-begitu dengan kondisi yang variatif.

Dari data dan pola yang saya punya, saya berani membuat hipotesa. Bahwa orang yang gemar berbagi itu–berbagi rezeki, waktu, tenaga, atau sekadar berbagi senyum, kadang bukan karena mereka berlebih. Berbagi uang karena mereka kelebihan uang? Salah. Salah Besar. 

Mereka yang uangnya pas-pasan bisa saja tanpa perhitungan tetap berdonasi. Mereka yang uangnya melimpah, kadang sulit tergerak hatinya untuk berbagi. Yang mendorong mereka untuk berbagi itu lebih kepada kekayaan hati. Hatinya lapang. Sebab bukan harta dunia yang mengisinya, melainkan ada sisi ekstraterestrial yang holistik. Orang beragama menyebutnya: Tuhan semesta.

Dari mana saya bisa menyimpulkan demikian? Dari gaya hidup yang mereka pilih, narasi yang mereka punya, serta respon yang mereka berikan. Gaya hidup tercermin dari simbol dan makna yang mereka bagi di sosial media. Seorang berbagi story makan di Shaburi akan bermakna: dia sedang makan di restoran all you can eat. Yang berarti: mahal. Ditraktir atau bayar sendiri, maknanya sama. Narasi-narasi yang mereka bagi bermakna mendalam. Mereka yang dekat dengan sesuatu yang holistik relatif membawanya ke dalam kehidupan nyata. Bahasa sederhananya: relijius. Itulah sebabnya, proyek sosial yang dikemas dalam paket-paket relijius lebih mudah diterima oleh orang-orang ini. Indonesia termasuk negara yang relijius. Kemasan ini sangatlah tepat. 

Terakhir, dari respon mereka terhadap ajakan berdonasi. Tidak bisa kita menghakimi seseorang hanya dari respon mereka terhadap seruan berbagi. Tapi, sekali lagi, karena memang terkaan ini berbasis dari lingkungan sempit pertemanan saya, maka respon dari teman-teman tersebut menjadi penting. Dari sekian banyak teman-teman yang saya broadcast, mayoritas mereka merespon dengan baik. Pun ada yang tidak merespon, tapi mereka membagikan ajakan tersebut ke dalam story Whatsapp atau Instagram. 

Saya melihat nenek dan teman-teman yang merespon ajakan berdonasi itu dari sisi relijius yang sama bahwa mereka sama-sama memiliki kelapangan hati. Ditambah pengalaman pribadi yang tepat sama dengan hasil terkaan ini. Ketika hati saya lapang, saya sangat mudah untuk merespon ajakan berdonasi. Sekere-kerenya saya, sekosong-kosongnya isi kartu debit maupun kredit, saya pasti akan menyisihkan uang. Sebab ketika hati saya lapang, di situ saya merasa jiwa saya kaya. Saya mau kelapangan itu diisi oleh sesuatu yang bermakna–yang tidak mematikan hati saya menjadi manusia-manusia pelit penuh perhitungan. Kelapangan hati itulah yang membuat perasaan orang-orang menjadi bahagia. Seperti nenek, bapak tua dan orang-orang yang gemar bersedekah.

Mari menjaga agar hati kita tetap lapang.

Avatar
gadisfajar

Semoga kita selalu diberi kelapangan hati, aamiin.

Avatar
reblogged
Avatar
nurunala

Jangan Dulu Patah

Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Jangan dulu redup. Nyalakan lagi api harapan di bola matamu. Panggil kembali ingatan-ingatan tentang kesungguhanmu yang dulu. Utuhkan kembali niat mulia yang sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu. Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini. Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang sudah menguning saja tak ‘kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu.

Sebuah Pengingat 14 Februari 2019

Avatar
reblogged
Avatar
sistersalafy

Semoga Allāh merahmati kalian yang memiliki banyak kebahagiaan dan kenikmatan yang Allāh beri, padahal kalian mampu mempublikasikan pada dunia. Namun kalian lebih memilih dan berkata,

Banyak hati yang harus dijaga”

—sistersalafy

Avatar
reblogged

Ramadhan Hari Kedua

Pernah tidak berpikir betapa besar pahala orang-orang yang memudahkan ibadah orang lain, mungkin layaknya seseorang yang memberi makanan berbuka pada orang lain yang puasa. Ia mendapatkan pahala orang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.

Pahala-pahala yang sekiranya dapat mengalir jika kita melakukannya dengan niat yang baik, menjalankan amanah tsb dengan jujur, dan tentu saja meniatkan diri bahwa menjalankan peranan tsb sebagai sebuah sarana ibadah.

Kepada orang-orang yang berkelindan dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik sehingga masjid-masjid menjadi terang, microphonenya menyala, dan pada intinya ibadah jamaah di masjid tsb jadi lebih mudah. Pada orang-orang yang memasak di dapur umum, menyediakan sekian banyak porsi makanan berbuka puasa pada masjid-masjid di bulan ramadhan. Pada siapapun yang mengantarkan kita pada perasaan tenang dalam beribadah di bulan ramadhan ini.

Pernahkan kala berdoa, kita mensyukuri nikmat kemudahan tersebut dan ingat untuk berterima kasih dan mendoakan orang-orang yang tidak kita kenal dan tidak kita tahu siapa, yang menjadi perantara kenikmatanNya tersebut kepada kita.

Bayangkan bila pada tiap sujud kita, tiap huruf Al Quran yang kita baca, dan semua aktivitas ibadah kita, pahalanya ternyata diam-diam turut mengalir kepada orang2 tersebut.

Pernahkah, bagi kita yang ternyata harus bekerja keras selama bulan ramadhan ini. Bahkan rela melewatkan begitu banyak kajian bagus di masjid, tidak sempat shalat tarawih di masjid yang sedang dikunjungi imam muda/ustadz terkenal, dan semua hal yang rasanya seolah2 membuat kita merasa kurang pada ramadhan ini.

Coba renungkan lagi, apakah kita sudah optimal dalam menjalankan peran kita. Sebab, barangkali dengan keikhlasan kita menjalani peran2 tersebut. Ada banyak saudara muslim kita yang mendapatkan kemudahan dalam ibadahnya tanpa kita sadari, dan pahalanya diam2 mengalir kepada kita.

Sudahkah kita ikhlas dan ridha atas peran yang sedang kita jalani saat ini? Bekerja di rumah sakit 24 jam jaga, jagain listrik agar tetep jalan di pusat2 pembangkit, dan begitu banyak peran yang ada. Sudahkah kamu ikhlas bila ramadhan ini, ternyata kamu harus melewatkan lebih banyak malamnya di tempatmu bertugas?

Saya yakin, Allah telah meletakkan keadilannya secara paripurna :)

©Kurniawan Gunadi

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.