selesai
“setiap keluarga, setiap rumah tangga, pasti punya masalah sendiri-sendiri. tapi semua masalah itu harus segera selesai. bahkan, Ayah dan Ibu membiasakan bahwa setiap masalah dalam keluarga harus selesai sebelum tidur. menyesal deh Ayah, kalau sampai tidurnya meluk masalah bukan meluk Ibu.”
“hahaha Yah…” kamu terpingkal dalam hati.
“ini serius, Nak. setiap masalah yang datang dari dalam harus benar-benar selesai, sebab dalam perjalanan menikah, ada sangat banyak masalah yang datang dari luar. mungkin, sama seperti saat kita hendak menikah ya. kalau dulu eyang, papanya Ibu, bertanyanya kepada Ayah: kamu sudah selesai dengan dirimu sendiri belum?
nah, kalau kamu ingin keluargamu menjadi keluarga yang bisa bermanfaat, menyelesaikan banyak masalah umat, kamu dan suamimu nanti harus selesai dengan masalah-masalah internal keluarga kalian. dan itu artinya, kamu dan suamimu nanti, harus selesai secara sendiri-sendiri pula–dengan diri sendiri.”
“Yah, menurut Ayah, seperti apa orang yang selesai dengan dirinya sendiri itu, Yah?”
“damai, Nak. orang yang selesai dengan dirinya sendiri, hatinya selalu damai bagaimanapun di luar sedang badai. keluarga yang selesai juga sama. selalu damai di dalam keluarga tersebut, meskipun di luar badai sedang berkecamuk.”
kamu mengambil tempat tepat di belakang Ayah, lalu mulai memijiti punggungnya.
“Nak, syarat menjadi keluarga yang hebat itu adalah menjadi keluarga yang kuat. syarat menjadi keluarga yang kuat itu adalah menjadi keluarga yang sehat. syarat menjadi keluarga yang sehat itu adalah terpenuhi kebutuhannya. menyelesaikan masalah itu bagian dari kebutuhan loh, Nak. sifatnya harus karena memang perlu.
ingat, Nak. di luar sana ada banyak sekali sumber masalah. bahkan, tanpa kita datangi sekalipun, masalah hidup itu akan datang silih berganti dengan sendirinya. maka, jadilah seseorang yang selalu siap menemani pasanganmu dan anak-anakmu dalam menghadapi dan menyelesaikan itu semua. jangan beri kesempatan masalah itu ikut meretakkan yang ada di dalam. jangan beri kesempatan sampai ada orang lain yang berperan lebih besar untuk menyelesaikan masalah–itu sungguh sumber masalah yang lebih besar lagi.”
“siap, Yah. besok-besok kalau sudah menikah, pokoknya kalau tidur aku cuma peluk suami, bukan peluk masalah. hahaha…”
“hahaha… beruntung sekali ya suamimu itu nanti. dipeluk, dipijiti enak pula. Ayah pasti kangen jempol kamu.”
❤❤❤