Avatar

Islam dan aku

@zhafirahannora

Bismillahirrahmaanirrahiim
Avatar

Note-taking tips -Three Note-taking methods:

Always write the date of your class at the top of the page and number the pages on the bottom. This will help you when reviewing as you can just go to the lecture notes given on a certain day and, if you have time you can even create a table of contents for your notes. 

The Cornell note taking method:

You have to divide your page into three sections. Draw a vertical line in a quarter of your page and then draw a horizontal line near the bottom of the page like in the picture. On the right vertical section you will take notes of the lecture. On the left section, after class you will write any main ideas, cue words, or questions that will help when reviewing that topic. On the horizontal section, you will summarize your lecture notes. You should try to keep the summary concise and should be a few sentences long

The Mapping method:

This method requires you to write your notes like a mind-map. You write your main idea or topic on the center and then go adding ramifications as that idea or topic expands as you continue learning about that idea or topic.

The Outlining Method:

This is the method that I use because, I take notes on the computer and that’s just easier for me. You start with your main idea or topic, this can be general and, then as you learn more about that idea or topic, you can add more details about that idea or topic. You expand that topic using space indentation; to keep track of your ideas and details, you can use numbers, bullets, dashes, Roman numerals, etc. You can also use color coding (red for definitions, blue for main ideas, etc.) 

Hope that helps, 

xoxo, G

Avatar
reblogged

Lupa Bersyukur

Ini kesekian kalinya kita dipertemukan dengan pagi,

Sudahkah kita bersyukur? Bersyukur atas ruh yang masih dijinkan mengisi raga ini, bersyukur atas jantung dan paru-paru kita yang berfungsi seperti biasanya, bersyukur atas mata yang masih diberi kesempatan untuk melihat, bersyukur atas kening kita yang masih bisa merasakan sujud dikala subuh.

Kita sering merasa lupa, dan merasa ini memang sudah seperti biasanya. Bukan lagi dianggap sebagai sebuah anugrah dari Sang Pencipta. Bukan lagi menjadi bagian yang harus disyukuri dalam hidup. Mata tinggal dipakai melihat, kaki tinggal dipakai untuk berjalan, telinga tinggal dipakai untuk mendengar.

Kita sering merasa lupa, bahwa nikmat yang jarang sekali kita syukuri ini bisa Dia cabut kapan saja. Bahkan dipagi ini, mungkin ada sebagian dari kita di tempat lain yang kehilangan kemampuannya untuk melihat. Mungkin ada sebagian dari kita di tempat lain yang kehilangan kemampuannya untuk berjalan, kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya.

Atau bahkan sudah kehilangan kesempatan untuk meneruskan hidup di dunia ini.

“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?” Sebuah firman-Nya yang seringkali masih kita anggap hanya berupa materi dan segala hal yang berbau duniawi.

Dan sejatinya kita memang baru akan merasa begitu kehilangan, saat yang biasanya ada di sekitar diri sudah tidak lagi kita miliki.

Semoga kita masih diberi kesempatan untuk bersyukur, dan terus memperbaiki diri.

Surabaya - Pagi Hari

Avatar

Menjadi Bapak

Semua bisa menikah, tapi belum tentu semua bisa berumahtangga. Semua bisa jadi suami, tapi tidak semua bisa menjadi ayah. Dalam hal ini yang dimaksud berumahtangga dan menjadi ayah yang baik tentunya.

Setiap dari kita pada saatnya akan menjadi seorang bapak, lebih dari sosok suami yang tugasnya “hanya” untuk membahagiakan istri saat masih berdua. Menjadi bapak akan lebih dari itu, akan ada malaikat kecil yang merengek hanya untuk sekedar minta ditemani. Menjadi bapak akan lebih dari itu, ada cinta yang harus dia sebar kesetiap penjuru rumah setelah lelah bekerja keras.

Menjadi bapak akan lebih dari itu, dia akan memilih bahasa paling sederhana agar kita paham tentang seluk beluk kehidupan. Menjadi bapak akan lebih dari itu, dia selalu menyertakan doa-doa terbaiknya diakhir malam untuk kebahagiaan kita.

Kita harus bisa untuk menjadi bapak terbaik sedunia untuk mereka nanti. Menemani bermain, mengajarkan ilmu, dan memberikan kenangan-kenangan tidak terlupakan saat mereka beranjak dewasa.

Tidakkah kita akan lega dan bahagia saat mereka dengan bangga mengatakan,“Dulu bapak yang mengajarkan ini”,“Aku bisa seperti ini karena bapak”. Bukan dari pembantu, apalagi tetangga sebelah.

Semoga kita semua bersedia belajar untuk jadi bapak terbaik sedunia.

-dannydzf

Avatar

KEBETULAN...

Seperti itulah kami menilainya Meski kami sadar tak pernah ada kata kebetulan dalam kamusNya Ia mengetahui setiap helai daun yang jatuh Mengenal setiap janin dalam kandungan Dan menggerakkan setiap insan tanpa perlu kata-kata Masihkah bisa kita anggap ini sebuah kebetulan Kebetulan yang mempertemukan Kebetulan yang mengenalkan Kebetulan yang mewarnai Kebetulan yang memisahkan Ntah kebetulah seperti apa yang akan Ia rencanakan untuk kita Akankah terukir sebagai kisah indah yang abadi Ataukah hanya sebagai kenangan atas apa yang pernah terjadi Biarlah waktu berjalan bersama takdirNya untuk menjawab semua pertanyaan itu Menjawab setiap tanya yang terucap Dan menyampaikan setiap kata yang terucap Karna meski apapun yang terjadi, aku dan kamu tetaplah ada Dan kisah ini tetap singgah dalam hidup kita Ntah sebagai obat luka atau luka baru yang kan menggores Misteri yang mengombang ambingkan hati Namun, tak pula bisa dihindari Nikmati dan hargai saja setiap waktu yang ada Karna saat takdir telah memisahkan kita, kita pun takkan bisa mengubah segalanya "Mayla Andrea" feat "Abu Syafaq"

Avatar

14 ABAD YANG LALU DIA PERNAH MERINDUKANMU

Dialah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam… Tepat sembilan hari menjelang wafatnya turunlah firman Allah subhanahu wata'ala yang berbunyi: “Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak didzalimi.” (Al Baqarah : 281) Semenjak itu raut kesedihan mulai tampak di wajah beliau yang suci. “Aku ingin mengunjungi syuhada Uhud" ujar beliau. Beliaupun pergi menuju makam syuhada Uhud, sesampainya disana beliau mendekati makam para syuhada dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai syuhada Uhud, kalian telah mendahului kami. Insya Allah kamipun akan menyusul kalian.” Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menangis. Para sahabat yang mendapinginya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku rindu kepada saudara-saudaraku.” Mereka berkata, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.” (HR. Ahmad) Alangkah tulus ungkapan itu.. Namun tersisa beragam tanya: Kitakah yang dirindukan itu…? Bila iya, Sudahkah kita merindukannya…? Sudahkah kita beriman sehingga pantas dirindu…? Sudahkan kita mengamalkan sunnahnya sebagai bukti cinta…? Pantaskah diri yang lalai ini dirindukan Rasul suci yang mulia…? Duhai.. alangkah malangnya bila yang dirindukan itu terusir dari telaga haudhnya. Alangkah malangnya bila nanti terdengar darinya ucapan, “menjauhlah dari telagaku…” Kau tau kenapa…? Karena mereka telah merubah-rubah Agama yang dibawanya. Wahai insan yang dirindu…. Ikutilah jalan hidup manusia agung yang dulu pernah merindukanmu.. Jauhi segala macam bid’ah dalam agama, agar kau tak terusir dari telaganya. Buktikan cintamu dengan ittiba’ agar cintamu tak bertepuk sebelah tangan. Ingat selalu firman Allah azza wa jalla: Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 3:31) Ingat kawan…. Ditepi telaga haudh beliau menanti kita.. “Aku akan mendahului kalian di telaga. Aku sebagai saksi atas kalian” dan sesungguhnya—demi Allah— saat ini aku sedang memandang telagaku itu” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Kitab: "TAMAN ORANG JATUH CINTA" karya Ibnul Qoyyim al Jauziyyah

Avatar
Avatar
dokterfina
Mungkin ini benar. Semua jalan kita itu memilih yang dipilihkan, berusaha untuk menyerahkan yang terbaik dengan harapan dalam doa yang selalu baik. Sesederhana itu kah rasa(ku) pada(mu) ?

dokterfina

Apakah cinta yang sederhana itu?

Apakah sesederhana kata-kata yang tak sempat terucap? Apakah sesedehana kayu kepada api yang menjadikannya abu? Apakah sesederhana isyarat yang tak sempat dikatakan oleh awan kepada hujan yang menjadikannya tiada?Cinta yang sederhana.

Sesederhana cinta seorang Abdurrohman bin Auf yang begitu rela meninggalkan semua harta bendanya yang berada di Makkah demi mengikuti Rosulullah hijrah ke Madinah.

Sesederhana cinta Abdullah bin Mas’ud yang rela dipukuli kaum Quraisy demi melantunkan ayat-ayat Allah dengan suara lantang didepan Ka’bah guna bisa meluluhkan hati kaum Quraisy.

Sesederhana seorang Zaid bin Haritsah yang rela tubuhnya terluka parah ikut berdarah-darah demi melindungi Rosulullah yang dilempari batu oleh penduduk Thiaif untuk mengajak mereka memeluk agama Islam.

Sesederhana seorang Uwais Al-Qarni yang harus rela memendam rindu untuk bertemu dengan Rosulullah demi untuk merawat ibunya yang sudah tua dan buta serta sakit-sakitan.

Sesedernana cinta seorang Abu Bakar yang kakinya rela digigit ular di Gua Tsur demi tak ingin membangunkan Rosulullah yang tertidur pulas dipangkuannya.

Sesedernana Abu Dzar Al-Ghifari yang berjalan sendirian dalam jarak ratusan kilometer untuk menyusul mengikuti ekspedisi perang Tabuk.

Sesederhana Rafi’ bin Harist yang rela meninggalkan Maria, wanita nasrani tunangannya, yang amat dicintai, demi agama Islam yang waktu itu baru saja dipeluknya.

Sesederhana Bilal bin Rabbah yang rela dipanggang dan disiksa dibawah panasnya batu besar pada teriknya suasana gurun demi tetap berpegang teguh kepada agama Islam.

Sesederhana Umair bin Wahab yang rela berjalan kaki berbolak-balik dari Makkah menuju Laut Merah lalu ke Makkah lagi dan kembali lagi ke Laut Merah demi mengajak agar sahabatnya, Sofwan bin Umayyah, bisa mendapat hidayah Islam seperti dirinya.

Sesederhana Khabbab bin Art yang begitu sabar ketika besi panas diletakkan dikepalanya dan diinjak dadanya demi mempertahankan keIslamannya meskipun tak ada satupun yang membelanya waktu itu.

Sesederhana apakah cinta kita dibandingkan dengan perjuangan-perjuangan ini? Sesederhana apakah cinta kita terhadap teman-teman kita? Sesederhana apakah cinta kita kepada Allah? Mungkin, hanya kita yang mengetahui jawabannya.

Avatar
reblogged
Avatar
mbeeer

Bekerjalah di tempat yang membuatmu tidak merasa muak dan menghela napas panjang ketika melihat meme ini.

Avatar
reblogged
Avatar
academicus

Jangan Lupa Mati, Boi

Kenapa pemuda sangat suka membahas soal cinta?

Karena cinta itu sebenarnya mudah.

Mudah diceritakan, mudah dirasakan, mudah dimengerti.

Karena mudah, makanya semua orang dengan mudahnya pula membicarakan cinta. Pembicaraan yang tinggi menghasilkan ragam yang tinggi, interferensi di sana sini, dan hasilnya sesuatu yang simpel berubah menjadi complicated. Ditambah lagi dengan perilaku manusia yang selalu butuh second opinion. Most of the time, kita tahu apa yang harus dilakukan: kita hanya perlu diyakinkan. Itulah mengapa pekerjaan menjadi konsultan cinta menjamur macam ojek payung di musim hujan.

Tahu apa yang sulit untuk dibahas? Mati.

Mati tidak banyak dibahas karena memang sulit untuk membahasnya. Kita semua mencintai kehidupan, dan secara tak sadar “dididik” untuk selalu mencintai kehidupan. Di SD, kita diajari untuk siap masuk SMP. Di SMP kita diajari untuk siap masuk SMA. Di SMA, kita diajari untuk siap masuk kuliah. Di kuliah, kita diajari untuk siap masuk kerja. Dan di dunia kerja, siklus ini terus berlanjut hingga bersayap-sayap; yang jomblo siap menikah, yang menikah siap punya anak, yang karyawan siap naik jabatan, yang berpolitik siap naik kepemimpinan, yang berbisnis siap naik omzet, dan seterusnya, hingga tidak ada habisnya.

Kita selalu dituntut untuk siap menghadapi kehidupan; tapi siapkah kita menghadapi kematian?

Dzuhur tadi, saya dan teman di kantor naik motor ke masjid. Di jalan pulang kami bertemu dengan seorang lelaki tua yang juga ikut sholat berjamaah. Bapak ini wajahnya keriput, jalannya bungkuk, dan kulit-kulitnya sudah berkerut. Tapi semangatnya ke masjid tak pernah luntur. Setiap hari dia selalu hadir ke masjid berjalan kaki. Sementara saya, meskipun naik motor, masih sering harus memaksa-maksakan diri.

Mengapa masjid lebih banyak diramaikan oleh orang tua dibanding anak muda? Salah satu jawabannya adalah karena anak muda lebih banyak sibuk bicara soal cinta, sementara orang tua sadar waktunya sudah di ujung kehidupan. Tak ada lagi yang penting untuk dipikirkan, kecuali kematian.

Rasa-rasanya belum terlambat untuk berubah dari pemuda yang hanya bicara soal cinta, menjadi pemuda yang juga selalu ingat tentang mati. Karena kalaupun kita hanya mau bicara soal cinta, mati ternyata adalah bagian terakhir darinya. 

Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, Boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati

Semua berakhir dengan mati, termasuk cinta. Setidaknya, itu kata Andrea Hirata.

Jangan lupa mati, Boi”
Avatar
reblogged

Ikhlas Selepas Ikhtiar

Kita baru tahu sesuatu itu berharga, biasanya saat sesuatu itu pergi. Entah itu waktu, entah itu kesempatan, entah itu orang terdekat, atau itu seseorang. Maka perjuangkanlah sesuatu yang bagimu berharga, karena kamu baru boleh tawakal setelah ikhtiar. Ikhlas itu tidak semata-mata melepas-terserah-mengalir begitu saja. Ikhlas itu perasaan tulus dari sejak sebelum-saat-dan setelah ikhtiar.

Kalau kamu memang menghargai sesuatu yang memang berharga. Maka ikhtiarkan itu dengan ikhtiar terbaik. Lepaskan dengan ikhlas bila memang ikhtiarmu sudah dilakukan dan Dia berkehendak lain. Ikhlaskan ikhtiarmu sebagai wujud keseriusanmu memperjuangkan sesuatu. Karena Allah akan mengubah keadaan seseorang yang memang berniat mengubah keadaan kan? Perjuangmu sungguh tidak akan pernah sia-sia. Sekalipun hasil akhirnya mungkin tidak sesuai yang kamu kira. Sebab ada pelajaran berharga yang nantinya bisa kamu ambil.

Tunjukkan kepada-Nya dengan ikhtiarmu, dengan doamu yang melangit setiap malam, dengan keyakinanmu pada takdir-Nya. Bahwa selepas ikhtiarmu itu, kamu serahkan segala sesuatu kepada-Nya.

Kamu mau mengikhtiarkannya kan?

Rumah, 2 Agustus 2015 | ©kurniawangunadi

Avatar
Avatar
ayuprissa
Jika kemudian engkau mendapat kesempatan untuk memilih dari beberapa pilihan, maka cobalah untuk tidak mengambil yang paling terlihat sempurna. Ambillah yang “pas”, yang sekiranya cukup, bukan yang “paling atas”, karena dikhawatirkan ketika engkau memilih yang paling sempurna di antara semuanya, ada nafsu yang terselip sedemikian besarnya. Sulit? Iya.

Ustadz Salim A. Fillah (via kurniawangunadi)

Avatar
reblogged
Avatar
prawitamutia

jompo

“Dit, kalau Mamah sama Papah udah tua, Mamah sama Papah kamu taro di panti jompo aja, ya.”

“Astaghfirullah. Ngomong jorok!”

“Hah? Apa katamu barusan? Mamah jongkok?”

“Eh. Bukan-bukan, Mah. Kenapa sih Mah? Kok bilang gitu tiba-tiba banget?”

“Mamah belum jompo aja kamu nggak mau, kan, deket-deket sama Mamah, nemenin Mamah. Gimana kalau udah tambah tua? Pasti Mamah tambah cerewet. Mamah, tuh pingin punya temen, Dit.”

“Mah…”

“Kenapa kamu, Dit?”

Adit menelan ludah.

***

celakalah mereka, yang masih memiliki orang tua, namun keberadaan orang tuanya tak dapat mengantarkannya ke surga.

Avatar

Sukses itu sebuah perjalanan

Jangan takut gagal. Kita akan hadapi dan lewati bersama sama ya gaes. Semangat!! :3

Jika #Dulumerekapernah , Aku juga (sedang) pernah. maklum baru satuh tahun lulus dari kampus perjuangan. :) Sukses itu ibarat bangunan rumah, yang awalnya bisa membeli tanah saja, kemudian bisa membeli batu bata, dan berangsur-angsur bisa melengkapi keperluan rumah sembari membangun rumah. Semoga Allah yang menjadikan lebih indah dan lebih mudah atas setiap barisan cita-cita kita.

Avatar

my favorite ayah in the Holy Quran

“Perhaps you hate a thing that is best for you, and you love a thing that is bad for you. Allah knows, while you know not.” [Sûrah al-Baqarah: 216]

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.