Avatar

Journal of Ramadhan

@jurnalramadhan / jurnalramadhan.tumblr.com

Kumpulan catatan dan opini pribadi Gama Ramadhan | twitter @gamahimself
Avatar

Susu Sapi dan Cerita-Cerita tentang Alergi pada Bayi

Dalam 2 tahun masa menyusui Faruq, istri saya, alhamdulillah sukses memberikan ASI secara penuh tanpa bantuan susu formula (sufor) maupun susu UHT. Bukan perihal ikutan gerakan-anti-susu-sapi apalagi anggota SJW minum-susu-sapi-sama-dengan-anak-sapi. Bukan soal itu. Memang karena anak kami alergi susu sapi sejak berusia kurang lebih 2 bulan.

Memiliki anak dengan alergi susu sapi punya tantangannya sendiri. Karena banyak hal harus disesuaikan, terutama perihal pola diet yang tidak hanya berdampak pada anak tetapi juga pada ibunya.

Kecurigaan pertama kami dimulai saat Faruq menampakkan kondisi merah-merah bintik di kulitnya. Banyak penyebab sebenarnya, jika menilai hanya dari merah-merah di kulit. Gigitan serangga bisa jadi salah satunya atau biang keringat. Tapi beberapa kondisi mengarahkan pada gejala alergi, misalnya kemerahan pada kulit cukup luas, terjadi pada momen yang tidak spesifik mengarahkan pada akibat gigitan serangga atau biang keringat. Dan tentu saja, setelah pemeriksaan dengan DSA (dokter spesialis anak), kecurigaan kami memang terbukti.

Hal paling pertama yang wajib dilakukan setelah diyakinkan kondisi alergi ialah mencari penyebabnya. Lebih murah (meski tidak selalu mudah) menghindari pencetus alergi (alergen) daripada meredakan gejalanya. Mengetahui jenis alergen itu sangat krusial karena, jangan salah, kondisi alergi yang sangat parah akibat paparan alergen bisa berefek kematian yang dimulai dengan syok anafilaksis.

Ada tes alergi yang secara klinis memang bertujuan untuk membantu menentukan jenis alergen. Tapi kami tidak yakin apakah itu perlu dan DSA-nya pun nampak tidak terlalu merekomendasikan. Rekomendasi IDAI (dapat dilihat di sini) tidak mengharuskan tes alergi untuk semua jenis alergi, apalagi bila kesimpulan bisa dibuat cukup berdasarkan hasil anamnesis dokter dan penelusuran riwayat alergi.

Nah menyelidiki penyebab alergi cukup gampang-gampang susah. Prinsipnya sederhana, seperti tes alergi pada umumnya, subjek uji dipaparkan dengan bahan yang dicurigai sebagai alergen kemudian diobservasi reaksi tubuh atas alergen tersebut. And we have to do this trial to human as safe and as valid as possible. Kami berdua merancang 'human trial' ini sebagai berikut:

  1. Telusuri riwayat diet ibu. berhubung anak kami berumur 2 bulan dan masih menyusui, tentu alergen masuk melalui ASI yang berarti asupan makanan ibu perlu ditelusuri sekitar 3 hari ke belakang sejak pertama kali gejala alergi muncul.
  2. Bahan makanan yang berpotensi besar menyebabkan alergi itu biasanya seafood, susu sapi (termasuk turunannya seperti keju dan pangan berbahan susu/ diary food), dan kacang-kacangan. Jadi kami tentukan 3 jenis makanan yang akan diujicobakan.
  3. Tes tiap jenis makanan satu persatu. Dan beri jeda 1 minggu per tes untuk periode washout. Observasi gejala yang timbul pada bayi hingga 3-4 hari ibu mengonsumsi makanan tersebut.
  4. Selama periode washout, diet ibu perlu dikontrol dengan tidak mengonsumsi makanan yang berpotensi alergi. Selama melakukan trial, diet ibu perlu dikontrol ketat untuk mendapatkan kesimpulan sevalid mungkin.

Dan hasil 'eksperimen' kami memberikan kesimpulan bahwa Faruq alergi susu sapi.

Memiliki anak dengan alergi susu sapi (Cow Milk Allergy/CMA) harus lebih ekstra memperhatikan tren pertumbuhan (biasanya dengan indikator tinggi dan berat badan). Anak dengan CMA cenderung mengalami pertumbuhan yang lebih lambat (termasuk postur tubuh yang mungkin lebih kecil/kurus) dibanding anak tanpa alergi, bahkan dengan anak yang alergi selain susu sapi. Studi oleh Robbins, et.al. terhadap 6.000 anak di US menunjukkan adanya hubungan antara CMA dengan kurangnya pertumbuhan anak (full report bisa dilihat di sini). Alasan gampangnya mungkin karena asupan kalsium dan lemak untuk anak paling mudah didapat dari susu sapi. Meskipun ada sumber kalsium lain, tulang ikan misalnya, susu sapi tetap paling gampang diberikan dengan kandungan kalsium yang kaya.

Karena mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, mungkin yang paling sering harus berlapang dada adalah ibunya. Omongan "kok Faruq kurusan" sering juga nyelekit di hati. Ada juga kadang-kadang rasa kepingin melihat anak lain gemuk-cubby maupun bebas memilih mpasi dengan berbagai varian. Sedangkan untuk anak dengan CMA wajib menghindari susu dan dairy food dengan pilihan menu makanan yang terbatas. Lebih bingung mencari variasi menu mpasi yang aman untuk anak, tambah lagi momen GTM (gerakan-tutup-mulut alias tidak mau makan meski dirayu-dibujuk-dipaksa). Ibunya juga harus ikut puasa diary food, segala macam cokelat atau es krim atau cheese cake dan kawan-kawannya yang justru sering menjadi moodbooster bagi para busui.

Saya selalu berdoa untuk istri saya (dan para ibu yang memiliki bayi dengan CMA) diberi kekuatan dan keberkahan seluas-luasnya atas semua payah dan lelah dalam merawat anak.

Apakah alergi susu sapi dapat hilang saat anak tumbuh dewasa? Bisa. Tidak semua anak mengalami persistent CMA yang berlanjut terus hingga dewasa. Menuju umur 2 tahun, Faruq menunjukkan tanda toleransi terhadap pangan mengandung susu. Memang kami perkenalkan pelan-pelan dengan yogurt terlebih dahulu. Susu yang difermentasi cenderung kurang mencetuskan alergi dibanding susu aslinya. Perlu diingat, observasi secara seksama harus dilakukan untuk melihat apakah anak sudah toleran terhadap makanan yang berpotensi mencetuskan alergi.

Selewat umur 2 tahun, Faruq sudah bisa kami berikan susu UHT tanpa timbul kemerahan pada kulit. Tapi perlu diperhatikan bahwa gejala alergi tidak hanya bermanifestasi di kulit melalui kemerahan (dermatitis atopik) tetapi juga dapat muncul di saluran pernapasan (ditandai dengan bunyi 'ngii' saat anak bernapas maupun batuk-batuk, hingga asma), serta saluran pencernaan (biasanya berupa diare). Ada beberapa waktu memang Faruq tidak menampilkan gejala dermatitis atopik tapi berupa diare atau batuk yang kami curigai akibat dari alerginya.

Saat ini, pasca 2 minggu-an dimulainya asupan susu UHT dan dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering, tidak ada tanda dermatitis atopik, namun ada gejala batuk berdahak. Bisa jadi merupakan reaksi alergi. Oleh karena itu kami stop dulu pemberian susu sapi hingga batuk-batuknya reda.

Semoga Faruq semakin bisa mengonsumsi susu dan semua produk turunannya. Aamiin.

Avatar

Reward, Threat, and Toilet Training

This is arguable, and some parents may have different opinion

Ceritanya Faruq, putera kami yang berumur 2 tahun, sedang memulai toilet training dan it's indeed tricky, especially for his mother who faces him all day. Agar toilet training berjalan lebih seru, kami membuat challenge untuk Faruq dengan sebuah perjanjian di awal: jika ingin pipis dan bilang "ingin pipis", kemudian berhasil pipis di toilet maka ia akan dapat 1 bintang. Jika berhasil mengumpulkan hingga 10 bintang maka ia akan diberi hadiah (reward) berupa mainan.

Sejujurnya, challenge ini cukup membuat kami ikut termotivasi untuk membuat Faruq berhasil mencapai goal yang disepakati bersama. Tapi, entah kenapa, mungkin hanya pengamatan saya saja, Faruq nampaknya tidak terlalu peduli dengan perolehan bintang, akan tetapi ia lebih senang jika bercerita tentang keberhasilannya pipis di toilet.

Beberapa opini bilang motivasi eksternal semacam hadiah atau ancaman tidaklah terlalu baik buat anak. Tapi kami pikir, kami fokus pada challenge aktivitas "bilang mau pipis dan pipis di toilet" daripada "pipis di toilet nanti dapat mainan". Mungkin itu pula yang membuat Faruq lebih senang bercerita keberhasilannya pipis di toilet daripada menagih bintangnya.

Bagaimanapun juga ternyata 10 bintang tercapai cukup cepat. Alhasil untuk tantangan selanjutnya ditingkatkan dengan "dalam 1 hari tidak ngompol maka dapat 1 bintang".

Bagi saya pribadi, ini lebih baik dibanding kita memberi motivasi dengan ancaman (threat), semacam "Pipis di toilet atau gak dikasih main" atau "harus pipis di toilet atau nanti gak boleh keluar rumah". Saya sendiri masih seringkali memberi threat alih-alih mendorong anak memotivasi dirinya sendiri -yang sebenarnya masih menjadi konsep abstrak dalam pikiran saya.

Some parenting methods may be arguable, yet every parents do their very best of parenting.

Avatar

“Sebelum pemimpin ada dengan pergerakan, yang menjadi juru bahasa hati rakyat terdapat kaum pelajar, pemuda-pemudi yang sudah mendapat pelajaran sekolah. Hatinya sedih melihat nasib rakyatnya yang begitu melarat. Dalam hatinya terasa suruhan untuk membela nasib rakyat jelata itu. Belas kasihan melihat keadaan rakyat, itulah yang menjadi sebab mula-mula, maka kaum terpelajar dan pemuda-pemuda anak orang bangsawan maju ke muka, menceburkan diri sebagai pembuka jalan kepada orang banyak. Dengan bukti ia akan memberikan contoh kepada orang banyak, bagaimana harus bergerak menuntut perbaikan nasib” (Untuk Negeriku - Moh. Hatta)

Saya pernah bertanya-tanya, mengapa mahasiswa rela turun ke jalan, aksi-demonstrasi hingga berjibaku mengabdi ke daerah terpencil di saat teman lainnya asik dengan kelas-kuliah hingga pergaulan di mall dan kafe? Akar pemahamannya nyata tak lepas dari sejarah pelajar Indonesia itu sendiri. Jelas bagi Hatta, pelajar -kaum terdidik- adalah mereka yang bersedih dan berbelas kasihan dengan kondisi rakyatnya, hadir ke tengah mereka, membuka jalan dan memberi contoh bergerak untuk memperbaiki diri.

Avatar

Adalah Nasr bin Hajjaj pemuda tampan yang dikeluarkan oleh Umar bin Khaththab dari Madinah karena menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Ia pun dikirim oleh Umar ke Basra dan celakanya, ia jatuh cinta dengan istri tuan rumah dimana ia menetap. Perasaannya diketahui oleh sang tuan rumah, Nasr bin Hajjaj pun malu, memutuskan pergi, dan hidup sendiri. Cintanya tak mungkin bersambung ke pelaminan, ia tak melakukan dosa memang namun Nasr bin Hajjaj menderita karenanya. Dan ia meninggal setelah itu.

"Lupakan!", tulis Anis Matta dalam Serial Cinta-nya, "Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa". Tetapi bagi para pecinta yang menemukan cintanya sampai ke pernikahan, cinta saja mungkin tidak akan cukup. Maka apa yang mereka cari dari ikatan pernikahan menjadi hal esensial dalam perjalanannya.

Dari kegundahan Uqail bin Abi Thalib saat didoakan 'semoga bahagia dan banyak anak' di hari pernikahannya, kita belajar tentangnya. "Janganlah kamu mendoakan demikian karena Rasulullah saw melarangnya", ucap Uqail kepada tamunya,"Ucapkanlah doa yang diajarkan Rasulullah saw, 'Barakallahulaka wabaraka'alaika wajama'a bainakuma fi khaiir', semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan."

Dua kata barakah (kepadamu dan atasmu) mengandung makna: barakah pada hal-hal yang disenangi sekaligus pada hal-hal yang tidak disenangi. Dan kemudian ditutup dengan manis 'semoga Allah himpunkan kalian berdua dalam kebaikan'. Barakah merangkum sekian banyak kebaikan dalam satu ikatan pada segala kondisi.

Maka doakan bagi kami, moga Allah berkahi dalam senang dan susahnya dan Allah himpunkan kami berdua dalam kebaikan.

Allahummabarikli fi ahli wabariklahum fi. Allahummarzuqni minhum, warzuqhum minna. Allahummajma' bainana jama'ta ila khoir wa farroq bainana idza farroqta ila khoir

Avatar

“Urusan atau perkara itu”, tulis Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Asybah wan Nazhair, “Bergantung pada maksud-maksudnya”. Maka sedemikian pentingnya maksud atau niat dalam segala aktivitas manusia, hingga ada satu hadits yang disebutkan oleh Imam Bukhari sebagai mukadimah di kitab shahihnya dan diurutkan pertama oleh Imam An Nawawi dalam Arbain Nawawi-nya:

“Amal itu tergantung niatnya dan sesorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai kemana ia hijrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Pelajarilah niat”, demikian pula pesan Yahya bin Katsir, “Karena niat itu lebih sampai daripada amal”. Karena niat yang merupakan rahasia suatu amal sekaligus ruhnya adalah penentu nilai segala perbuatan. Sebagaimana halnya dengan pernikahan, “Niat akan menentukan nilai dari pernikahan yang engkau jalani bahkan dari pernikahan yang mungkin tidak sempat kau jalani karena kematian datang lebih cepat”, jelas Ust. Moh. Fauzil Adhim dalam tulisannya, “Tetapi niatmu yang lurus dan kesediaanmu untuk berbenah mempersiapkan diri menunaikan sunnah Nabi SAW, akan menentukan apa yang engkau dapatkan dari Tuhanmu”. Niat yang lurus akan berbuah manis meskipun apa yang diniatkan tidak sempat terlaksana.

Adapun buket bunga manis pada foto di atas adalah hasil buatan tangan istimewa teh Gina Septiani. Mangga, jika berminat memesan asesoris kreatif buatan tangan lainnya ke IG @nadirahandmade 😆😆😆

Avatar
Pada suatu kesempatan, Ust. Arham bin Ahmad Yasin, salah seorang guru bagi kami mahasiswa UI dalam mempelajari Al Qur'an, bercerita bahwa di dalam suatu majelis pernah ada peserta yang bertanya, “Ustadz, manakah yang harus didahulukan, mengejar target bacaan Qur'an atau membacanya dengan tartil?”
Ust. Arham pun menjawab dengan sahaja, “Lebih baik membaca Qur'an dengan tartil dan menyelesaikan target bacaan”. “Tapi Ustadz”, sang penanya pun kembali berbicara, “Tidak akan cukup waktunya”. Beliau pun sambil tersenyum lalu menjawab, “Kalau begitu permasalahannya jelas, kita yang belum bisa menyediakan waktu untuk Qur'an”.
“Jika kita mau menyediakan waktu untuk Qur'an”, lanjut Ust. Arham, “Maka pertanyaan tersebut tidak perlu muncul. Membaca dengan tartil memang memerlukan waktu lebih, maka kita yang harus menyediakannya”.
Kemudian saya pun tertohok.

Selamat datang ya Ramadhan. Semoga keberkahan melingkupi kita di dalamnya, di dalam puasa-puasa, tilawah-tilawah, dan qiyamullail-qiyamullail kita.

Avatar

Karena yang ideal tak selalu ada

Apa yang mungkin sama-sama kita rindukan dari kehidupan kampus ialah hangatnya pertemanan, persaudaraan, dan romantisme perjuangan bersama dalam menjalaninya; serta lingkungan dengan orang-orang yang tidak hanya menyamankan jiwa juga menguatkan hati. “Ruh-ruh itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan”, sabda Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan Bukhari, “Yang saling mengenal diantara mereka pasti akan saling melembut dan menyatu”. Maka kampus hampir selalu menjadi tempat ideal untuk memupuk potensi-potensi diri bersama teman-teman sejiwa.

Tetapi yang ideal tidak selalu ada, yang kita anggap ideal pun tak pernah sempurna. Dan selepas masa kehidupan kampus, kita menemui lingkungan baru yang bisa jadi tak seideal yang diharapkan. Namun yang menakjubkan dari seorang muslim adalah seperti ucap Nabi saw, “Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”

Kalaupun lingkunganmu begitu terasa beratnya, pekat dan gelapnya, "Tidakkah kau curiga”, tulis Salim A. Fillah dalam bukunya, Dalam Dekapan Ukhuwah, “Bahwa engkaulah yang dikirimkan Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka?”

*Foto Mesjid UI pada Mabit SALAM UI, 28-29 Mei 2016.

Avatar

“Wahai Syaikh”, ujar seorang pemuda, “Manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama.”

“Subhaanallah, keduanya baik”, ujar sang Syaikh sambil tersenyum.

“Mengapa bisa begitu?”

“Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya.”

“Jadi siapa yang lebih buruk?”, desak si pemuda.

Airmata mengalir di pipi sang Syaikh. “Kita Anakku”, ujar beliau. “Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri.” Beliau terisak-isak. “Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain.”

Salim A. Fillah

Avatar

Kata ‘nerd’, menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, pertama kali muncul pada sekitar tahun 1950 yang aslinya merupakan istilah yang dinisbahkan pada ‘seseorang yang membosankan atau kuno’. Nerd adalah kata informal yang diartikan sebagai,

“A foolish or contemptible person who lacks social skills or is boringly studious”

meskipun bisa didefinisikan sebagai,

“A single-minded expert in a particular technical field.”

Kata ini pertama kali digunakan dalam dunia literasi pada tahun 1950 dalam buku anak-anak karya Dr. Seuss, If I Ran the Zoo. Kemudian dengan penggabungan kata-kata tertentu, terbentuklah frasa-frasa informal baru yang menjadi trend dalam bahasa Inggris seperti halnya ‘geek’.

Tetapi kalimat utama di gambar, pertama kali saya dengar dari percakapan, sebut saja seorang Oknum A saat mencoba ‘menyogok’ Oknum B yang sedang pundung dengan es krim dan malah dijawab, “Gue bukan bocah yang gampang disogok es krim. Tapi kalau disogok buku, beda cerita...”. Kemudian dengan agak tersenyum geli, Oknum A membalas, “Once a book nerd always a book nerd !”.

And yes, it’s indeed lovely.

Avatar

Salah satu yang menarik dari artikel Cunningham dan Stanovich pada tahun 2001, "What Reading Does for The Mind", ialah bahwa kemampuan membaca dan paparan aktivitas membaca seorang anak saling berpengaruh. Jika paparan anak terhadap aktivitas membaca besar maka kemampuan anak untuk membaca semakin baik, dan sebaliknya, semakin baik kemampuan anak untuk membaca maka aktivitas membacanya akan semakin besar. Kemampuan membaca dan kesukaan membaca tidak harus berhubungan dengan bakat lahir, tetapi pembiasaan yang dilakukan secara kontinu. "Kita sering berputusasa untuk merubah kemampuan murid kita", tulis Cunningham, "Padahal paling tidak ada satu kebiasaan yang dapat ditempa yang akan mengembangkan suatu kemampuan dengan sendirinya; membaca". Berangkat dari keyakinan yang sama, seorang teman pernah bertanya mengenai bagaimana caranya agar bisa suka membaca, saya menjawabnya sederhana, "Ya dengan membaca". Intensitas membaca saya baru meningkat drastis setelah masuk universitas, ada fasilitas perpustakaan universitas yang bagi saya cukup baik dan lingkungan yang mendukung untuk itu, serta bertemu dengan senior kampus yang diam-diam saya intip dan simak buku dan reviewnya atas buku di media-media sosial seperti sebut saja Bang Muhammad Akhyar, Bang Johan Rio Pamungkas, Teh Nayasari Aissa. Bagaimanapun buku adalah buku, isinya menjadi hak penulis untuk membagi, menyebar, dan menanam segala nilai dan paham. Maka memahami secara kritis adalah hal penting yang perlu dilatih, dibiasakan, dan dilakukan oleh pembacanya. 23 April. Hari Buku Sedunia versi UNESCO. Karena buku bukan sekedar tentang tinta dan kata, ialah warisan peradaban manusia. Semoga membuat kita semakin arif membaca diri sendiri, oranglain, dan dunia. – View on Path.

Avatar

Semusim Senja

Dibukanya satu lembar di halaman pertama dari catatan perjumpaan Sembari jendela yang dibuka setelah diketuknya lembut-lembut Dan cerita musim semi yang dikisahkannya bersama tinta dan kata bersaudara, serta simpul yang disambungkannya satu-satu Dan dijumpainya bersama, kita di rumah tepi kota dan keramaian Bersama seutas kata dan kisah Bersama setalian canda dan cerita Bersama simpul senyuman musim panas sewaktu kita membersamai sapuan lembut angin, jua hujan membadai dan terik menyengat Selewat senja di akhir musim gugur dan waktu yang terhenti Tertulis titiknya pada catatan di atas meja dan bunga kamboja Tentang akhir pertemuan dan awal perpisahan Cerita-cerita yang terhenti tak akan lekang diingat masa Dalam laku dan kata, ingatan dan cinta, hati dan rasa Dan perjumpaan yang kelak moga berlanjut Dalam taman dan pada dipan-dipan Tempat bersenda-gurau bersama hati yang dikasihi Sepenuh cinta.

Avatar

Manusia-Manusia

Manusia, jika dilihat dari sudut pandang dalam satu kesamaan organisme di bumi, memiliki naluri dasar yang sama, bertahan hidup. Manusia dengan intelegensianya sebagai alat, bertahan hidup dari kerasnya kehidupan dan menjadi organisme yang mendominasi bumi. Sebagaimana berkembang biak dan meneruskan keturunan juga merupakan bentuk dasar naluri organisme untuk mempertahankan spesiesnya. Maka kita mengambil kesimpulan, manusia akan melindungi dirinya sendiri, melindungi sesamanya, membentuk komunal yang akan saling melindungi, dan bertahan hidup di lingkungannya.

Tetapi, intelegensia manusia pun berubah, berkembang. Berubah seiring dengan keadaan di dalam diri dan komunitasnya serta di luar diri, dengan lingkungan yang berubah sebagai akibat interaksi organisme dengan lingkungannya. Maka kita pun melihat manusia menjadi mahluk hidup yang super kompleks, bukan hanya mengenai kompleksitas fisiologis tetapi juga kompleksitas intelegensia, pemikiran, pemahaman, psikologi dan semacamnya. Manusia pun berubah dan kita bisa menyaksikan kompleksitas kehidupan manusia. Manusia yang mencintai dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, manusia yang mencintai manusia lain dalam satu darah namun menginjak keluarga manusia lain, manusia yang ‘memakan’ sesama manusia. Manusia yang kehilangan kemanusiaannya.

Tentu saja sudah menjadi suatu pemikiran umum bahwa tidak ada manusia yang mau dirugikan. Mendahulukan diri sendiri atas individu lainnya sah-sah saja. Apakah ada yang salah dengan pemikiran seperti itu? Mungkin jawabannya menjadi tergantung konteks, tergantung nilai yang dipegang, tergantung toleransi yang dibataskan, tergantung sudut pandang dan pengalaman yang membentuk dasar menilai hidup. Kita bisa melihat suasana teduh dalam bingkai rumah yang harmonis, suasana damai dalam surau, masjid, tempat manusia merasakan percaya akan kuasa Penciptanya, suasana gairah, kompetisi pada sekolah, kantor, atau lingkungan tempat manusia mengaktualisasikan diri. Sama seperti kita bisa melihat suasana yang keras lagi mengancam dalam sudut-sudut gelap kota, tempat-tempat yang mungkin tak pernah terbayang dan terjangkau sebagian besar manusia yang dikaruniakan kehidupan yang lebih beruntung.

Maka tak usah heran bila di satu sisi ada manusia yang sedemikian mementingkan diri sendiri dan di sisi lainnya ada manusia yang sedemikian memedulikan keadaan manusia lainnya. Ayah dan Ibu yang menunggu anaknya pulang, laki-laki dan perempuan yang rela berhimpitan dalam komuter untuk menjemput rezeki bagi orang yang disayanginya, pekerja yang berangkat fajar dan berpulang selewat malam, untuk menghidupi keluarganya.

Manusia adalah manusia, yang bukan manusia mungkin yang telah berputus asa terhadap kemanusiaan itu sendiri.

Avatar
Akan tiba suatu zaman bagi manusia, barangsiapa di antara mereka yang bersabar berpegang teguh pada agamanya, ia ibarat menggenggam bara api.

HR. At Tirmidzi 2260, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi

Avatar

Gerakan #pedulimii Ada satu musholla fakultas yang berusia lebih dari 20 tahun, musholla yang hidup paling tua di antara musholla fakultas lainnya di UI, bahkan dari Masjid UI sendiri. Musholla 'Izzatul Islam FMIPA UI ini sudah sekian lama kiranya jadi tempat mahasiswa sujud dan mengadu soal kuliah, aktivitas, organisasi, dan sebagainya. Salah satu yang menjadi saksi pergerakan mahasiswa UI dan segala macam perkembangan kampus UI. "MII itu bukan hanya musholla, ia adalah simbol gerakan muslim muda intelektual." (Bang Agus Ismail, S.Si., M.Eng., Kimia 2002, Direktur Business Development Nano Center Indonesia). “Itu musholla sudah 20 tahun lebih umurnya, belum pernah ada renovasi. Yuk kita perindah MII.” (Bang Afwan Riyadi, Matematika 1994, anggota tim nasyid Izzatul Islam). "Ayo donasi, MII bukan sekedar mushalla, melainkan tempat utama membentuk banyak karakter penting mahasiswa. Hal yang mendukung keberhasilannya dalam persaingan di dunia profesional. Saya membuktikannya." (Bang Bambang Suherman, Biologi 1994, Direktur Dompet Dhuafa). "MII itu ibarat ekosistem terpadu, tempat dimana mahasiswa dari beragam departemen menyatu dan berinteraksi. Perbaikan MII bisa memicu perbaikan masyarakat di Fakultas." (Om Wahyu, Biologi 2007, Ketua HMD Biologi 2009, Peneliti KRIBB-BPPT). “Perbaikan MII ini sudah terlalu lama jadi wacana. Mari kita kongkritkan kali ini.” (Faldo Maldini, S.Si., M.Res., Fisika 2008, Ketua BEM FMIPA UI 2011, co-founder pulangkampuang.com). Penggalangan dana ini terbuka bagi seluruh alumni FMIPA UI, tetapi tidak tertutup bagi umum. MII ini bukan hanya kenangan masa lalu, tetapi ia adalah bagian dari masa depan. Dana yang terkumpul insyaAllah akan digunakan 100% untuk memperindah MII, melengkapi fasilitas penunjangnya, dan mendukung kegiataan keislaman di fakultas. Yuk, jadi bagian gerakan kebaikan ini di https://kitabisa.com/pedulimii 😊😊😊 – View on Path.

Avatar

Saat pertama kali mengetahui Daniel Kahneman adalah psikolog yang meraih Nobel di bidang ekonomi, saya sempat berpikir, "Mengapa bukan ekonom yang meraih Nobel di bidang ekonomi, alih-alih seorang psikolog?" Tentu saja saat itu saya memandang sains terlampau sempit dan terbawa asumsi seorang ahli hanya pintar dalam satu disiplin ilmu dan bodoh untuk lainnya. Padahal latarbelakang keilmuan saya sendiri saja (farmasi) adalah peranakan dari Biologi Kimia, dan sedikit Fisika mungkin.

Kemudian saya teringat bahwa ada studi tentang behavioral economics, yang mungkin boleh dikatakan sebagai hasil kerjasama antara psikologi dan ekonomi. Walaupun ada angggapan umum bahwa lebih baik 'sempit tapi dalam' dibanding 'lebar tapi dangkal', saya rasa kita jangan sampai terjebak pada bias pengkotak-kotakan ilmu yang mengakibatkan kita gagal melihat sesuatu dalam satu bagian utuh yang lebih besar lagi.

Thinking Fast and Slow adalah hutang baca dari setahun lalu. Saya tentu saja setuju bahwa "Biasanya sih si waiting list itu suka kesalip dibacanya sama buku yang baru dibeli"; dan karenanya, seperti rindu, buku yang belum terbaca juga harus dibayar tuntas :)

Avatar
"Each [of Poe's detective stories] is a root from which a whole literature has developed. Where was the detective story until Poe breathed the breath of life into it?” (Sir Arthur Conan Doyle)

Jika ada pertanyaan ‘apa persamaan antara kisah dua detektif paling masyhur  dunia, Sherlock Holmes dan Hercule Poirot’ maka jawabannya adalah satu orang, ‘Monsieur C. Auguste Dupin’. Poe pernah pertama kali mengenalkan karakter Auguste Dupin melalui kisahnya yang pertama di The Murders in Rue Morgue pada tahun 1841. Pada saat itu, istilah ‘detektif’ tidak digunakan oleh Poe, namun gaya analisis yang mengandalkan observasi pada detail, silogisme, dan rasionalisasi atas suatu kejadian sebelum mengambil kesimpulan menjadi cara berpikir dan bertindak Auguste Dupin. Fiksi bergenre misteri adalah hal yang baru bagi literatur Amerika saat itu, dimana fiksi lebih didominasi oleh kisah dengan pesan moral yang kuat semacam A Christmast Carol oleh Charles Dickens. Poe menuliskan kisah Auguste Dupin dari sudut pandang karakter orang kedua yang merupakan teman dari protagonis utama yang menginspirasi baik Arthur C. Doyle dan Agatha Christie dalam menuliskan kisah Sherlock Holmes dan Hercule Poirot beberapa tahun kemudian.

Saya kira kisah-kisah misteri Auguste Dupin, walau jujur saja buat saya memang tidak se-wah kisah Holmes atau Poirot, perlu dibaca oleh para Sherlockian maupun penggemar Poirot (saya tidak tahu mengapa para penggemar poirot tidak punya ‘catchy’ fan name atau ada?), paling tidak untuk menjejaki darimana idola mereka melahirkan kisah-kisah detektif yang begitu mendunia hingga saat ini.

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.