Yang Paling Kutakutkan Setelah Kepergianmu (yang Tiba-tiba Itu)
"Lebih dari sekali pernah kubayangkan kehilanganmu. Sesak sekali rasanya, meski itu hanya dalam benakku saja. Namun, malam itu 17 Mei 2023, kepergianmu yang sangat tiba-tiba untuk selamanya. Ingin kupukul wajahku dengan keras, berharap ini hanya mimpi. Ingin kuanggap ada keajaiban datang, dan membawamu perlahan kembali ke dunia ini. Tapi nihil. Nyatanya kau memang pergi untuk selamanya."
---
Hai, Pap. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tak akan kutanyakan bagaimana rasanya ada di alam yang berbeda, atau apa kabarmu sekarang. Karena doaku sama setiap detik sejak hari itu. Kuharap Tuhan akan selalu menjagamu, mengampuni dosa-dosamu, menerima amalan-amalan baikmu selama di dunia, dan melapangkan kuburmu.
Betapa mengerikan dan menyedihkan ternyata, tidak mampu melihat dan memeluk ragamu untuk yang terakhir kalinya. Dan sekuat tenaga kutahan rasa sesak itu, ia seringkali muncul tiba-tiba saat tak ada sesiapa di sisiku. Aku tahu aku sudah dewasa, tapi kesedihan tidak pernah kenal usia, kan?
Pap, setelah kepergianmu, Mama tidak pernah berhenti berduka, menangis, dan berkata ia tidak akan sanggup hidup tanpamu. Aku juga ingin berlaku yang sama. Tapi aku tahu, mungkin hanya kami; anak-anaknya, yang sekarang ia punya. Sehingga kesedihanku kuanggap tidak ada apa-apanya dibanding seluruh duka yang ia rasakan saat ini; kehilangan belahan jiwanya.
Pap, setelah kepergianmu aku jadi memiliki ketakutan-ketakutan lain perihal hidup ini. Aku jadi takut Tuhan beri waktu sebentar untukku untuk membahagiakan Mama; satu-satunya perempuan (yang jika bisa) akan kuberikan seluruh duniaku untuknya. Aku takut tidak sebaik engkau dalam hal menenangkan kegelisahan-kegelisahannya. Aku takut kehilangan ia juga.
Pap, maafkan untuk waktu-waktu kebersamaan kita yang tampaknya lama, tetapi ternyata sesingkat itu. Maafkan untuk ketidaksabaranku menanggapi segala pertanyaan dan permintaan darimu. Maafkan untuk kealpaanku di masa tuamu. Maafkan untuk hal-hal kecil dan besar tentangmu yang mungkin sengaja kulewatkan. Maafkan ketidaksempurnaanku sebagai seorang anak perempuan bungsumu.
Terima kasih telah menjadi guru kehidupanku yang nomor satu. Dunia ini tidak akan sama tanpa hadirmu.
---
Pontianak, 4 Juni 2023.
Tia Setiawati