Avatar

Rizky Loviana R

@zenaromera / zenaromera.tumblr.com

Avatar

Berfikir kemudian bergerak

Letupan-letupan pikiran membawamu pada kata fikir yang banyak. Terlalu banyak berfikir membunuh mu. Kamu sampai pada masa dinding-dinding yang kau ciptakan jelas nyata dapat dibaca oleh orang lain. Tidak ada yang aneh dengan segala keanehan apapun. Tentang pikiran-pikiran yang sulit,tentang rasa-rasa kelabilan yang tak terduga. Kau hanya butuh ruang dan waktu untuk memahami,untuk melihat siapa yang cukup bisa tinggal dengan mu kala keadaan seperti itu. Akhirnya kau hanya pasrah pada datang dan pergi,pada penantian dan kepergian, pada kedatangan dan kesepian. Hatimu bolong tanpa kasih tapi kasih tidak pernah memaksa untuk harus kembali,maka pada akhirnya kau bertemu pada kata ikhlas yang sulit untuk meraihnya dalam gerak. Jika sulit untuk memikirkannya makan gerakan usahanya juga lebih sulit lagi

Avatar

Kasih nan tabah

Percaya atau tidak,keinginan kasih yang keluar dari dalam sisi manusia tidak bisa di tahan dan di sembunyikan. Segala bentuk hal bertemu dalam pertemuan yang tiba-tiba. Pertemuan yang sengaja di ciptakan atau tidak sengaja di ciptakan. Pernahkah kau merasakan hal-hal yang sulit untuk di lepaskan,hal-hal yang sulit untuk di rasakan dan hal-hal yang sulit untuk di jelaskan. Kasihmu mengalir dengan cara tabah,tidak kembali dan tidak bisa kau bendung. Mungkin kau perlu mengendalikan apa yang kau mau dengan apa yang kay butuhkan. Selimut hati yang baik adalah mengendalikan yang harusnya di kendalikan. Rasakan kemudian lupakan yang buruk,karna hal buruk sungguh sangat mudah merasuki diri yang tidak konsisten tentang rasa. Kasih yang tabah adalah jawaban untuk rindu yang diam-diam menggebu untuk di simpan

Avatar

Sabar dan tumbuh

Hal pertama yang harusnya manusia sadari tentang hidup saat waktu terbaik dan terburuknya adalah sabar. Kata yang sulit untuk di tiru dan di lakukan dalam aksi. Rasanya perjalanan yang sakit dan berat itu memikulmu begitu berat sampai pundak rasanya letih menumpu pada asa kala mereka bilang masih ada harapan. Aku hidup untuk itu,harapan yang meringankan harapku. Aku yang berfikir untuk orang lain ini kemudian sampai pada satu fase dimana orang lain tidak akan memperlakukan mu seperti apa yang kau perlakukan padanya. Kemudian kau hanya melihat bagaimana rasanya waktu berhenti begitu lama sampai aku lupa cara yang paling baik untuk menggerakannya kembali. Tumbuh ada cara menguatkan luka yang basah saat kau tau kering adalah hadiah dari proses sabarmu. Bergeraklah sampai kau tau,bergerak yang akan menyeimbangkan sepeda hidupmu

Avatar

Merayakan perbedaan

Sekat itu adalah ruang untuk meneriakkan perbedaa. Anak muda belajar mengenali beda kala umur tidak mempersiapkan apapun dalam memaknai kalimat yang tidak sama. Definisiku berbeda dengan definisimu,lalu kenapa kita tidak mengintip sedikit saja untuk melihat dalam luas prespektif agar kita sama. Perbedaan terlalu banyak membuat jurang-jurang hingga melepaskan pegangan tangan yang terajut erat. Lalu apa kita mau membiarkan sekat tidak menjadi perekat padahal ruang diciptakan untuk mencintai perbedaan setelah membencinya. Beda akan selalu mengalir dari manusia tapi mencinti perbedaan adalah jawaban ketulusan nurani manusia

Avatar

Aksi reaksi

Menghela lah lebih banyak,setelah waktu yang berat membunuh asamu,berhentilah sejenak kala lelahmu menghantui pagi dan malam yang sepi. Diamlah dalam bisu sampai kau tau rasanya bibir tak mampu memberikan ruang untuk berucap. Terpakulah pada waktu sampai kau tahu waktu tak kunjung jua menyembuhkan. Merindulah pada sendu hingga kau tau tak terbalas sakit adalah yang paling kejam. Percayalah pada semu hingga kau tau terkhianati adalah teman yang paling setia. Bergeraklah dalam tenang hingga airmatamu menjadi pertanda akan hadir yang sunyi.

Avatar

5.36,5062007

Pagi ini,di suatu kamar di ujung dinding,bersandar aku pada tumpukan kapuk nelangsa,aku memperhatikan beberapa feed instagram orang-orang tentang bagaimana pencapaian-pencapain tapakan langkah hidupnya. Panggilan pengabdian adalah bagian paling mengelisahkan dalam hidup,untuk tetap memilih jalan untuk negri ini di saat banyak anak muda yang sudah luntur percaya dirinya untuk negri ini. Kenapa ? Kenapa harus Indonesia yang kau gelisahkan ? Kenapa tidak keluarga mu ? Mimpi-mimpi mu ? Sahabat-sahabat mu ? Karna semuanya ada dalam Indonesia ini, bagian dari makhluk-makhluk Indonesia. Kegelisahan mu terhadap negri ini membawa mu pada titik kegelisahan yang paling hebat dalam hidupmu,tidak mempertanyakan lagi tentang apa yang di berikan oleh negrimu tapi mempertanyakan apa manfaatmu untuk negri ini. Lalu mengapa kau mesti takut lelah terhadap Indonesiamu ini saat kau masih yakin di pelosok sana,di perbatasan,di kepulauan sana, orang-orang Indonesia menunggu mu untuk secerca kegelisahan yang seperti ini. Di daerah sana,kegelisahan nasionalisme-mu mereka peluk abadi,di sana kau merajut dan membius anak-anak muda untuk mencintai nasionalisme di saat anak muda perkotaan terkikis dengan imperialisme. Baiknya kegelisahanmu dibagikan,bertukar pikiran dengan mereka yang masih bersuka cita pada perayaan 17 agustus,yang masih menetes airmatanya kalau bendera sang saka merah putih berkibar. Mereka tidak berkeluh akan keputusan-keputusan petinggi tentang negrinya tapi mereka hanya berusaha mencari solusi untuk keterbatasan yang mereka punya,dan terlalu picik jika kita menyerah pada mereka yang tidak pernah menyerah pada Indonesia.

Avatar

Menepi

Pagi yang resah adalah teman untuk segala pertanyaan tentang kehidupan. Diam adalah sunyi yang merayap pada keputusan. Apa kita pernah enggan bergerak saat kita tau jalan tak lagi mulus kala kita tak pernah tau. Tau membuat kita menepi,menepi pada asumsi yang kadang tidak di mengerti. Ada baiknya kita menepi kala saat pacuan teman menjadi lawan yang cantik. Baiknya kita menepi saat pikiran membunuh kemudi dan kita terhempas. Diam bukan berarti tak berucap. Sabar adalah tepian terbaik dalam menunggu,termasuk menunggu untuk kembali melaju

Avatar
reblogged

Tempat dan Dirimu

Tempat yang kamu kunjungi tidak akan menjadikanmu lebih bijaksana kalau kamu hanya datang kemudian pergi, sekedar menikmati. Tempat yang kamu kunjungi pun tidak akan membuatmu menjadi lebih berarti dari orang lain. Sebab di tempat yang sedang kamu kunjungi, banyak sekali orang di sana yang merasa tempat itu biasa saja karena mereka tinggal di sana. Dan kamu hanya pendatang, tanpa memberikan dampak apapun ke masyarakat di sana selain dari uang yang kamu belanjakan.
Kita pernah menemukan, ketika seseorang merasa dirinya berbeda dan lebih hanya karena ia telah mengunjungi lebih banyak tempat dari kita, mendaki lebih banyak gunung dari kita, kemudian mengarungi lebih banyak laut dari kita.
Seolah-olah segala ilmu alam semesta bisa diserap hanya dengan mendatanginya, seolah kebijaksaan hidup pasti menghinggapi orang-orang yang bepergian.
Di sini, di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota. Di ujung sebuah kabupaten kecil yang tidak dikenal. Di tengah hamparan padang persawahan. Banyak sekali orang yang tidak pernah pergi jauh, tidak pernah melihat laut, bahkan mungkin belum pernah naik pesawat. Hanya bisa menyaksikannya melintas di atasnya saat berada di tengah sawah.
Orang-orang yang begitu rendah hati. Orang tua yang begitu paham tentang hakikat hidup. Anak-anak yang paham tentang berbudi pekerti. Mereka tidak pernah pergi lebih jauh dari kita. Tapi mereka paham bagaimana harus bahagia dan menjalani hidup dengan ikhlas.
Sementara kita tengah sibuk mengukur-ukur penjuru dunia. Seluruh tempat ingin kita kunjungi, seolah kebahagiaan hanya bisa diraih bila pergi ke sana. Seolah-olah kita akan menjadi berbeda dan bahagia bila telah ke sana. Dan kita lupa, untuk bersyukur.

©kurniawangunadi | yogyakarta, 14 maret 2017

Avatar
zenaromera

Indeed

Avatar

Menyayangi dan terluka lagi

Akhirnya hanya itu yang menjadi pilihan ku saat semua perih membenamkan ku dalam mimpi buruk berkepanjangan. Entahlah,apa ini jalan keluar atau hanya harapan semu yang ku ciptakan sendiri untuk berlari lebih jauh dan tersesat. Daun berguguran terbang dengan indah,aku hanya deburan debu yang enggan mati pada rasa. Terus-terusan berjuang untuk rasa yang tak pernah ada habis dan mati. Diamku telah renyah menertawakan kesunyian yang sering ku hadirkan. Berfikir adalah makanan yang mengenyangkan kepalaku. Aku rela berkejaran dengan lelah agar penatku meredup. Begitulah aku yang sering mengeluh pada diri ku sendiri yang sering kalah dalam berjuang pada masa lalu

Avatar

Aroma sore

Duduk di balik pintu ini,melihat putih awan penghias semesta. Kita pernah melakukannya,saat diam di tepian pasir dan berbicara hal yang berat. Kau bilang aku pasti akan selalu menyukai ini,saat bersama ku menjadi tempat favorit kau ingin pulang. Maka setelah waktu demi waktu yang mengores hari demi hari,aku sadar kau tak pernah memenuhi janjimu untuk tinggal meski kau berjanji untuk selalu di sini menikmati langit sore yang sama. Maka inilah aku dengan batas dan asa yang bahkan aku tak tau hendak berlari kemana, termenung dengan aroma sore yang tidak ada lagi kau di sana. Bukankah begitu pujangga menulis syairnya bahwa aku yang di sini harus berlapang dada melihat bayanganmu di ambil orang lain atau harus memaksa diam dan sabar menunggu sore berikutnya yang belum tentu aku tau apa aku sanggup bernafas lebih panjang

Avatar

3 hari untuk selamanya (Desa Waiwejak, kab Lembata)

Pagi itu, saya melanjutkan perjalanan menjadi relawan ke daerah kab Lembata. Berangkat dari Larantuka pukul 8 pagi, kami memakai kapal lambat dan sampai di pelabuhan ibu kota kab Lembata Lewoleba jam 12 siang, udara di Lewoleba sangat terik dan cukup membuat kulit semakin hitam. Kami di jemput salah satu staff kopernik di Lembata,kak Ansel. Saya akan tinggal di rumah mama Elis yang tinggal di desa Waiwejak. Saya bersama Dimas (staff kopernik) akan berangkat menggunakan angkatan umum ke rumah mama Elis, kalian bisa tebak bagaimana bentuk angkutan umumnya ? Truck yang bagian belakang sudah di rubah dan dimodifikasi menjadi angkutan umum. Perjalanan menuju Waiwejak sangat lama dan ekstrim, menggunakan angkutan umum daerah asli yang sering disebut oto diperlukan waktu selama 3-4 jam. Ini disebabkan medan jalan yang sulit, selain jalan yang rusak, juga berkelok serta mendaki. Desa Waiwejak adalah post pemberhentian 2 terakhir dari angkutan umum ini.

  Angkutan umum (oto)

keadaan di dalam oto, 

keadaan di dalam oto
Salah satu jalan di desa

Sebentar, ada yang lupa saya ceritakan, desa mama Elis termasuk salah satu desa terpencil di kab Lembata. Apa yang ada dalam pikiran kalian tentang daerah terpencil ? rasakan lah sensasi kehidupan tanpa listrik dan sinyal. Kalian akan puasa gadget dan alat elektronik lainnya. Bagi saya yang terbiasa dengan gadget, sangat addict bahkan tidak bisa saya lepaskan, tinggal di daerah ini menjadi tantangan tersendiri dalam hidup saya. Sebenarnya ini bukan masalah menantang diri sendiri, tapi acara kerelawanan ini lebih dari seperti membuka pikiran dan panggilan diri kita untuk lebih peduli pada sesama dan orang-orang di remote area, membuka cara pandang kita. Dampaknya setelah acara ini saya jadi ketagihan untuk pergi travelling dan tinggal di rumah-rumah penduduk asli. Sejujurnya dulu saya punya mimpi untuk pergi travelling ke  daerah Indonesia lalu di sponsori tapi bawa misi sosial dan kopernik connected me to this. Thanks kopernik

 Sunking,di salah satu kamar rumah mama Elis Saya dan dimas tiba di rumah mama Elis sekitar pukul 4 sore, mama Elis benar-benar bahagia menyambut kedatangan kami. Semuanya sudah siap, makanan seperti pisang goreng dan titis jagung sudah tersedia
kakak mama Elis,seorang biarawati

Sore itu dimas mengajak untuk mandi di air terjun di desa Waiwejak. Mama Elis menawarkan untuk memakai motor karna sekalian juga kita akan mengangkat air untuk persedian air. Selain akses listrik yang tidak ada, desa Waiwejak juga sangat susah air. Saya, mama Elis, dan Dimas harus berjalan sekitar 3 kilometer untuk menemukan sumber air yang bersih, setelah itu, untuk mandi di pagi hari, warga akan mengangkut air dengan dirigen 5 liter. Dulu, untuk warga yang memiliki kuda, warga tersebut akan mengangkut dengan kuda, jika tidak maka warga akan berjalan sejauh 6 kilometer bolak-balik. Saya dan Dimas memutuskan untuk mencoba bagaimana berjalan mengambil air dari sumber air. Alhasil, karena kami tidak terlalu biasa, kami benar-benar bermandi keringat setelah sampai di rumah mama Elis saat malam hari

Mama Elis dan Dimas menuju sumber air
Desa Waiwejak saat malam hari terlihat hanya samar-samar di terangi cahaya. Dulu sebelum ada lampu tenaga surya kopernik, masyarakat mengandalkan tenaga diesel untuk menikmati listrik, dan warga akan iuran setiap bulan untuk menikmati listrik dari tenaga diesel. Warga yang tidak sanggup membayar akan memakai pelita untuk menerangi rumah mereka. Desa mama Elis benar-benar memiliki permasalahan yang kompleks. Selain menjadi ibu inspirasi, mama Elis adalah kader posyandu. Mama Elis sangat dekat dengan bidan maria, satu-satunya bidan di desa Waiwejak dengan cakupan wilayah memiliki 200 an kepala keluarga. Masalah kesehatan masih menjadi masalah yang mesti banyak diperbaiki, sarana prasarana tidak mencukupi, kasus gawat darurat perlu penanganan cepat, tidak dapat ditanggulangi karna alat yang tidak lengkap, obat yang tidak lengkap, belum lagi akses menuju puskesmas terdekat juga jauh sekitar 1,5 jam dengan kendaraan bermotor. Kasus gizi buruk masih ada, KB yang tidak berjalan lancar, kasus hipertensi dan penyakit degenaratif juga banyak, malaria juga sangat mengancam. Kebiasaan dan kepercayaan tentang adat dan masih banyaknya anggapan bahwa suatu penyakit adalah kutukan menjadi pekerjaan rumah yang banyak untuk bidan maria. Masalah pendidikan juga masih tidak tuntas, kesadaran akan pentingnya untuk sekolah dan masih banyak permasalahan pendidikan lainnya. Masalah krisis energi juga mengancam, masalah kemiskinan dan kesejahteraan tidak henti-hentinya untuk minta segera diselesaikan.
Mama Elis berkerja di malam hari dengan s300

Namun, di balik segala realita dan permasalahan yang kompleks ini, ada yang menyentuh hati saya tentang rasa nasionalisme dan semangat gotong royong di desa Waiwejak. Sejak hari pertama saya sampai di desa Waiwejak, masih ada sekitar 5 hari lagi menuju acara peringatan kemerdekaan Indonesia, namun sang saka merah putih sudah gagah mengudara dalam balutan tiang bambu warga desa, acara menuju peringatan  sudah mulai di ramaikan, warga dan anak-anak bergotong royong untuk merias desa dengan serba merah dan putih. Antusiasme yang mulai luntur dikota besar. Memang selalu banyak cara untuk memaknai kemerdekaan, namun semangat gotong royong dan kebersamaan mereka mulai luntur di kota besar yang penuh dengan kehidupan individualiasme dan tanpa rasa peduli. Hal ini yang selalu membuat saya lebih suka tinggal di daerah desa dibanding di kota.  

Sang saka merah putih di tanah Flores Hari kedua relatif saya tidak terlalu banyak kegiatan dengan mama Elis, karna saya hanya menemani mama untuk mengikuti seminar yang di adakan PNPM dalam evaluasi bagaimana pencapain kader di desa masing-masing. Hal yang menarik adalah selama perjalanan dari rumah menuju tempat seminar yang memakan waktu satu jam. Mama Elis bercerita bagaimana sangat inferior peran perempuan di desanya. Perempuan banyak yang di drop out dari sekolah karena ketahuan hamil di luar nikah. Entah apa yang menjadi akar permasalahan sehingga hal ini terjadi di desa. Mama Elis sendiri bercerita bahwa dulu setelah mama Elis tamat SMA, mama mau melanjutkan kuliah di lewoleba karna melihat orang-orang yang pulang dari kota benar-benar memiliki pikiran yang berbeda dengan orang desa. Mereka memberikan perubahan dan ilmu pengetahuan baru untuk desa. Namun, karena terkendala biaya, mama tidak melanjutkan sekolahnya. Menikah dengan suaminya, mama Elis memiliki 4 orang anak, dua anak perempuan dan dua laki-laki.

Saat awal menikah, mama Elis telah menceritakan kepada suaminya bahwa saat nanti dia punya anak, dia akan menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya karena dia ingin balas dendam pada masa dahulu karena terkendala biaya, mama Elis tidak melanjutkan sekolah.  Suami mama Elis 

Suami mama Elis dan Dimas

juga memiliki misi yang sama, akhirnya mereka sama-sama bekerja dengan giat agar anak mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak. Selama perjalanan di motor yang penuh dengan medan berat, saya membagi konsentrasi untuk mengendarai motor dan mendengarkan cerita mama Elis. Mama Elis mengatakan bahwa banyak tetangganya mencemooh mereka karena rumah mereka yang hanya memiliki 2 ruangan. Ruangan kamar 1 buah dan satu lagi ruangan serbaguna, dapur dibuat di luar bersama kamar mandi. Setelah menjadi ibu inspirasi kopernik, mama Elis mendapat rejeki untuk melanjutkan pembuatan rumah di depan rumah lama. Saat saya kesana, pengerjaan rumah baru mencapai 70% dan tentu saja mama Elis sedang menabung untuk melanjutkan.

Dapur mama Elis

Mama Elis adalah ibu inspirasi yang berhasil mendistribusikan produk kopernik dengan capaian tertinggi dari ibu inspirasi lainnya. Kegigihan mama Elis untuk membuat desa gelapnya menjadi terang, membuat mama Elis dipilih oleh kopernik untuk berangkat kejakarta dan bertemu dengan media nasional untuk di wawancara. Mama Elis selain menjadi ibu inspirasi dan kader posyandu,mama Elis juga aktif di acara apapun di desa. Mama Elis adalah sosok perempuan inspiratif di desanya. Pribadi yang aktif,ramah dan selalu memberikan solusi untuk segala permasalahan membuat mama Elis di senangi warga. Bidan maria pernah bercerita bahwa dia ingin mama Elis menjadi kepala desa. 

Mama Elis tech fair ke rumah warga
Mama elis juga bercerita untuk mengisi waktu luang, mama akan menenun. Menenun sebenarnya harus dikuasai perempuan dewasa di daerah desa mereka, karena tenun ini dibutuhkan untuk acara adat pernikahan di desa Waiwejak. Sedangkan apabila dibeli, tenun ini sangatlah mahal harganya. Namun untuk dapat belajar menenun bukanlah perkara mudah. Banyak ibu-ibu yang enggan untuk menenun karena saat menenun dibutukan kesabaran, ketelitian dan kemauan kuat untuk meretas satu benang menjadi kain. Jangan heran harga tenun ini sangat mahal, karena untuk dapat menyelesaikan sebuah syal saja dibutuhkan waktu 3 hari berturut-turut. Bayangkan jika yang dibuat adalah kain tenun yang besar. So, mari kita hargai karya dari negri kita, jangan suka mengeluh bilang kain tenun mahal karena kreasi dan inovasi itu mahal loh. Rasakan dan lihat langsung bagaimana jerih payah membuatnya.
Ibu-ibu menenun

Ada cerita  yang mengharukan kala saya mengendarai motor, mama Elis bercerita bahwa mama sedang menyelesaikan kain tenun untuk dipakai oleh anaknya yang akan diwisuda di bulan oktober di Makassar. Saya menanyakan dengan bodohnya bahwa mama pasti sudah tidak sabar menunggu-nunggu hari itu untuk pergi ke makassar karena anak mama akan di wisuda, kemudian mama Elis menjawab dengan nada yang biasa tapi sangat menyayat hati saya, mama tidak punya uang untuk membeli tiket pergi ke Makassar. Kehadiran orang tua dari anak mama akan digantikan oleh keluarga terdekat mama, anak mama bilang nanti saat hari wisuda, mama dan bapak di suruh memakai pakaian bagus seakan-akan pergi wisuda dan duduk berdampingan kemudian bayangkanlah mama dan bapak sedang berada dalam ruang besar wisuda dan ikut melihat dan merasakan kebahagian yang di rasakan anaknya sembari berdoa kepada tuhan. Sontak pikiran saya menggembara, saya baru saja di wisuda menjadi dokter, orangtua saya dengan mudah dan bangganya datang ke ruangan sidang untuk melihat anaknya bersanding dengan wisudawan lain, sedangkan anak mama Elis, membawa mimpi jauh dari NTT ke tanah Sulawesi agar dapat membanggakan mama Elis dan suaminya namun di penghujung studinya, dalam perayaan wisudanya, orang yang dikasihinya tidak hadir dan hanya bisa dia rasakan dalam doa. 

Mama Elis menenun

Lima detik tanpa saya sadari airamata saya jatuh, samar suara mama Elis tetap berdenging di telinga. Maka bagian mana yang harusnya tidak kita syukuri dalam hidup ini di saat mama Elis masih sangat tegar dan berlapang dada dengan getir hidupnya.

Ini bukan kalimat klise anak kota tapi ini sentuhan hati yang merasa di sayat setelah mendengar cerita ini dengan amat enteng diceritakan mama Elis. Sungguh selama perjalanan itu saya mencoba untuk tidak membahas hal-hal yang akan makin menguras airmata saya. Saya bertanya, apakah mama bahagia dengan kedatangan saya yang hanya merepotkan dan tidak akan banyak membantu, lalu mama Elis sangat bersemangat menjawab bahw aada seorang dokter yang ingin tinggal di gubuk mama itu hal yang sangat membahagiakan sekali. Hadir saya saja dapat membuat mama bahagia apalagi jika, keprofesian saya abdikan di sini. Cita-cita saya lainnya tercipta saat itu. Saya berikan judul cerita saya ini sesuai dengan judul lagu 3 hari untuk selamanya.

Mama Elis selalu tersenyum 

Hari terakhir bersama mama Elis saya di ajak mama untuk tech fair ke rumah warga. Sebenarnya tidak sulit untuk melakukan tech fair di desa sekitar desa mama karena kebutuhan warga akan cahaya benar-benar membayar usaha mama untuk melalui medan jalan yang sangat rusak berat. Jangan bayangkan di sana ada motor matic karena motor tersebut tidak akan berhasil menaklukan medan yang berat. Saya merasakan bagaimana tenaga saya sangat di kuras mengendarai motor di sana. 

Mama Elis sedang mengonsumsi sirih pinang 

Pantas saja orang-orang disana banyak mengonsumsi sirih pinang, konon katanya, sirih pinang ini dapat menambah tenaga mereka untuk melewati medan jalan yang berat dan aktivitas mereka yang berat. Saya juga diajak mama Elis untuk datang ke kebun beliau, jalan menuju kebun mama Elis, ekstrim, hanya setapak. Saya naik motor dan membonceng mama dibelakang sambil mengatur keseimbangan karena  disebelah kanan kami adalah jurang.  Itu pengalaman yang tidak terlupakan oleh saya karena betapa jantung terpacu saat itu,kalau saya tidak seimbang maka kami akan jatuh ke jurang. Syukurnya, kami tiba di kebun mama dengan selamat.

Mama Elis di kebun

Malam hari saya mendapat kesempatan untuk merasakan acara adat kebudayaan desa Waiwejak, sambut padi baru. Acara ini bermakna untuk mensyukuri hasil panen dan semua keluarga dari tempat jauh harus ikut datang. Acara ini juga ajang untuk silahturahmi dan menyelesaikan semua permasalahan yang ada di rumah adat dan keluarga besar. 

Persiapan acara adat sambut padi baru

Tiga hari bersama mama Elis tidaklah cukup untuk membuka lebih banyak betapa sangat inspiratifnya mama Elis. Elisabeth Nogo Keraf mengajarkan saya tentang kegigihan seorang perempuan untuk selalu melakukan hal baik dan positif untuk orang lain. Ini bukan masalah materi tapi bagaimana kelebihan yang kita punya entah itu dalam hal ilmu pengetahuan, materi, jabatan, tenaga dan apapun yang kita punya dapat kita lipatgandakan saat kita memberinya untuk orang lain. Tidak usah terlalu mendengarkan apa ucapan orang lain, ketika kalian masih bersama jalan tuhan dan melakukan sesuatu untuk kepentingan orang banyak, suara orang lain itu hanya suara-suara iri karena tidak dapat melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Terimakasih mama Elis.

Avatar

Beauty of East Flores (to be continued) Part 3

Selama 5 hari, saya mengikuti bagaiamana kegiatan mama kris, bukan sebagai tamu tapi menjadi anak ke-5 mama,ikut menjadi bagian dari keluarga. Hari kedua di rumah mama kris kami mengunjungi SD di Tuakepa yang memakai produk nazava (filter air) untuk murid-murid di sana. Mama kris bercerita air di daerah tuakepa sangat tinggi kandungan kapur sehingga saat di masak air kapur akan mengendaap di bawah dan sering merusak peralatan masak air, belum lagi kadar kapur yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal.

Anak-anak SD di Tuakepa

Kasus diare anak juga masih sangat banyak, nazava membawa dampak  yang baik untuk kesehatan anak-anak,sehingga sekarang banyak sekolah yang memakai produk ini untuk konsumsi murid sekolahnya. Selain berkunjung, saya juga diminta untuk sedikit berbagi ilmu yang saya miliki, sebagai dokter, saya menceritakan bagaimana pentingnya cuci tangan kepada mereka, ternyata mereka tau jingle cuci tangan loh,walaupun mereka di kampung,semangat mereka tidak kalah dengan anak kota, permasalahan mereka hanyalah tenaga pendidik yang masih kurang dan media untuk mengetahui dan belajar lebih banyak yang masih kurang.

Salah satu pengajar di SD Tuakepa

Buktinya saat mereka bertanya saya darimana, saya menjawab dari sumatera, mereka tidak tahu sumatera itu bagian Indonesia yang mana, kemudian saya gambarkan Indonesia dan menunjukan pulau sumatera, lalu mereka bertanya saya ke sini dengan apa, saya menjawab, “dengan pesawat adik-adik”, semuanya bingung, pesawat apakah oto (mobil) kah ? saya jawab, pesawat itu kendaraan yang bisa terbang. Lalu semua diam sibuk dengan pikiran masing-masing membayangkan pesawat itu seperti apa. Untung salah satu relawan lain, kak trisa membawa banyak buku untuk mereka lalu membuka salah satu buku tentang pesawat kemudian semuanya berbondong-bondong melihat dan akhirnya mereka tahu bagaimana bentuk pesawat. Mereka masih sangat polos dan penuh rasa ingin tahu yang tinggi, anak-anak timur itu tidak bodoh, tapi mereka hanya kurang akses dan media untuk mendapatkan ilmu pengeahuan lebih banyak.

Salah satu murid yang paling aktif di SD Tuakepa

Hari berikutnya, saya, mama kris, staff kopernik dan relawan lain melakukan techfair di desa kenada, kira-kira 30 menit dari Tuakepa, bapak desa kenada, sangat tertarik dengan poduk teknologi tepat guna kopernik dan bapak desa berharap masyarakatnya memakai teknologi tersebut. Salah satu rangkaian acara tech fair biasanya di lakukan  uji coba dari produk tersebut. Agar acara tidak terlau monoton, maka di buatlah acara demo memasak agar ibu-ibu semakin banyak datang. Selain mendemokan kompor biomass, ibu inspirasi juga membagikan resep makanan terbaru untuk ibu-ibu di desa. Antusias masyarakat desa kenada sangat baik, tidak hanya ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak juga turut serta.

Kepala desa Kenada

Mama kris bercerita “dulu vi, saat mama melakukan tech fair pertama, mama sebelumnya belajar dulu dengan bapak apa yang akan mama bicarakan di depan orang banyak, apa bahan yang akan mama berikan untuk acara besok, kadang-kadang bapak sampai ketiduran mendengar mama, karna mama tidak habis-habisnya mengulang. Sekarang, mama tidak perlu lagi seperti itu, mama saja sudah pernah ke Ubud, Bali untuk demo masak di depan banyak orang hebat bahkan bule pun lihat mama dan bertepuk tangan kala itu “.

kak Tere (staff kopernik) dan mama Kris (ibu inspirasi kopernik)

Program ibu inspirasi ini benar-benar berhasil menciptakan karakter seorang ibu yang kuat, tulus dan positif. Kami mendapatkan apresiasi yang bagus di desa kenada, banyak masyarakat yang akan membeli nazava, kompor biomass dan lampu tenaga surya, namun mereka mengatakan terkendala biaya, lalu mama kris menjelaskan bahwa biaya untuk pembelian produk ini bisa di cicil, kopernik punya misi untuk memberikan produk ini tanpa memberatkan masyarakat kecil. Kenapa kopernik tidak memberikan secara gratis ? kenapa tetap bayar ? Sesuatu hal yang didapatkan secara mudah cenderung tidak dihargai oleh orang-orang. Contohnya, Saya baru merasakan betapa sangat perlunya kita hemat energi saat saya merasakan langsung didaerah flores timur banyak yang kekurangan akses energi. Pernah teknologi tepat guna ini diberikan secara cuma-cuma, akhirnya banyak alat yang rusak karna tidak dirawat secara baik. Kopernik meninggalkan pesan edukasi untuk masyarakat yang menggunakan teknologi tepat guna ini, karna masyarakat membelinya dengan keringat mereka sendiri sehingga dapat lebih menghargai alat-alat yang memiliki impact yang sangat besar ini.

Hari itu saya benar-benar melihat betapa sangat inspiratifnya mama kris dan ibu inspirasi lainnya. Kalian bayangkan kalau ibu inspirasi ini sudah tersebar lebih dari 300 di seluruh Indonesia, berapa banyak dampak positif yang mereka berikan dan berapa banyak cerita inspiratif lainnya dari mereka.

Mama kris memperkenalkan Nazava tanpa canggung
Ina bersama kak tere dari staff kopernik menjelaskan tentang kopernik

Selama tinggal bersama mama kris sebagai seorang muslim, saya merasakan toleransi agama yang sangat besar. Jujur, saat pertama kali saya pergi yang saya takutkan adalah bagaimana hidup di tengah-tengah keadaan lingkungan sekitar saya adalah Kristen katolik. Saya belum biasa, takut merasakan “shock culture”. Kadang, ketakutan itu hanya batas-batas yang kita ciptakan di dalam pikiran sendiri yang akhirnya membuat kita cenderung melihat sesuatu hal dari sisi negatifnya. Mama kris dan keluarga sangat memberi ruang saya saat akan melakukan ibadah 5 waktu, bahkan mama kris yang membangunkan untuk sholat subuh di pagi hari. Pernah suatu ketika, om jo tiba-tiba memanggil saya untuk ke belakang, om jo menyodorkan ayam ke saya, sontak saya terkejut ini maksudnya apa, saya sedang menerka-nerka apa maksud om jo ? apa om jo minta di rekam video saat menangkap ayam atau bagaimana ? saya baru ingat bahwa tradisi di islam setiap hewan yang akan di semblih harus di mulai dengan doa dan bismillah. Hidup dalam keadaan mayoritas, biasanya yang memotong ayam adalah pedagang ayam atau saat qurban memang ada orang yang khusus memotong. Hal itu adalah pengalaman pertama saya menyemblih ayam sendiri. Saya tidak bisa menutupi rasa nervous saya, syukurnya saya berhasil melakukannya. Entahlah, rasanya waktu itu seperti saya baru saja berhasil melakukan pencapaian tersendiri dalam hidup saya, memaknai hal lain dalam hidup saya tentang toleransi. Pesan saya perkara toleransi, belum tentu dalam perbedaan agama kita tidak menemukan kenyamanan, karna saat kita berada di tengah-tengah perbedaan agama baru kita mengerti arti toleransi. 

Terimakasih mama kris dan keluarga untuk 5 hari yang inspiratif dan membahagiakan. Terimakasih juga kopernik untuk kesempatan ini, perjalanan saya belanjut ke desa Waiwejak, kab Lembata

Avatar

Beauty of East Flores (to  be continued...) Part 2

Yuk mari kita kenalan sama mama Kris. Mama kris, 45 tahun adalah ibu inspirasi kopernik yang tinggal di tuakepa bersama suami dan 4 orang anaknya, Rein,Antonio,Francisco dan Mirna. Sebenarnya mama kris punya satu orang anak lagi, namun sayang di umur 1 bulan anak mama kris meninggal. Orang bilang, orang flores itu keras, tapi menurut saya orang flores itu jujur, bagi mereka kejujuran adalah penghargaan tertinggi, tidak suka maka akan mengatakan tidak suka, apabila suka maka tidak akan enggan untuk memuji. Satu lagi, orang flores juga sangat terbuka dengan kedatangan orang baru. Saya benar-benar diperlakukan superti anak sendiri selama di rumah ini,belum lagi tetangga-tetangga rumah, ada yang sampai mendatangi rumah mengunjungi untuk sekedar berkenalan dan silahturahmi. 

Om jo, Mirna, Saya, Mama Kris

Mama kris kesehariannya bekerja sebagai ibu inspirasi kopernik, apa itu ibu inspirasi ? ibu inspirasi adalah ibu-ibu yang dipilih untuk membantu kopernik mendistribusikan teknologi tepat guna ke masyarakat terpencil/remote area. Kalian tahu bagaimana sangat inspiratifnya program ibu inspirasi ini ? mama kris bersekolah hingga jenjang SMA kemudian menikah dan menjadi ibu rumah tangga, sebagai anak satu-satunya mama kris cukup mengecap pendidikan yang katanya cukup tinggi bagi seorang perempuan, mama kris sempat menjadi guru biologi kemudian berhenti karena suami mama kris juga bekerja,sederhana, cukup terbukanya cara berfikir mereka karena om pernah tinggal di kota besar dan mama kris pernah menjadi guru, memupuk semangat sepasang suami istri ini mengedepankan pendidikan anak mereka agar mereka bisa melanjutkan cita-cita pribadi mereka karna bagi mereka tanpa sekolah, kita tidak akan dapat menggegam dunia. Mereka haus melihat anak mereka bisa memakai toga seperti yang sering di kecap mahasiswa perguruan tinggi. Kehidupan mama kris berubah saat anak yang ke-5 beliau meninggal saat usia 1 bulan, mama kris benar-benar merasa malu dan sangat bersalah, semangat hidupnya mengering dan setiap hari dia berusaha tegar menutupi betapa  luka yang dalam tidak dapat dia obati sendiri. Setiap hari mama kris meminta ampun kepada tuhan atas kesalahan besar dalam hidupnya. Kehilangan selalu menjadi bagian paling sulit untuk dilupakan manusia manapun di dunia ini. Namun,badai pasti berlalu. Cahaya itu datang dari lampu tenaga surya kopernik.

Mama Kris dengan produk tepat guna kopernik

Mama kris mendaftarkan diri menjadi ibu inspirasi kopernik, menjadi sosok yang akan menyebarkan dampak positif untuk desanya. Saat kita memberi hal yang bermakna untuk orang lain sebenarnya kita sedang mengembalikan makna itu kembali ke kehidupan kita. NTT adalah provinsi nomor 2 dengan elektrifikasi paling rendah di Indonesia, pemadaman listrik yang sering hingga listrik yang memang tidak ada sama sekali menjadi masalah yang masih sedang diusahakan pemerintah NTT untuk di selesaikan secepatnya. Masalah pendidikan belum teratasi, kesehatan masih menjadi perkara yang sulit. Kopernik memberikan solusi yang praktis dan ekonomis untuk daerah-daerah remote area, lampu tenaga surya, penyaringan air, kompor dengan bahan bakar kayu dan kulit kemiri. Teknologi tepat guna ini dihadirkan agar angka kemiskinan berkurang. Ibu inspirasilah yang membawa teknologi tepat guna ini ke tengah masyarakat, ibu inspirasi di berikan pelatihan, di jelaskan tentang kesetaraan gender, di ajarkan strategi berwirausaha yang baik, dan ilmu-ilmu lainnya. Mama kris mungkin hanya merasakan pendidikan hingga SMA tapi cerita inspiratif mama kris telah mendunia. Berkat tulus hatinya memperkenalkan teknologi tepat guna terhadap masyarakat kecil dengan jarak puluhan kilometer, dengan tenaga yang tidak sama banyaknya saat muda, dengan rasa percaya diri yang kurang karna akan bernegoisasi dengan kepala desa,kepala kecamatan yang secara pendidikan jauh lebih tinggi, mama kris berhasil menghancurkan batas ketakutan tentang dirinya dan kini dia yakin bahwa apapun di dunia ini, kalau kita bersungguh-sungguh tuhan pun jauh lebih sungguh untuk membantu kita.  

Mama Kris saat demo Nazava ke rumah warga

Ada hal yang menarik dari mama kris, setiap bepergian keluar rumah entah itu untuk tech fair (acara untuk memperkenalkan teknologi tepat guna), berbelanja, pergi jalan-jalan atau rapat ke kota bersama ibu inspirasi lain, mama kris selalu membawa tas ungu kebanggan beliau, suatu ketika mama dan om jo mengajak saya melihat kebun beliau, saya berkata “mama,mau ke kebun kenapa di bawa juga tasnya ? nanti kotor,” beliau menjawab : “iya vi,sebagai ibu inspirasi tas ini yang membuat mama pede,jadi kalau memakai tas ini mama seperti seseorang yang siap pergi kerja dan menjadi ibu inspirasi”. How touchy this mom !!!

Mama Kris dengan tas ungu
Avatar

Beauty of East Flores (Pengalaman menjadi relawan kopernik) Part 1

Saya lovi, berasal dari negri paling barat indonesia. Pagi itu, saya memulai perjalanan baru dalam hidup saya, menjadi relawan kopernik di daerah flores timur. Flores timur daerah apa ? Sungguh sebelumnya saya tidak pernah tahu daerah flores timur, saya tau bahwa Indonesia memiliki provinsi Nusa Tenggara Timur, namun tidak pernah mendengar flores timur. Perjalanan saya tempuh dari Padang pukul 06.00 WIB Padang-Jakarta-Kupang-Larantuka. Saat sampai di Larantuka sekitar pukul 15.30 WITA. Ada yang menarik selama perjalanan dari Jakarta-Larantuka, ini merupakan pengalaman saya pertama kalinya  berangkat ke daerah timur, saya bener-bener excited melihat pemandangan yang segini bagusnya dari pesawat. Kalian tahu? Flores itu berasal dari bahasa Portugis yang arti nya bunga. Perempuan pasti pada suka bunga, cantikkan ? Flores juga demikian dari atas pesawat,  cantik banget :)

NTT dari atas pesawat

Sesampai di bandara larantuka, saya dijemput oleh salah satu staff kopernik, Ina. kemudian diantarkan ke rumah ibu inspirasi di daerah Tuakepa, beliau adalah mama Kris. Perjalanan dari bandara menuju rumah mama kris lumayan jauh juga, kurang lebih 1,5 jam. Selama di mobil banyak tanya sama Ina tentang kopernik dan project #IDWomen4energy, serta cerita tentang mama Kris lebih detailnya. Tadaaaaaa, ini dia mama Kristina, salah satu dari 300 an ibu inspirasi program kopernik yang berkesempatan saya kunjungi, mama kris dan keluarga sangat hangat menyambut saya.

Avatar
reblogged
Avatar
academicus

Kita Sudah Punya Semuanya

Tahu kenapa hidup kita ga enak?

Karena kita mulai membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain.

Kita membandingkan apa yang mereka punya, sementara kita tidak. Kita iri dengan jalan mereka yang lurus, sedang jalan kita berputar-putar. Kita menginginkan perjuangan mereka yang mudah, sedang perjuangan kita begitu sulit.

Membandingkan adalah aktivitas tanpa akhir.

Ramadhan dua tahun lalu, saya buka puasa bareng sahabat lama saya, @anjasbiki. Anjas teman saya sejak di pesantren, dan lanjut kuliah bareng di universitas dan fakultas yang sama.

Waktu itu masing-masing kita sudah bekerja dan punya penghasilan, dan kami makan di warteg langganan di depan kosan. Saya pesan makanan langganan sejak kuliah: nasi + usus + telur dadar. Ceritanya mau nostalgia.

Dulu rasanya makan dengan menu itu rasanya super enak. Super mewah, pokoknya setiap pulang kuliah dan kelaparan, makan dengan menu itu rasanya luar biasa.

Saya duduk bareng Anjas dan mulai makan. Lalu satu dua suap pertama, kok saya merasakan hal yang aneh. Saya kunyah lagi, dan otomatis saya menoleh ke Anjas.

Ternyata rasa nasi wartegnya ga seenak yang saya kira.

Saya dan Anjas langsung tertawa, karena kita langsung paham alasannya kenapa. Selama kuliah, nasi warteg ini jadi makanan termewah yang biasa kita konsumsi setiap hari, saat itu. Setelah punya referensi dan kemampuan membeli makanan yang lebih baik, makan di warteg ini rasanya jadi hambar.

Ternyata karena membandingkan, nasi yang dulu saya anggap paling enak, sekarang jadi kurang sedap.

Lalu obrolan kami berlanjut jadi lebih filosofis.

“Itulah kenapa, kaya itu bukan soal uangnya”, kata Anjas sambil menyeruput es teh manis. “Tapi soal seberapa bisa kita berterima kasih dengan apa yang ada”.

Semakin punya uang, saya semakin bisa merasakan bahwa kaya memang hanya soal pikiran. Karena jika rasa kaya diukur dari apa yang bisa kita punya, rasanya tidak akan ada habisnya.

Waktu dulu belum punya handphone apapun, punya nokia saja rasanya sudah bahagia. Sekarang punya smartphone Asus Zenfone, inginnya punya iPhone.

Dulu waktu belum punya kamera, bisa megang Canon pocket aja senangnya luar biasa. Sekarang punya kamera Pro Summer, pengen juga punya GoPro dan Mirrorless.

Dulu waktu kemana-mana masih naik kendaraan umum, punya motor aja sudah gaya. Sekarang punya motor, kepengen punya mobil. Nanti punya mobil, pengen punya helikopter. Punya helikopter, pengen punya jet pribadi. Dan begitu seterusnya sampai mati.

Peace comes from within, don’t seek it without.

Kebahagiaan harus selalu dicari ke dalam, bukan ke luar. Terbang ke atas tidak akan pernah membuat kita sampai, karena langit tak pernah punya ujung untuk digapai.

Tapi berenang ke dalam, akan selalu membahagiakan.

Karena saat hati kita berhasil menyentuh dasarnya, kita akan tahu: kita sudah punya semuanya.

Nah bener banget bro @academicus, semakin punya uang semakin mengerti bahwa kaya itu tentang pikiran. Kebahagiaan sama sekali tidak bisa dibeli dengan materi. Kalaupun merasa bahagia, itu tidak berlangsung lama. Fana sekali rasanya.
Avatar
dokterfina

membandingkan = perbuatan sia-sia yang tak berujung.

Avatar

Teruntuk seorang kakak yang sedang sunyi

Gerangan apa ? Yang merubah moodnya naik turun bagai kertas EKG, sendu kah ? Gelisah kah ? Atau detik sedang berjalan sangat lama, kemudian angin sepoi-sepoi terdengar dari sini melihatnya memandang jauh dan menerawang, tak ada secuil dahaga senyum yang di telannya. Hanya memandangi layar telpon genggamnya dengan lama,patah kah akhirnya hatinya ? Atau bosan mulai menyeringai dengan kejam. Sebentuk kata berbungkus doa untuk seorang kakak yang menghangatkan dan suaranya meneduhkan, semoga semua baik-baik saja

Avatar
Dia bilang kau terlalu cepat percaya orang padahal dia lupa, dia juga terlalu cepat berkhianat
You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.