Avatar

Cahaya Putih Berpendar Ungu

@pencintacahaya

~ aku ingin mencintaimu, layaknya Laron yang rela binasa demi bercumbu dengan cahaya ~
Avatar

~ Pagi Itu Kamu ~

... Seingatku kamu pernah bertanya kepadaku : apa yang membuat pagi begitu dinanti? Bagiku pagi adalah cahaya yang menerangi hati dan benak, disanalah harapan selalu mengawali.. Pagi adalah saat memulai meraih mimpi, yang kukejar sejak tengah malam. Karena kadang mimpi begitu tinggi, maka kubutuh tanganmu untuk kugenggam.. Langit pagi hari membentang biru, seakan membebaskan aku untuk memilih bahagia hanya bersamamu. Ketika bangun mendapatimu tetap jauh, hatiku pun tetap sama, masih rindu.. Mungkin disana engkau masih berlarian mengejar mimpi, hingga tak melihat jika langit telah pagi. Mungkin engkau lupa, jika senyummu belum tiba, maka pagi tak akan sempurna.. Sebaiknya aku ulangi saja, bahwa engkaulah pagiku, nona. Cahaya yang selalu menerangi, dimana harapan memulai hari. Jika pagi tampak sama, maka ingatanku padamu tetap sama. Walau musim berganti, dengan dinginmu, dengan hangatmu, engkaulah tetap pagi yang selalu kunanti.. ... 13.10.2015

Avatar

~ Waktu ~

... Pada suatu saat nanti, waktu adalah hal yang paling menakutkan. Impian hanyalah catatan usang, dimana tertulis daftar pinta yang selalu kita harapkan namun tanpa pernah terwujudkan. Sedangkan cinta hanyalah tentang tumpukan rindu tanpa pertemuan. Waktu adalah hal yang paling mengerikan, ia tetap akan meninggalkan meski penyesalan menghadang. Saat itu semua hanyalah secarik kisah kelam, tentang catatan dan perjalanan. Tak banyak yang tertinggal, hanya rindu yang berserakan dan harapan yang tak tersampaikan. Waktu hanyalah tentang ingatan, tentang langkah yang tak kunjung beriringan. Semua cerita akan tampak samar, kemudian menghilang ditelan gerigi keperihan. Saat itu mungkin kita tak akan ingat bahwa kita pernah saling memberi perhatian. Waktu pada akhirnya akan menghilang, mengambil Cahaya dan menyisakan kegelapan. Saat itu mungkin mata kita tak lagi melihat warna yang sama. Engkau sudah melihat pelangi, sedangkan aku masih melihat hujan. Pada suatu saat nanti, waktu akan bertindak sangat kejam. Melumat semua cerita-cerita yang kita lewatkan tanpa penyesalan. Dan kembali ke Rumah adalah satu-satunya impian yang paling ingin kita wujudkan. Sedangkan Cinta hanya mengingatkan tentang sebuah Kepulangan. ...

Avatar

~ Dimana pada Suatu Waktu ~

... Serpihan daun cemara melayang pada sebuah pelataran senja, suatu waktu diantara pertautan dua musim yang saling menggapai namun tak kunjung dipertemukan. Terpaan bayangan ranting pepohonan yang tersiram mentari senja beriringan saling merebah pada sepanjang jalan yang terlalui menuju akhir hari. Dan menjadi penunjuk arah selanjutnya kemana matahari akan menutup diri.. Suatu waktu adalah dimana ketika antara yang telah berlalu dan yang akan terlalui, sejauh mana mata dapat melihat dan memadukannya dalam sentuhan tulisan yang akhir ceritanya ada diujung jemari kita yang akan menuliskannya. Dan akan menjadi sebuah kisah hanya ketika kumpulan aksara itu telah dapat dibaca. Apakah kita sudah menyiapkan paragraf penutupnya? Dimana adalah ketika jarak antara hitam dan putih demikian jelasnya dan saling membedakan tanpa harus meraba-raba pada sisi yang tetap diam dan kumpulan tanya pada sisi lainnya. Sudahkah kita temukan dimana kita? Bila sajak-sajak yang telah tersusun masih tak mampu menjelaskan keberadaannya, sejauh mana lagi uluran asa ingin tertuntun menuju ke semestinya? Dan bilakah kita adalah bilangan pada suatu waktu yang tak tertentu dan dimana keberadaan yang belum ditemukan? ...

Avatar
reblogged

KIRA KIRA (KITA Sumatera Mendeskripsikan Cuaca)

Cuaca didaerahmu seperti apa Tuan dan Nona? Hujan kah? Panas kah?

Hujan datang membawa hawa dingin, dibarengi dengan kesenduan yang mendalam. Matahari datang membawa hawa panas, dibarengi peluh keringat yang mengucur deras.

Hujan dan matahari, keduanya amat jarang beriringan. Mereka hampir selalu punya porsinya masing-masing. Ada orang yang amat menyukai panasnya matahari, namun sebaliknya ada juga mereka yang amat mencintai hujan.

Lantas kamu yang bagian mana?

Nah, dibawah ini ungkapan perasaan teman-teman KITASumatera perihal cuaca didaerah mereka. Tahu sendiri dong pulau Sumatera panjangnya semana, cuacanya dihari yang sama so pasti beda-beda. Yuk, kita nikmati karya mereka. 

——————————————————————————————————

Hujan selalu menjadi waktu yang tepat untuk menikmati kesenduan. Menikmati banyak kenangan yang pernah terlewatkan. Bagaimana kita menabung harapan. Bagaimana aku yang masih terus berdoa untuk segera dipertemukan.

Hai Tuan, Semoga Allah memberi kekuatan untuk kita selalu melakukan perbaikan. Semoga dalam masa penantian justru kita saling menemukan keserasian. Semoga dalam masa berjauhan kita mampu saling menafsirkan bagaimana indahnya saling menguatkan.

Tuan, baik baik dalam penugasan. Jika kelak kamu akan kembali ke kampung halaman. Izinkan aku untuk menjadi bagian yang menggenapkan. (@desisusanti93​)

Setiap siang selalu begini panas menyengat sampai ubun-ubun tak ada yang dapat menetralkan ini kecuali hujan.
tapi aku tak ingin hujan datang sesiang ini mood ku akan turun drastis jika hujan karena datang hujan menyebabkan kasih dan kenangan beradu,tapi tak ada yang menang.
mungkin panas ini akan reda ketika kau dengan santai memberiku jus mangga seperti punya nona yang jauh di sana.
ku harap hanya begitu ku tak ingin kau bermain dengan egomu yang membuatku menjadi tambah emosi sudah cukup hanya panas yang membuatku begini jangan lagi engkau juga begitu.(@fach-roza)
Aku tak ingin mengutuk hujan pun panas terik. Karena aku percaya, Tuhan selalu punya maksud baik di balik keduanya.

Jika boleh, mungkin judul sajak Sapardi Djoko Damono bisa diganti Hujan Bulan Januari. Hahaha sepertinya agak berlebihan. Tapi begitulah nyatanya di kota ini, hujan turun hampir tiap hari sejak awal bulan.

Apa aku mengutuki hujan yang turun? Tidak. Banyak hal yang bisa dinikmati kala hujan. Kenangan salah satunya. Kita tentu bisa mengenang kenangan dengan hati lapang setelah melepaskan bukan? Kadang kenangan perlu diingat bahkan ditertawakan.

Seharian kemarin hujan turun tiada henti. Beberapa mengutuki di lini masa. Aku mengamati. Ingin berkomentar tapi aku urung. Toh buat apa? Bukankah masing-masing kita punya persepsi?

Hari ini mentari seperti senyum bahagia setelah seharian kemarin digantikan hujan. Gunung dan langit terlihat bersih.

Berhentilah mengutuki keduanya. Karena Tuhan sudah pny perhitungan tepat atas mereka. Nikmati saja.(@putrijanuari​)

siang ini begitu terik seperti teriknya semangat ku pergi. sang mentari tak gentarnya menyilaukan. mengusik hati ku yang sedang bersedih.
siang ini semangat ku menggebu untuk membantu mendonorkan darahku namun tak kuasa karna hemoglobin tak mencukupi. semangat ku yang awalnya menggebu bagai menghilang lenyap ditelan angin
seperti mentari yang mengusik mata dengan silaunya. kekecewaan ini jg mengusik ku sampai kerelung hati (@dramaqueen5​)

aku tidak akan mengajak menapak tilas. aku ingin bercerita sebentar saja. aku tak ingat kapan ini terjadi tepatnya. yang aku ingat, ketika itu kita baru saja berkenalan. tapi aku bertanya-tanya ini berkenalan jenis apa? berkenalan tanpa jabat tangan atau memperkenalkan nama. siang yang terik ditemani percakapan tanpa basa-basi kita. aku tak tahu apakah aku harus mengatakan yang sejujurnya tentang degup di jantungku ketika kita sedekat itu. ah, aku urungkan tiba-tiba. aku merasa itu gila.

siang tak sepanas terik yang dipancarkan matahari saat itu. aku malah merasa kedinginan tak karuan. tuan, bahkan baru berkenalan saja aku sudah segegabah ini.

aku ingin menamakan pertemuan kita adalah pertemuan tanpa tatap. sebab, saat itu kita tak pernah menatap mata lekat antara kita. kita hanya menatap lurus ke depan. ke lapangan luas rerumputan.

sampai jumpa dalam malam-malam panjang yang dipenuhi rindu tuan. dengan atau tanpamu, rindu selalu berseliweran. (@sebuah-cerita)

Mendung masih menyelimuti senja dengan dingin yang merengkuh raga hingga terasa samar memandang.. Burung-burung tampak bergegas namun malas karena sayap-sayap mereka masih basah oleh tetesan embun yang berterbangan..
Rintik hujan masih membasahi kekeringan hati yang kemarin terasa gersang.. Tampaknya sore ini akan berakhir dengan kesejukkan yang engkau titipkan melalui senyum yang terpancar dari bibirmu yang manis itu sedari pagi..
Hmmhh.. Terima kasih untuk hari yang menyegarkan yang engkau lukiskan melalui matamu yang meneduhkan itu. Walau seakan-akan menandakan bahwa akan ada selaan rindu untuk beberapa hari ke depan..
Dan tampaknya semakin tertunda waktu untuk membuat beberapa sajak bersamamu sambil ditemani semangkuk bubur kacang ijo..
ahh sudahlah.. bukankah sore ini lebih nikmat jika ditemani dengan semangkuk sup ayam? (@pecintacahaya​)

Masihkah kau kenang perbincangan singkat kala itu? Saat kau menutupi pandanganku dari sinar mentari yang menyilaukan. Kau berdiri di depanku menutup panas terik agar tak mengenaiku. Lalu sesekali kau memutar balik tubuh gagahmu, menoleh ke arahku dan menatapku tajam dengan mata coklat khasmu. Aku pun mendongak, menaikkan alis mewakili tanya ada apa di balik tatapmu. Senyum tipis terlukis di bibirmu. Ah, aku suka ketika kau berpura-pura cuek namun tak bisa berhenti mempedulikanku.

Dengan singkatnya kau pun bertanya, “Hey, are you okay?”. Aku tak tau harus menjawab apa selain anggukan yg menandakan ya. Kita berbeda memang. Kita bertindak seakan tak saling mengenal di depan mereka. Tapi selalu saja jantungku bisa berdegup kencang hanya karena kau berada disisiku. Tak apa jika harus terjemur panas siang hari (lagi), asalkan kau tetap memperlakukanku seperti gadismu.

Aku rindu hari dimana kita bisa saling memahami percakapan hanya dengan saling tatap muka, tuan. (@novriiandinn​)

Hari ini layak sudah disebut kompetisi, perihal panasnya aku dan matahari. Terik sinarmu memancar ke bumi, serupa aku yang tengah mendidih di dalam sini. Entah apa yang membuatmu kesal hati, tapi aku tengah berburu waktu melawan inginku tuk berhenti.
Kepadamu hai matahari, cukuplah peluh ini menjadi saksi, bahwa kita masih mampu tetap teguh pada janji, sekalipun mesti berdikari. (@sashukakaru​)

Hambar. Apapun itu. Semua rasa: suka, duka, amarah, tangis, kecewa, benci bahkan muak. Kini terasa hambar Meskipun di sini mendung yang sesekali kembali terang Tak berefek mengubah ke-hambaran-nya

Entahlah, apakah aku yang telah berubah. Atau dirimu yang semakin tak nampak terbalut jutaan rinduku

Lihat, bahkan air hujan semakin membuat rasa ini semakin hambar. Tak apa, sungguh tak mengapa. Boleh jadi ini sebuah permulaan. yang bukan tidak mungkin akan kau rasakan suatu hari kelak.(@armayani-san​)

Kenapa hanya mengintip dari balik pintu, tuan? Kemarilah, duduk disampingku dan mari kita nikmati mendung yang bergelayut manja itu berdua. Akan kusandarkan kepalaku di bahumu. Berdebat lucu tentang kapan mendung itu memuntahkan rintik air. Atau menebak nama-nama burung yang sesekali terbang melintasi cakrawala, tepat dibatas mata memandang. Atau kita bermain tebak-tebakan garing demi menemani jarum jam yang berdetak dua kali lebih cepat, tertawa menyadari bahwa tidak ada yang lucu dari itu.
“aku suka mendung” katamu suatu hari. “Suasana jadi tidak terlalu panas, pun tak terlalu menusuk tulang. Menyenangkan. Berjalan di bawahnya tak menyengat, seolah fajar tak pernah bergerak.”
“aku suka mendung, karena kamu menyukainya.” timpalku aneh. Dan tanganmu mendarat di kepalaku, mengacak kerudungku ringan. Aku rindu…( @kaktus-gurun​ )
Panas Yahh.. terik matahari membakar Meskipun tak sepanas hatiku melihatmu bersamanya Membara menggeliat penuh asa Takdir Mungkin..ini memang takdirku Tapi apakah harus seperih ini? Ingin sekali aku meledak memuntahkan semuanya Aku harap dibalik panas ini Akan ada hujan yang menyejukkan Aku harap dibalik sakit ini Akan ada kebahagian yang menentramkan ( @maulidar14​ )
Hujan, panas, mendung , cerah , sejuk, terik, semua yang diluar sana, gambaran mana yang sesuai dengan hidupmu ? Apakah panas terik atau dingin  mencekik ? Tapi karenamu aku menyukai hujan.
Hujan akan turun ketika awan sudah terlalu berat dan tak bisa menahannya. Mungkin itu pula yg buatku suka melihat hujan. Apalagi saat aku ingin menangis, rasanya seperti aku tak menangis sendirian. Rintiknya menutupi basahan pipiku. Derasnya menutupi senggugukan suaraku. “Tak apa menangislah, tak apa-apa juga kalau sudah tak  bisa menangis”, begitu selalu bisik rintik dan deras hujan padaku.
Tetesan terakhirku menyudahi hujanku pula. Cuacaku menjadi lebih dingin. Tapi tak pernah sedingin sikapmu terhadapku, dinginnya sampai mencekik nafasku juga air mataku. (@quinsii)

HUJAN~~

Aku menyukai kata ini. Aku kagum akan satu kata ini. Aku penikmat kata ini. Dan aku bahagia mendegar satu kata ini. MENYUKAI karena setiap deras nya mampu mengalir secara sederhana tak memilih mana tempat yang ia aliri. Ia mengalir memberikan sumber kenikmatan bagi alam dan isinya. KAGUM karena begitu besar kuasa pencipta menciptakan maha besar karyaNya. Sehingga, jika ia tak turun dalam kurun waktu yang lama, akan terjadi berbagai macam dampak buruk bagi semesta. PENIKMAT karena pernah beberapa kali tak ada satupun yang tau, ketika ia turun bersamaan dengan derasnya air mata kekecewaan dan pengharapan. Menikmati setiap derai tetesan nya yang sendu, menghantarkan kepada suasana kehangatan. Kehangatan akan keluarga, pasangan, serta sahabat terdekat. Duduk berdampingan atau sekedar berpelukan hangat. Ia sungguh indah dinikmati betapa derainya banyak memberikan keberkahan. BAHAGIA karena  disetiap deras nya akan ada terselip do’a, permohonan yg tulus kepada Yang Maha Kuasa. (@logika-rasa)

Hanya hujan yg mampu menahan'nya’. ‘nya'pun tanpa sadar merobohkan tembok dihadapku. Hingga tentang dinginnya hujan pun tak terasa oleh ku. Mungkin… lebih kepada pluto yg mendekat pada merkurius, kecipratan hangat. Mengingat 'nya’ yg seluruh semesta tau, dan aku yg bahkan sudah tak dianggap duduk bercengkrama.
dan hanya hujan yg kini punya cerita. (@adilailla)

Jadilah aku hujan yang dicampakkan langit, berharap bumi tetap memelukku setelah aku menguap dan pergi darinya. Bagaimana bisa aku begitu hina, meninggalkan kesetiaan bumi hanya demi dipandang tinggi, hanya demi sebuah tahta yang tak nyata. Lantas jadilah aku mendung, menggantung. Tidak diinginkan langit, dan turun tanpa di sambut bumi. Membuat semua abu-abu, lalu mengharu biru sendiri. Jatuh ke samudra, membaur bersama luka dan kenangan yang tersisa tak lagi terasa indah. Bersisa sesak, terendam dalam samudra yang dalam dan kelam. Aku hanya hening yang tak terjamah waktu. Memudarlah aku, sedangkan bumi jatuh hati pada pohon yang cinta nya kokoh mengakar. Diatas sana, langit bercumbu pada gugus bintang yang menemani disaat tergelapnya. Lalu aku? Terlupakan. ( @anggunpsi​)

Teriknya siang terlalu membakar diri kala itu. -di tempat nunggu angkot- “Bareng pulang samaku? -tanya lelaki itu sambil tersenyum "Aku naik angkot aja. Lebih baik kamu pulang. Rumah kita tidak searah” jawabku dengan halus. “Ih, kamu tidak menghargai aku disini?:( niat aku kan baik” ujarnya dengan muka manja “Hem bukan gituu. Baiklah, aku ikut” “Aku takut polisi” “Tenang ya. Kita cari jalan lain” katanya menenangkan. Hemm “Kamu kepanasan ga?kalo kepanasan, pakai jaket aku aja yaa. Aku gamau kamu kepanasan apalagi kehujanan” ujarnya disela-sela hiruk pikuknya jalanan “Enggakok. Dibonceng kamu aja udah senang. Gapapa panas, yang penting kamu menenangkan, eh salah maksudnya anginnya yg menenangkan” jawabku sembari tersenyum “maaf aku cuma bisa menjadi supirmu” “Gojek dong” kataku ngasal Hahaha dan kami pun tertawa bersama Tidak hanya hujan yang membawa kenangan. panasnya mataharipun juga. setiap waktu ada momen tersendiri. gapeduli cuacanya apa. ( @hujandansenjatakbisabersatu​)

“Kamu tidak akan pernah kesepian,sayang” Ucap ibu padaku di halaman belakang sambil menatap langit sehabis hujan. Seperti biasa, di sini adalah tempat kesukaan aku dan ibu. Aku dan ibu sering menghabiskan waktu sore di sini, untuk sekedar bertukar cerita, atau bahkan hanya duduk saling diam.

Saat itu, entah bagaimana tiba-tiba aku bertanya, “ibu tidak lelah berjuang sendirian?” Ibu tersenyum, tak menjawab. Lalu aku bungkam. Kami hanya sama-sama saling diam. Tenggelam dalam lamunan masing-masing.

Lalu tangan keriputnya membelai pelan kepalaku seraya berkata, “ tak ada alasan ibu untuk lelah nak. Kamu ada sudah cukup jadi penyemangat terbesar ibu. Ibu ada untuk kamu. Hanya kamu, dan kamu gadis manis ibu. Kamu, harus jadi kebanggaan ibu ya”, ucapnya langsung memelukku erat. Lagi aku diam, ingin kukatakan bahwa aku sangat menyayanginya. Tapi kali ini, sepertinya air mataku jatuh lebih awal dari pada kata yang ingin kuucap. Maka aku hanya diam sambil memeluknya lebih erat.(@pecandu-rindu​)

Tak ada risau yang paling merisaukan, kalau ada hilang tiba-tiba tanpa kabar. Persis seperti cerah tiba-tiba berawan gelap tapi tak kunjung hujan. Ingin pergi tapi menunggu pasti. Sementara yang di sana, masih menangguhkan keberadaannya. Aku senyap.
Baru angin berhembus, mengabarkan dingin. Kalau saja kau menolakku sebelum rapi, tak sia-sia air mandiku tadi.( @yourpatheticjoke​ )

Angin berhembus, semilir, menyibak jilbab yang terpaku lurus di kepalaku. Melambai daun di atas pendopo beratap ijuk. Siang ini begitu terik, dengan matahari yang memamerkan kekuatannya, begitu kontras dengan sejuk yang membasuh wajahku.

Kasarnya karang terasa begitu dalam menusuk kulitku. Membuatku kembali bermalas-malasan di atas papan kayu. Hanya memperhatikan adikku yang begitu riang memasukkan kepalanya ke dalam air. Siang ini kami berpesta merayakan sesuatu yang sepele. Seperti inilah hidup yang kujalani bersamanya, bersenang-senang sepanjang waktu.

Mungkin langit cemburu pada tawa yang kuhamburkan siang itu hingga menambah panas menjadi dua kali lipat. Tapi aku tak peduli, panas yang menyengat tak mengurangi tawa melihat adikku bermain begitu girang dengan rumput laut.(@limamaret​)

yang kutahu dari dirimu hanyalah sebuah kebiasaan menekuk lutut tiap kali petir memekik di langit. cuma itu. segala keterbatasanku untuk mengetahui perihalmu tak pernah memicu rasa sesal. aku teringat sebuah kalimat dalam film blood, “kau hanya mampu melihat sejauh pengetahuanmu.”
benar. aku melihatmu menekuk lutut. aku selalu berada persis di sebelah kirimu, bersedia menggantikan lututmu jika kaku. sayangnya kau tak pernah berani membuka mata saat dan setelah petir menghujam pendengaran kita.
hanya sebatas itu saja. dan ini lebih dari cukup. ( @hujansamudra​ )
Saat itu sedang hujan, ketika aku terperangkap disebuah kedai kopi kecil disudut kota. Langit tampaknya sedang marah, kilatan cahaya menyilaukan dan bunyi memekakan telinga bersahutan tak henti-hentinya. Awan hitam menggumpal menggantung di langit yang terus-menerus menurunkan airnya.

Saat itu sedang hujan, ketika tak sengaja aku melihat seorang lelaki duduk sendirian di kursi tak jauh dari tempat ku berada. Dia membaca buku tebal dan bersampul biru. Sesekali dia menyesap kopi didepannya sambil memperhatikan langit yang berwarna kelabu.

Saat itu sedang hujan, ketika untuk pertama kalinya, hati ku berdebar..(@gadisfajar)

Apa kabarmu hari ini, Kak? Ingin sekali kutanyakan itu padamu. Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Begitu saja terus yang kulakukan.
Di sini mendung bergelayut di langit. Entah akan turun hujan. Entah tidak. Mungkin persis suasana hati ini tanpa sapamu, tanpa candamu. Aku rindu. Teramat rindu.
“Ga mau chat nih?” Begitu biasanya kamu isi pesanmu saat aku lama tak mengirimkan pesan padamu. Lama? Tidak juga, mungkin hanya sekitar satu sampai dua jam. Tapi kali ini menit-menit berlalu semakin lambat tanpa candamu.
Apa kabar kamu, Kak? Aku masih memikirkanmu meski kuredam begitu rupa. Kupendam dalam-dalam, aku tak ingin kamu tahu. Tapi andai pun kamu tahu, apa kamu perduli?
Langit semakin gelap di sini, Kak. Hujan pun mulai turun satu persatu. Kali ini hujan kalah cepat dengan air mata yang turun membasahi pipiku.
Semoga langitmu cerah, Kak. Tersenyumlah. (@hujandancoklat)

Hujan sudah turun di luar kamar, namun mendung baru tiba di hatiku.

Kupikir rindu hanya berwarna biru. Ternyata ia mampu begitu kelabu. (@Karenapuisiituindah)

Terik mentari akan selalu bergaduh menantang hujan, mendung tak akan kuasa jadi penengah, kadang justru malah memihak. Berdirilah dimana semestinya, kau akan selamat dari cuaca yang mengerikan harimu.

Avatar

~ Pagi Membasuh Rindu ~

... Kau hantarkan pagi ini bercahaya dengan sinar menguning menghangatkan hati di jalan yang dingin sisa jejak-jejak hujan malam tadi kau taburan tawa lautan riang alunkan lagu tentang indahnya mentari.. Pagi ini mentari begitu hangat.. sinarnya yang cerah begitu dekat seakan ingin kusentuh dan membasuh rinduku disitu tersenyum aku hangat tersipu saat mentari pagi sinari ruang hati.. Benak ini masih terhias berbunga menari-nari gembira penuh warna saat senyumanmu engkau tinggalkan sisakan untaian keceriaan.. Masih menyisakan disini kisah tentang jumpaan rindu saat menatap kedua bola matamu yang sebening cerahnya pagi.. Izinkan aku untuk selalu merindu mengingatmu setiap waktu pagi, siang, senja, hingga malam walaupun engkau masih diam.. Pagi ini akan berlalu namun, kuingin dirimu tetap disini temani aku melewati hari hingga senja menanti karena rinduku padamu belum sepenuhnya terbasuh.. ...

Avatar
reblogged

Pertemuan di Januari (bagian 1)

Pada halaman kelima, Januari memberi cerita tentang KITA. Ada ruang dimana diam bergema dan lelah bersandar. Sedang lembar berikutnya, ada jejak yang membumikan kenangan, merekam kebersamaan. Pada halaman terakhir, tak ada lagi titik untuk mengakhiri cerita. Kita meluruh dalam tawa yang tak pernah habis.

Januari sebuah awal cerita Di mana KITA terbentuk Dari tanah ingin menuju puncak bersama Walau berbeda cara pastikan KITA tetap seirama @jibriel

Di kedua belas titik itu, aku bermimpi Terajut benang dari selimut negeri Hangatnya seperti jubah kulit para kelasi Dan aku; mengayuh rindu meski teramat pagi @yourpatheticjoke

Perkenalan kita ditemani olehnya Ia hanya diam, saat itu kita terus tertawa Kita mulai bergandeng tangan, ia semakin menepi Kita memulai karya tentangnya,Januari. @pecintacahaya

Kita dipertemukan di awal tahun Berbagi tulisan, berbagi ide Jika nanti kita bertemu, Mari tersenyum, ceria menanti @sayapemas

Saat itu januari …. Langit cerah tak terperi Bertemu kawan senangkan hati Salam kenal kawan, semoga kita saling melengkapi @irmaadnan

Januari awal bertemunya KITA Saling bertegur sapa dalam dunia aksara Walau KITA belum bertatap muka Namun, itulah KITA, menyatukan kata menjadi keluarga @bhumiku

Sebelum kenal, baginya aku hanyalah orang biasa Sebelum mengenalnya, hari-hari ku terasa hampa Pertemuan ini semakin mendekatkan KITA Januari, membuat KITA menjadi keluarga @maulidar14

Serupa dengan Januari, Kalian adalah awal dari sesuatu yang dinanti, Seperti keluarga baru Sebagai teman bersama mengharu biru. @karenapuisiituindah

Sumatera membawa cerita Tentang KITA yang berjumpa Di Januari selepas senja Dan bersama bahagia @limamaret

Januari, aku dan kita Wadah mengukir kisah baru Berkesan dan bahagia itu yang tergambar Belum bersua namun KITA tersirat makna yang dalam arti sebuah keluarga. @logika-rasa

Kita di Januari merajut kisah Kisah kita yang tak terulang Kita berjalan bersama menuju asa Asa kita yang takkan padam @masnyaadek

Perkenalan dari kami, daerah dengan banyak persinggahan, yang membawamu mengikuti perjalanan dari tiap ujung pulau dengan cerita yang berbeda.

Avatar
reblogged

HANYA ADA DI SINI

Hanya ada di sini, Orang bebas azan dicampur nyanyian gereja, Lalu tepuk tangan gemuruh, tanpa merasa salah, Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini Mahasiswa perguruan tinggi Islam mengikuti missa di gereja atas nama toleransi, bangga tanpa merasa bersalah. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Kertas Alqur’an dibuat terompet, di jual dengan bebas, lalu ketika ditanya maaf tidak sengaja. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Negeri mayoritas umat islam, masjidnya dibakar, lalu sang propokator bukannya dihukum, tapi dijamu di istana. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, AlQur’an dibaca dengan senandung yang membuat telinga muak mendengarnya, dan mereka mengganggapnya seni. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Tabligh akbar dilarang di Monas, sedang pesta tahun baru bukan hanya diizinkan, tapi digelar dengan biaya Negara. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Sekelompok orang menangkap orang dikira teroris. Setelah mengalami tekanan mental ternyata salah tangkap, cukup mengatakan ‘minta maaf’. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Seseorang dituduh korupsi terhadap uang yang tak perna diambilnya dan tak terbukti merugikan negara tapi dibui belasan tahun, sedang yang sudah benar benar terbukti merugikan negara hanya dihukum 4 tahun. Dan kitapun diam dan melupakan itu.

Hanya ada di sini, Negara mengemis kepada rakyat, Sehingga terpaksa menyumbang setiap pembelian se-liter bahan bakar. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Di negeri yang kaya dan makmur, tapi menjadi pengemis di rumah sendiri. Kekayaannya hanya dinikmati segelintir orang. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Hanya ada di sini, Sejadah yang sejatinya digunakan untuk melaksanakan shalat, tapi dipakai sebagai alas tarian bali yangmempertontonkan aurat. Penyelenggara cukup mengatakan maaf. Tidak ada unsur kesengajaan. Dan kitapun diam dan melupakan itu

Mana Hamzah dan Khubaib yang tidak rela kalau tubuh Rasulullah yang mulia tersakiti walau hanya tertusuk duri

Mana Muhammad bin Maslamah, Abbad bin Bisyr, harits bin Auts dan Abu Abbas bin Habar yang menyangggupi permintaan Rasulullah saw untuk membunuh Kaab bin Asyraf, pemimpin Yahudi yang selalu menyakiti Rasulullah saw

Di mana khalifah Mu’tashim billah yang mengirim ribuan pasukan yang kuat hanya untuk menyelamatkan seorang wanita yang berteriak meminta pertolongan berada di penjara Rumawi.

Di mana shahabat yang langsung menusuk seorang yahudi dari bani musthaliq yang mencoba menista muslimah, lalu setelah itu seluruh yahudi bani musthaliq diusir dari madinah Mana Shalahuddin pembebas Palestin dari kekejaman kaum Salib

mana Muhammad Al Fatih penakluk Konstatinopel,

Mana mereka? Sepertinya kita adalah buih di lautan. Banyak tapi tak berdaya. Hidangan lezat yang disantap dengan lahap. Wallahul Musta’an

Natar, Selasa 5 Januari 2016

© Ustadz Komiruddin Imron

Avatar
reblogged

Tentang Jeda

Untuk yang sedang bermimpi.

Jangan tanya berapa lama jedaku. Tanya saja seberapa lama sabarku. Aku sudah terbiasa belajar melawan waktu bernama menunggu. Menunggu kepastian datang satu per satu. Sebab, bukankah janji Tuhan itu benar berlaku ? Janji Tuhan itu seperti antrian. Dia datang bergantian. Menghampiri sesuai nomer urut dan kebutuhan. Karena itu, yakin saja yang terbaik hanya dari Tuhan.

Jangan tanya berapa lama jedaku. Tanya saja seberapa kuat aku menahan keluh ? Mengeluh dalam jeda, bukanlah dosa. Sebab, setingkat nabi pun bisa berkeluh kesah menahan sakit. Bukan membandingkan aku dan nabi, sungguh tak setara. Tapi ini hanyalah ungkapan “Mengeluh tak apa, asal usai keluh segera bangkit”

Jangan  tanya berapa lama jedaku. Biarkan aku belajar sabar dan yakin pada Tuhan yang satu. Biarkan aku bersabar menanti mimpi-mimpi itu setia mengantri. Hingga sibuk tak sanggup melayani mimpi-mimpi yang terwujud silih berganti. Sampai akhirnya mimpi terakhir menghampiri diri sampai aku mati.

Jangan tanya berapa lama jedaku. Tanya saja seberapa yakin aku dengan Hadits Rasul ini : “Janganlah kalian merasa bahwa rezeki kalian datangnya terlambat. Karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir yang ditetapkan untuknya. Maka tempuhlah jalan yang baik menjemput rezeki, dengan yang halal, meninggalkan yang haram”

Jangan tanya berapa lama jedaku. Di sini, saat ini, aku kian sabar menanti.

Ditulis oleh : @zuhandri-zU

Avatar

~ Laron (Merindu Cahaya) ~

... Dalam keheningan malam walau dengan desiran angin berhembus dingin perlahan ia tetap membubung asa. Bukan menunggu saat yang tepat, namun kerinduan itu sudah tak tertahankan bila pun malam takkan mengizinkan. Keinginan itu tak terbendung walau sayapnya harus patah dan luruh.. Kehadiran cahaya baginya sebuah harapan, kejujuran dan kesetiaan, selebihnya adalah pusaran masa yang diterakan oleh angin dari satu musim ke musim lainnya. Layaknya batang hari mengunduh senja atau malam yang memeram pagi, tak ubahnya mimpi yang terjaga lalu bermimpi lagi saat terjaga.. Musim yang berganti tak terhitung waktu untuk selalu ditunggu, tak dirasa sebagai beban bilapun malam dibasahi hujan. Bila ini adalah cinta maka kerinduan yang terpendam akan selalu berulang untuk selalu diberikan walau kematian sudah menanti. Janji kepada cahaya sudah terucap pada ribuan musim yang terlalui.. Bila ia terburai dari perut bumi lalu binasa untuk cahaya yang dipujanya? Sekejap memang, namun menerus dalam catatan masa.. Takkan terlupakan, takkan berhenti, setiap musim berganti.. ...

Avatar

Asal kamu tau aja.. Aku itu bukan ngirim puisi ke mading sekolah buat dikenal sebagai pujangga.. Bukan ngirim tugas bikin puisi ke guru bahasa indonesia buat dapet nilai A.. Bukan ngirim puisi ke pemerhati puisi buat diteliti nilai seninya.. Bukan juga ngirim ke medsos buat dapet like dan apresiasi.. Bukan pula ngirim puisi ke juri lomba nulis puisi, supaya bisa menang lomba.. Tapi Aku itu ngirim puisi itu ke darimana puisi itu berasal, darimana puisi itu bisa tertulis, darimana puisi itu tercipta, mengapa puisi itu tercipta, dan untuk siapa itu tercipta.. Ya, puisi2 Aku itu tertuju cuma buat 1 orang, orang yang baca setelah aku buat.. cuma buat kamu.. Sayangnya kamu hanya seperti guru bahasa Indonesia, cuma seperti pemerhati puisi, cuma seperti juri lomba puisi.. Yahh.. seperti itu aja kamu..

Avatar
reblogged

Hidup itu bagaikan segelas kopi

hidup itu bagaikan segelas kopi.. kalo lagi jatuh cinta seperti cappucino.. manis, menyegarkan membuat mata terbuka lebar dan perasaan tenang.. buihnya bagaikan rangkaian kata cinta yang terangkai mesra dari si dia, sementara manisnya seperti senyuman sang pujangga yang tengah berandai meramu cerita, garnish nya seperti bola mata kekasih yang menatap penuh cinta dan asa.. kalo lagi pedekate seperti latte.. unpredictable.. karena rasa cinta diramu sang pencipta.. terkadang terlalu pahit seperti ketika kita harus menebak apa yang tengah dipikirkannya dan bertanya-tanya dalam hati apakah sudah ada yang punya atau kemanakah dia menghabiskan malam minggunya.. terkadang terlalu manis seperti ketika akhirnya mata kita bisa bertatapan dengan matanya atau ketika secara tidak sengaja berada dalam satu lift atau satu ruangan dengan dia dan ternyata berhasil curi-curi pandang.. hmmh.. but overall all mixture of latte are coming with one result.. unpredictable.. seperti latte.. pedekate suka bikin bete dan gak jarang bikin desperate, tapi.. nggak akan ada kata kapok untuk latte maupun pedekate. :) Macchiato.. hmmh..minuman yang cocok untuk orang-orang yang gak mau ambil resiko.. gak akan pahit karena pasti di mix dengan coklat dan not too sweet too.. steady relationship.. awal-awal pacaran masih asyik-asyiknya.. seperti macchiato ini.. manisnya masih berasa, pahitnya belum keliatan sampai kita  akhirnya menyentuh dasar gelas di mana terkadang sang kopi masih suka nangkring di sana jika barista ngemixnya tidak terlalu ngeblend.. Kalo pacaran udah lama seperti minum kopi tubruk.. blend dari pahit dan manis memang menimbulkan sensasi tersendiri, sisa-sisa biji kopi yang berkumpul di pinggir gelas seperti kerikil-kerikil kenangan penuh perjuangan untuk at least menyetarakan dua perbedaan yang berusaha untuk bersama.. rasa manisnya seperti ciuman pertama yang segar dan rasa pahitnya seperti pertengakaran yang muncul karena selisih paham.. Tapi anak sekarang udah jarang minum kopi tubruk.. gak gaul katanya karena udah banyak kopi instant yang di buat ekstra praktis untuk sekali minum.. makanya gak heran sekarang banyak TTM. instant, praktis, gampang dan gak usah pake perasaan.. gak butuh tinggal buang bungkusnya.. Kopi pahit.. patah hati.. saat kita ternyata tersadar bahwa rasa kopi memang pahit.. pahit sepahit kecewa yang melanda, keras sekeras usaha menahan tangis yang terbenam dalam bantal di malam-malam pertama tanpa pasangan.. tapi coba ketika kopi pahit itu telah melewati kerongkongan.. rasakan sensasinya, nikmatnya dan efeknya.. seperti reincarnation.. you’ll feel reborn.. rasakan ketika kopi mengalir dalam pembuluh darah dan mulai mengeluarkan efek kafeinnya di dalam urat nadi kita.. it means that new days has come.. saatnya hunting dan mencari kembali pasangan jiwa yang hilang dan terbenam entah dimana.. saatnya mencari tulang rusuk yang tercuri dan hidup kembali menikmati dunia.. tandaskan kopi pahit anda dan segeralah pesan latte! – untuk seseorang yang jadi latte ku.. hidup adalah perjuangan untuk merubah latte itu menjadi macchiato dan terus bertahan meneguk kopi pahit dan menikmati cappuccino tanpa perlu takut patah hati dan jatuh ..

Salam Segelas Kopi

:)

..Aku secangkir kopi saja, dengan sedikit gula. Aku tak terlalu suka pemanis untuk sesuatu yang memang dikodratkan pahit. Karena semanis apapun kopi, tidak bisa menyembunyikan rasa pahitnya..

Avatar

~ Teruntukmu Minka ~

... Teruntukmu yang namamu beriringan berbaris di cakrawala, pada senja yang jingga.. Minka. Hari ini setelah puluhan purnama kita terpisah, sejak engkau menghilang dan meredupkan diri dari gempita yang pernah menghiasi taman mimpi kita. Tiada pernah terpikir olehku untuk dapat melihat secercah sinar yang terpancar dari matamu lagi, yang berakhir di malam yang kelabu itu.. Aku tak pernah berharap bahwa Tuhan akan menemukanku pada sesuatu yang pernah terhilang, kutemukan, dan menghilang lagi. Namun sejenak pandang yang terpaku padamu ketika aku melihatmu, menyadarkanku bahwa Tuhan sedang memamerkan kekuasaanNya, mempertemukanku dengan do'a yang kumohonkan sejak lama kepadaNya. Kepadamu yang hadirmu sebagai penyejuk pada kegersangan kalbu. Surat ini kutulis dengan berjuta getar menahan rindu, kutata rapih agar aku tak terlihat begitu rapuh. Berjuta aksara berbaris memohon agar dipilih sebagai pujaan untukmu. Menanti tarian jemari pada tiap frase yang mengukir namamu. Aku telah menantimu pada tiap bilangan musim yang berganti, mengenang tiap rasa yang pernah kita bagi bersama. Aku berkeliling dunia membawa sebentuk wajah dan sekeping hati yang kau tinggalkan untukku, kubawa sebagai asa untuk mencari dirimu. Bersama setangkup rindu yang kugenggam dalam pilu. Minka.. engkaulah yang selama ini kucari. Kuimpikan dan kuniatkan dalam doa. Sebentuk rupa yang pernah jumpa menjelma pada taman bunga tidurku, yang menghiasi musim-musim cinta yang pernah kita lalui. Maukah engkau memulai kembali kisah kita di saat terjagaku? Teruntukmu yang namamu sebagai penghias segala pinta, pada tiap asa yang bergantung pada do'a.. Minka. ... Bandar Lampung, 31 Agustus 2015 Dariku.. Prince Kramajaya tumbloggerkita

Avatar
reblogged

Aku Memang Berbohong

Betapa sebuah kebenaran akan menjadi terlalu sulit untuk diubah menjadi sebuah kebohongan Pada ia, yang selalu tahu apapun yang menjadi kebiasaan

Aku memang berbohong Saat kukatakan aku akan baik-baik saja Mana mungkin Bila terlalu cinta, perpisahan seperti menjadi kejadian paling menakutkan sekaligus menyedihkan di dunia, kan?

Aku memang berbohong Saat kukatakan tak akan lagi tentangmu dalam tulisan-tulisanku Ah, kau pasti tahu Suka atau duka Tentangmu dalam tulisanku sudah seperti bahan bakar yang mampu memberi tenaga

Aku memang berbohong Saat kukatakan bisa saja aku menuliskan seseorang yang sedang sibuk kurindukan Tentu, aku mengaku itu bukan kamu Ah, rasanya sesak berkata yang tak benar Namun mau bagaimana lagi Kau tak boleh tahu Hatiku masih sekurangajar ini merindukanmu

Aku memang berbohong Saat katakan tanpamu saat ini, aku pasti mampu bahagia Mungkin saja aku bisa Namun siapa sangka Melupakanmu sama seperti melupakan rasa makanan terenak di dunia Terlalu sulit, karena hatiku selalu berkelit

Aku memang berbohong Saat kukatakan, padamu sudah tidak ada rasa Ah, rasa itu tentu saja masih ada Ia sedang kutahan-tahan Kupenjara, supaya tidak seenaknya saja keluar.

Medan, 1 September 2015

- Tia Setiawati

Avatar
reblogged

Keraguan di Tatapanmu

Orang bilang, ada dua kemungkinan ketika orang yang kita tatap tidak sanggup menatap balik. Pertama, dia sedang menyembunyikan kebohongan. Kedua, dia sedang menyembunyikan perasaan.

Matamu yang malu – mata yang hampir tak pernah saling menatap lebih dari 5 detik, lalu cepat berpaling. Apa yang kau rasakan selama ini? Apa matamu membohongi batinku tentang nyaman yang tercipta, atau hanya ada ragu yang terbesit di sana?

Matamu yang malu – mata yang membuat ku jatuh cinta pada setiap lirikan yang tertangkap basah. Apa yang kau rasakan selama ini? Apa hanya mataku yang merekayasa percikan yang tersirat di matamu?

Rasa menggebu-gebu saat bertemu, namun tersipu saat mata beradu.

Ungkapan yang begitu klise, bukan? Namun nyatanya memang itu rasaku terhadapmu.

Rasa yang tak ingin kumiliki lagi kepada siapa pun, namun akhirnya menyerah juga pada matamu yang malu. Satu yang tak pernah bisa kuraba emosinya.

Kucoba mencari nyaman di mata lain, namun tak sanggup menghadapi emosi yang terlalu meluap-luap. Segala sesuatu yang terlalu mudah ditebak dan berlebih tak lagi menarik, bukan?

Aku rindu malam-malam itu. Malam di mana aku dapat memandangi indahnya wajahmu. Saat di mana jarak sangat kuhargai, dan sunyi sangat harmoni. Malam yang buatku sadar bukan hanya matamu yang kukagumi, tapi juga sunyi dan jarak yang kau beri.

Sunyi dan jarak yang kita miliki entah bagaimana menjadi nyaman yang mencandu bagiku. Aku tak ingin lebih dari ini, karena ketakutanku akan akhir dari sesuatu yang begitu sulit didapat. Lebih penting dari status yang orang dambakan, aku hanya ingin terus merasa nyaman ketika berada di dekatmu.

Matamu mulai berani, sesekali kau beranikan diri menatap balik. Apa karena ragu itu hilang, atau perasaanmu yang hilang? Atau justru, memang selama ini tak pernah ada rasa, hanya ada kamu, yang memberi harapan pada mataku yang terlanjur jatuh cinta pada matamu?

Untuk mata yang malu, aku menyayangimu. Ini bukan hal yang dapat kuucapkan secara acak ke sembarang orang. Butuh waktu yang lama untuk yakin bahwa rasa ini nyata. Namun butuh waktu yang tak dapat ditentukan, bahwa kau merasakan hal yang sama.

Untuk mata yang malu, keluarlah dari persembunyianmu. Meski kita berdua sama-sama tahu jika bersatu akan mengubah apa yang ada, setidaknya beri aku isyarat pasti bahwa mata kita memandang ke arah yang sama.

Avatar

~ Masih Tentang Dia ~

... Jalan ini masih terasa dingin meski mentari begitu hangat menyelimut bumi dengan senyum jingganya.. kutelusuri tiap jengkalnya dengan segenggam asa yang terbungkus dengan bayangan sebuah wajah.. Sesekali aku menundukkan pandanganku ketika mentari menatapku dengan kilaunya seakan ingin menanyakan apa yang kubawa di pagi ini.. "Ini adalah sepenggal cerita yang akan menjadi judul dari selaksa makna yang akan kupentaskan hari ini, kuharap engkau akan mengambil bagian.." bisikku.. Masih tentang dia, dan segala asa yang yang masih terbawa olehnya. Biarpun bilangan masa melipatnya dalam keusangan, namun perannya tak tergantikan. Bilapun dia lebih suka menjelma sebagai luka, menggores perlahan pada tiap cerita. Sebagai apa hari ini dia akan menjelma? Seperti biasa aku hanya mampu melukiskan indah matanya di langit biru yang menghampar dari jendela ruang kerjaku, agar bisa selalu kutatap sebelum memulai goresan pena yang menjadi pemandu dalam memulai cerita hari ini.. ...

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.