navigation
rurialifiarmd
text post

Belajar Berkontribusi

  • Selasa (23/05) lalu, saya diberi kesempatan untuk hadir mewakili komunitas saya, Indonesian Youth For SDGs (IYFS) di suatu acara networking milik Campaign.id. Awalnya, benar-benar zonk ini acara apaan. Apalagi ketika tiba di ‘rumah’ yang ditengarai sebagai tempat penyelenggaraan acara. Ragu itu semakin berlipat ganda. 

    Untungnya, keraguan ini enggak berlangsung lama. Apalagi yang datang… banyak! Kata Kak Ben dan Kak Aziz selaku MC kemarin, acara bulanan ini mencapai peserta paling banyak bulan Mei 2017. Sekitar 90 apa, ya? Tepatnya berapa saya lupa. Dari AISEC, Aliansi Remaja Indonesia, Kitabisadotcom, sampai ASEAN Youth Organization menghadirkan representatifnya. 

    image

    Itu penampakan ruangannya. Suka banget sama dinding love-nya! Hihi.

    Acara dibuka dengan pemaparan apa itu campaign.id dan bagaimana aplikasinya bisa mendukung kampanye kita. Kemudian lima komunitas mempresentasikan projek sosialnya secara bergantian. Sistem ‘tepat waktu’ sungguhan diterapkan di sini. Hingga nyaris seluruh acara berjalan sesuai rundown. 

    Lima komunitas yang presentasi jujur membuka pikiran saya. Karena pada kenyataannya, banyak banget isu sosial yang saya enggak tahu ada kampanyenya (Saya tahu mereka eksis aja enggak). Kelima projek itu adalah sebagai berikut:

    • #UntukKaltara: ttp://www.campaign.com/untukkaltara
      Komunitas ini diinisiasi oleh alumnus UI yang concern sama pendidikan di Kalimantan Utara. 24 tahun provinsi itu berdiri sayangnya enggak bikin anak-anak di sana melek pendidikan.
    • #DiBeriUntukMemberi: http://www.campaign.com/diberiuntukmemberi
      Komunitas ini dibentuk dalam One Day One Project–yang menginisiasi adalah mahasiswa Bina Nusantara. Kira-kira senafaslah dengan STIS Berseri. 
    • #KataKamu: http://www.campaign.com/KataKamu
      Projek ini diprakarsai oleh Aliansi Remaja Indonesia (ARI) yang enggak terima banget dengan umur perkawinan perempuan Indonesia, yaitu 16 tahun. Umur yang tergolong muda banget mengingat umur segitu aja saya masih SMA kelas 1.
    • #KETAPEL: http://www.campaign.com/KETAPEL
      Projek sosial lingkungan ini bertolak karena intrusi air laut di Jakarta sedang tinggi-tingginya. Yang paling mereka galakkan adalah penanaman 1000 mangrove.
    • #MentallyHealthy: http://www.campaign.com/MentallyHealthy 
      Percaya enggak di tahun 2016 masih ada 18.800 orang Indonesia yang terpasung akibat gangguan jiwa? Projek sosial ini mengajak kita untuk membaikkan kesehatan mental Indonesia, bukan fisik aja.

    Setelah kelima komunitas tersebut memberi materi, masuklah ke sesi tanya jawab. Sesi yang paling saya sukai adalah sesi kolaborasi. Sesi dimana seluruh peserta selain komunitas presentator diberikan kesempatan untuk mengemukakan kontribusi apa yang bisa mereka berikan. 

    Jika biasanya dalam suatu organisasi pembagian tugas adalah sesuatu yang paling sangat dihindari–bahkan enggak usah dapat saja sekalian biar tenang, di sini berbeda. Sangat jauh berbeda. Benar-benar membuka perspektif saya sebagai orang yang mencoba enggak gabut untuk refleksi diri. Karena hampir seluruh peserta dengan background berbeda memiliki keinginan untuk angkat tangan, mengungkapkan apa yang mereka bisa tawarkan, bahkan dengan sigap mengatakan, “Feel free to call me. I’m ready to help.”

    Dalam hati saya tertawa dengan sangat keras. Saya benar-benar merasa tertampar. Orang lain dengan kesibukan padat saja masih bisa mengatakan kesiapan membantu semampu mereka pada kampanye yang notabene bukan inisiasi dari organisasi mereka–mengapa di organisasi sendiri enggak bisa?

    Jujur, malam itu saya seperti menemukan orang-orang yang kayaknya sama sekali enggak perhitungan dalam membantu orang. Kalau bisa bantu ya bantu, enggak perlu bertele-tele. Enggak perlu bertanya apa yang mereka bisa kasih sebagai feedback. Itu yang mahal harganya. Itu yang bikin saya sadar, kontribusi saya masih enggak ada apa-apanya dibanding mereka.

    image

    Saya, Kak Natashi (#Ketapel), Kak Hastin (#UntukKaltara), Kak Cile (Kitabisadotcom), dan dua Kakak yang enggak sempat tanya namanya siapa karena udah keburu dijemput Bapak Grab wkwk.

    Sesi dilanjutkan dengan foto bareng lalu networking–menjalin relasi dengan komunitas lain dan enggak diperbolehkan pulang sebelum dapat minimal lima kontak. Ketepatan waktu mulai tadi benar-benar bikin sesi yang paling krusial ini jadi tempat sharing dan transfer ilmu, malah. Menyenangkan banget mendengar ilmu dan pengalaman dari teman-teman.

    Satu kalimat yang paling enggak bisa terlupa dari acara ini adalah:

    Remeber, your action doesn’t stop here, but it will start after this. Don’t give any empty hopes for them (nunjuk lima panelis).”

    Terima kasih, #ForChange Networking Nite May Edition sudah mengajarkan saya apa arti kontribusi sesungguhnya. Terima kasih juga untuk Kak Chris–founder IYFS–yang sudah berbagi informasi tentang acara ini sehingga saya jadi bisa ikutan. 

    image

    Semoga sempat ikut edisi bulan depan!

    Semoga langkah kita senantiasa dimudahkan dalam membantu sesama, ya. Semangat bermanfaat! Oh, ya. Sempatkan juga mengunjungi kelima projek sosial itu supaya bisa membantu mereka juga :)


    (*)

    Jakarta, 28 Mei 2017

  • 6 years ago on May 27, 2017 at 5:37 pm

    original post
    &. lilac theme by seyche