Hallo, selamat jumpa lagi! Sudah lama tak menyapa teman-teman di sini. Apakah masih ada penghuninya? Jika pun tidak tak masalah, karena kami kembali hanya sekadar ingin memberikan informasi dan kabar penting. Mulai dari hari ini, 27 September 2018 secara resmi kami akan menginformasikan bahwa TUMBLOGGERKITA pun atau KITAOFFICIAL sudah resmi dibubarkan dan berakhir. Adapun alasan mengapa komunitas ini berakhir biarlah menjadi rahasia internal saja yang semoga tak lagi dibesar-besarkan. Sehubungan dengan berakhirnya TUMBLOGGERKITA dan atau KITAOFFICIAL maka diberitahukan juga bahwa KITA per regional (JABODETABEK, JATIM, JABAR, JATENG, SULAWESI, KALIMANTAN, SUMATERA) kepengurusannya sudah sepenuhnya milik masing-masing regional. Terkait dengan nama KITA yang melekat di depannya pun harap untuk ditanggalkan. Namun, apabila memang masih ingin digunakan, maka sepenuhnya sudah bukan lagi menjadi tanggung jawab dan tak ada kaitannya dengan TUMBLOGGERKITA / KITAOFFICIAL. Dan dengan itu pula, untuk mengurangi rasa sedih kalian karena telah kehilangan wadah tempat bernaung dan tempat untuk bertemu keluarga baru. Kami secara resmi, memberitahukan sebuah grup baru yang dibentuk dengan visi misi dan tujuan yang juga baru, yaitu ALPAS. Grup ini akan menjadi wadah kreativitas baru kalian dalam bertumbuh dengan karya pun menambah ilmu dan sama-sama belajar dari waktu ke waktu. Grup ini tidak hanya akan berkutat pada kepenulisan. Melainkan akan saling membantu membernya untuk bersama-sama mengembangkan kreativitas yang ada, serta berusaha untuk menjadikan kreativitas itu sebuah karya nyata yang dapat dinikmati oleh banyak pihak lagi. Hal terkait penjelasan makna ALPAS, kegiatan bahkan perekrutan anggotanya akan kami infokan kembali, tapi tidak dalam postingan ini. Oleh karenanya, selamat merapikan kenangan, terima kasih sudah membersamai hingga sejauh ini. Dan selamat bertumbuh dengan wadah yang baru. Salam Karya! ~ Minko

@hpkita

Rindu Sendu

Malam ini, Terlalu sendu. Apakah ini karna rindu? Sepertinya bukan. Lalu? Ini sendu, Akibat seharian, Aku merasakan senang yang berlebihan. Tertawa yang berlebihan. Makan pun berlebihan.

Bukan, Alasan ku senang hari ini bukan karena dia kembali. Sungguh sempit sekali definisi kesenanganku, Jika hanya dia yang menjadi standar jika aku senang. Dan inilah efek samping dari yang berlebihan. Terlalu sendu. Sangat sendu.

Kalau sudah begini, aku bisa apa? Hanya menyesali kejadian yang telah terjadi seharian tadi.

Aku mengerti, mengapa Rasulullah mengajarkan untuk berhenti makan sebelum kenyang. Secara tidak langsung, beliau mengajarkan bahwa memang betul yang berlebihan itu sangat tidak baik.

Ya, seperti terlalu merindu. Terlalu merindu itu adalah rindu yang berlebihan. Dan itu tidak baik. Ya, tidak baik. Karena menyakitkan jika hanya tahu bahwa hanya aku yang terlalu merindu. Sedangkan kamu tidak. Jadi, mari sama-sama kita hindari rindu yang berlebih ini.

Karena, Yang berlebihan itu akan menyakiti kita nantinya. Kecuali, cintamu kepadaNya yang berlebih itu tak apa. Sangat tidak apa-apa.

Pesan Singkat

Ketika malam membuat dingin Ketika hujan menciptakan rindu Ketika angan terbawa angin Ketika resah mengharuskan kita rebah

Ketika ku masih mendapat kabar Masih begitu behagia berdebar Ketika kawanmu memberi kabar Bahagia seperti bunga mekar

Tertidur pulas seperti putri tidur Hingga tak mendengar kabar Kabar kabur Pagi ku terbangun

Menerima pesan singkat mengakhiri sebuah hubungan Hubungan yang nyaman Tak ada tangisan Ini tanda keikhlasan

Gumpalan rasa 1

Maka jika aku diperbolehkan untuk berharap,

Aku berharap kita dipertemukan dalam kebaikan,

Ketika kita berdua sudah memang harus bertemu dan melakukan perjalanan bersama, bukan lagi dalam proses pencarian,

Maka jika aku diperbolehkan untuk mensyaratkan,

Cukup hanya saling menerima, mungkin seperti kisah yang sudah sudah, dari jaman nenek moyang.

Ketika keduanya bukan hanya saling melengkapi tetapi juga saling memberi.

Maka jika aku boleh menuliskannya disini, aku berharap kamu membacanya dan merasakan hal yang sama.

******* To be continued *********

Rahasia Lautan

Kepada lautan, Aku meratap, Berbisik bercerita, Tersedu tertahan, Sesekali mencela, Mengutuk takdir, Ditinggalkan oleh yang meninggalkan.

Kepadaku, Lautan menjawab keresahan, Hemparan yang sempurna, Dingin yang menghangatkan. Reaksi yang tercipta, Beban yang melebur pada rasa.

Kami bertukar rahasia, Aku bercerita tentang pahitnya kehidupan dunia, Lautan bercerita tentang manisnya kuasa Tuhan.

Palu, 21 Februari 2017

Semua akan baik-baik saja pada akhirnya.

Akan ada hari dimana semuanya telah baik-baik saja. Kamu akan terbangun dan tidak lagi merindukannya. Tidak ada lagi ketakutan akan kehilangan yang selama ini membuatmu menggenggamnya terlalu erat. Tidak ada lagi keraguan akan kepantasan yang selama ini membuatmu mempertanyakannya terlalu sering. Tidak ada lagi penantian tanpa batas yang selama ini membuatmu menunggunya terlalu lama.

Pada saatnya tiba nanti, kamu tak perlu lagi menggenggamnya, mempertanyakanya, maupun menantikannya. Karena kelak kamu akan dengan mudah merelakannya. Bukan karena apa-apa, hanya saja beberapa hal memang harus direlakan untuk pergi jika ternyata mempertahankan bukan pilihan yang tepat. Bukankah begitu?

Layaknya hujan yang pada akhirnya harus pergi ketika dedaunan, pepohonan, dan tanah-tanah basah itu sudah mendapatkan air yang dibutuhkan, agar kelak tidak menimbulkan bencana. Toh setelah kepergiannya pun ia masih menghadirkan kabut yang indah untuk menghibur barisan pepohonan itu.

Kelak, setelah perginya pun kamu tak akan merasa begitu kehilangan. Karena kamu masih mampu merasakan keberadaannya diantara kenangan-kenangan yang ia hadirkan dan tanpa sadar masih kamu genggam. Dan barisan pepohonan serta kabut-kabut tebal itu akan menemanimu mengenangnya. Tanpa rasa kehilangan pun rasa kesepian karena kamu sungguh sudah tak apa.

06 Februari 2017, 01:49 a.m. cr: ayyanikmah

Pernah gak sih kalian kepikiran kalau dunia ini tanpa musik? Pasti berasa hampa dan kita gak pernah menemukan "the soundtrack of our life".

So, guna memperingati Hari Musik Nasional, 9 Maret lalu. Kami tantang kalian yang punya jiwa kreatif buat gabung KITA Jateng.

Caranya gampang! Nih kami kasih tahu

1. Buat video singkat (maksimal 1 menit). Tentang ketertarikan, minat atau mungkin ulasan kalian tentang jenis musik atau lagu yang kalian suka.

2. Upload video kamu ke akun IG dan/atau akun tumblr kamu dengan hashtag #MusicForOurLife #OpmemKitaJateng

3. Berikan tambahan caption (berupa prosa, puisi, sajak, atau artikel singkat) yang berhubungan dengan video kamu. Lalu cc ke akun IG dan tumblr @kitajateng

4. Setelah selesai semuanya, lalu screencapture bukti video kalian dan kirim ke idline : azzure.keith untuk konfirmasi dan verifikasi.

5. Open Member dibuka dari tanggal 17 - 25 Maret 2017

Mudah kan?

Jadi, tunggu apa lagi. Buruan bikin video semenarik mungkin - upload - konfirmasi sesegera mungkin! Setelah itu, kami ucapkan selamat bergabung di keluarga @kitajateng !!

Terima kasih!

@ferlianaharman

Katamu dan Kataku

Bila harus kuungkapkan penyesalan paling dalam yang kurasakan selama ini, adalah sesal karena aku menyelesaikan hafalanku sedemikian cepat.

Mereka sering berkata padaku, “Kamu hebat, bisa menyelesaikan 30 juz dengan waktu yang sedemikian singkat.” Padahal kita seharusnya sadar, bahwa di tiap ayat yang dihafal, ada tanggung jawab yang terus bertambah.

Namun, setidaknya kamu melalui hari-hari bersama Al Qur'an lebih intens ketimbang diri ini yang belum jua selesai menghafalnya.

Mungkin semasa Sekolah Menengah Pertamamu dulu, kamu habiskan waktu sore dengan Halaqoh Qur'an. Sedangkan aku?

Mereka juga sering bertanya padaku, “Adakah cara untuk menghafal kalam-Nya dengan cepat?”

Aku hanya mengelus dada, lalu membatin, “Ah, aku iri pada kalian. Aku ingin merasakan menghafal lagi seperti kalian. Aku ingin, sungguh ingin.”

Tidakkah kita menoleh ke belakang, bagaimana dahulu para sahabat menghafal? Mereka tak beranjak dari satu ayat, melainkan mereka telah memahami, dan mengamalkan ayat yang dihafalnya.

Sudahkah kita merenung kala membaca ayat-Nya, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya”?

Sudahkah pula kita tadabburi ayat-Nya, “…  dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu …”?

Bukan tak mengakui anjuran mempelajari Al Qur'an secara perlahan. Tapi, sesal karena tak kunjung jua usai menghafal Al Qur'an adalah tangis yang tak habis.

Sebab, betapa bahagianya ketika kita mampu membaca semua arti ayat Al Qur'an sembari menghafalnya. Setidaknya, kita mengetahui apa yang dibahas di tiap surat yang kita baca. Bukankah ia begitu menghibur?

Sedang, jika “hanya” mengandalkan tilawah, misalnya, siapa yang akan menjamin ia akan menyisakan kesan tentang surat ini dan itu, juz sekian dan sekian? Nihil.

Al Qur'an, adalah hidangan dari-Nya. Bahkan, ia adalah hidangan yang terbaik. Akankah kita coba berpikir, ketika kita disuguhi hidangan nan nikmat; bagaimana kita akan memakannya? Langsung menelannya bulat-bulat, atau mengunyahnya sedikit demi sedikit?

Sedikit demi sedikit, tapi jangan pula sampai hidangan itu terlalu lama habis, atau bahkan membuat kita lebih dulu kenyang sebelum menghabiskannya. Di mana pun, hidangan yang baru saja disajikan jauh lebih nikmat daripada yang sudah berjam-jam. Demikian kiranya.

Pada akhirnya, suara-suara itu berpadu dalam satu harap. Ya Allah, jadikanlah kami di antara keluarga-Mu, dan orang-orang terdekat-Mu. Ya Allah, jadikanlah Al Qur'an penolong kami, dan bukan penuntut kami di Hari Akhir kelak.