Sebab kita sudah memiliki kunci itu, bersabarlah sebentar. Hanya sebentar :)
•Sarah Fauziah
KANTUNG BERLUBANG (ilustrasi penggugah...)
Ada seseorang yang sangat menikmati kebahagiaan & ketenangan di dalam hidupnya. Orang tersebut mempunyai dua kantong. Pada kantong yang satu terdapat lubang di bawahnya, tapi pada kantong yang lainnya tidak terdapat lubang.
Segala sesuatu yang menyakitkan yang pernah didengarnya seperti makian & sindiran, ditulisnya di sebuah kertas, digulung kecil, kemudian dimasukkannya ke dalam kantong yang berlubang.
Tetapi semua yang indah, benar, dan bermanfaat, ditulisnya di sebuah kertas kemudian dimasukkannya ke dalam kantong yang tidak ada lubangnya.
Pada malam hari, ia mengeluarkan semua yang ada di dalam saku yang tidak berlubang, membacanya, dan menikmati hal-hal indah yang sudah diperolehnya sepanjang hari itu.
Kemudian ia merogoh kantong yang ada lubangnya, tetapi ia tidak menemukan apa pun. Maka ia pun tertawa dan tetap bersukacita karena tidak ada sesuatu yang dapat merusak hati dan jiwanya.
Teman-teman… Itulah yang seharusnya kita lakukan. Menyimpan semua yang baik di “kantong yang tidak berlubang”, sehingga tidak satupun yang baik yang hilang dari hidup kita… Sebaliknya, simpanlah semua yang buruk di “kantong yang berlubang”. Maka yang buruk itu akan jatuh dan tidak perlu kita ingat lagi…
Namun sayang sekali… masih banyak orang yang melakukan dengan terbalik!
Mereka menyimpan semua yang baik di “kantong yang berlubang”, dan apa yang tidak baik di “kantong yang tidak berlubang” (alias memelihara pikiran-pikiran jahat dan segala sesuatu yang menyakitkan hati)… Maka, jiwanya menjadi tertekan & tidak ada gairah dalam menjalani hidup…
Oleh karena itu, agar bisa menikmati kehidupan yang bahagia dan tenang, jangan menyimpan apa yang tidak baik di dalam hidup kita (tahukah Anda: sakit hati, iri hati, dendam, dan kemarahan juga bisa menyebabkan penyakit serius bahkan kematian)…
Mari mencoba, menyimpan hanya yang baik dan bermanfaat…
Copas dari Al-Ustadz Fauzan ST.Lc (Mahasiswa S2 Fak. Syariah Univ. Islam Madinah Mudir Mahad Madinatul Qur'an)
Jumat Sore, 17 Maret 2017
Aku perempuan
Aku pun sama seperti perempuan lainnya. bisa merasakan jatuh cinta, patah hati, berharap kepada seseorang, keinginan untuk memiliki ataupun kecewa. Namun aku sadar, aku hidup bukan hanya untuk itu saja. Aku hidup untuk menanam kebaikan, menebar manfaat dan berkhidmat kepada Tuhan yang Maha Esa. Maka,ketika aku jatuh, aku kembali fokus terhadap tujuan hidupku. Dan ketika itu pula aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa--menanam kebaikan, menebar manfaat dan berkhidmat kepada Tuhan. Kini, fokusku bukan meminta atau mengemis perhatian dan kasih sayang. Namun lebih kepada cita-cita yang harus di capai dan perbaikan diri yang terus menerus.
S.F
©Sarah Fauziah
Analogi Hati.
Mantav
Untukmu yang Ingin Berdakwah Dengan Tulisan
- Pembiasan terlebih dahulu. Melihat peristiwa, tulis. Melihat benda, tulis. Melihat fenomena, tulis. Komentar atau ungkapan kita dalam memahami itu semua akan melatih ketajaman kita dalam menggali hikmah.
- Banyak baca buku. Tulisan-tulisan itu hadir karena banyak hal, diantaranya; refleksi kita atas sesuatu, atau ide yang lahir dari apa yang kita baca. Banyak membaca memudahkan kita mencari gaya kita menulis.
- Sering-sering melihat KBBI. Walaupun hanya sekilas lihat dalam sehari. Pikiran kita ini sebenarnya luas dan dalam, namun minimalnya kosakata membuat kita terjebak ketika harus menyampaikannya. Membaca KBBI memudahkan kita.
- Pilih apa yang membuatmu istimewa. Passion kamu akan membantu kamu menjadi penulis yang dicari. Spesialkan dirimu di satu tema utama; sejarah, ekonomi, pengembangan diri dsb. Bahasa kerennya, jadikan dirimu referensi orang-orang.
- Paling utama sebenarnya, adalah niat. Penghargaan terbesar bagi penulis adalah, ketika tulisannya menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika niatmu tulus, Allah pasti akan mudahkan jalanmu.
Like
“Rajab adalah bulannya Istighfar. Sya'ban adalah bulannya Shalawat. Ramadhan adalah bulannya Al-Quran. Maka perbanyaklah istighfar dalam Rajab, Shalawat dalam Sya'ban, dan Al-Quran dalam Ramadhan”, pesan Duktur Yusri Rusydi Sayyid Jabr Al-Hasani
Seperti itulah kita mempersipakan diri untuk Allah. Dibersihkan, dikuatkan, lalu hadir hati dan diri dalam keadaan terbaik.
Benar, selama ini pikiran kita mungkin kurang terbuka. Karena diri kita sendiri pula lah yang membatasi nya. Jika saja kita mau mendobrak suatu hal yang mustahil, kenapa tidak ingin mencoba dahulu? Mengapa harus suudzon dengan mengatakan "aku mah ga bisa" "aku mah apa atuh". Kenapa? Kenapa sulit sekali untuk mencoba?
Pertama, ketahuilah, kita sedang diperjuangkan. Oleh orang tua kita yang merawat kita sedari kita tidak bisa apa-apa, oleh keluarga kita yang berusaha menciptakan lingkungan terbaik untuk kita bertumbuh, oleh seseorang yang entah siapa dan di belahan bumi mana dengan cara masing-masing akan menemukan kita.
Kedua, lihat baik-baik diri kita sendiri. Jujur ialah kunci. Apa yang sedang kita lakukan sekarang ketika mereka sedang susah payah memperjuangkan kita?
Berfoya-foya dengan harta yang kita miliki, bermalas-malasan di waktu senggang, tidur nyenyak di siang dan malam hari, atau mengeluh atas segala yang kita punyai?
Beberapa waktu ini, saya mencoba melawan keinginan saya meskipun sangat sepele demi membuktikan pada diri saya sendiri, “Saya akan melakukan apa yang saya butuhkan, meskipun saya tidak suka. Dan saya akan menghindari apa yang saya inginkan ketika saya tidak membutuhkan.”
Mengapa?
Karena saya sedang sadar bahwa saya ialah seorang wanita yang nantinya akan dijiplak persis tindakannya oleh anak-anak saya, yang nantinya akan menentukan hidup saya dan suami saya karena kelak menjadi seorang bendahara rumah tangga, yang nantinya menjadi bagian dari masyarakat yang membawa dampak besar untuk generasi selanjutnya.
Saya mulai memikirkan, “waduh kok foya-foya terus ini. Jajan tinggal ambil duit, cucian numpuk tinggal laundry, jalan tinggal berangkat, makan di luar dengan alasan tidak ada waktu masak. Nanti gimana hasil jerih payah suami saya. Waduh ngga nabung-nabung ini. Gimana mau memanage keuangan keluarga. Ngga sejahtera anak saya.” Tapi ya hanya terlintas sekelibat. Saya tetap hahahihi sebagai dara muda yang mencari bahagia~
Tapi, pas banget abis belanja barang yang I cant handle my self to buy wkwk akhirnya, pikir-pikir lagi. Bukan karena duit khawatir habis, biasanya juga dihabisin. Tapi motivasi kali ini bukan duit, tapi ambisi, “ah masa gue gabisa ngalahin nafsu.”
Alasan pembuktian diri ternyata luar biasa membuat semangat dan meningkatkan antusias daripada sekedar alasan mau nabung. Dibarengi keinginan untuk mulai mengubah mindset tentang uang dan keinginan dan kebutuhan dan trend yang selama ini terkenal dengan food fashion fun, saya mulai mendoktrin diri sendiri, “Apa yang pantas diperjuangkan dari dirimu kalau untuk menyelisihi keinginanmu saja kamu tidak bisa.”
Masa yang sana susah berjuang, kita leha-leha dengan gaya hidup yang sama sekali tidak berubah. Ya ngga?
Tulisan lama, di posting karena sedang foya-foya dan ngotot memotivasi diri sendiri 😌
Keren bgt! Suka ♥
Dian Hasriana >< Sarah Fauziah
Majalengka, 14 April 2018
Memang, menjaga hati jauh lebih aman.
Fau
Be different
Sering kali kita menghakimi seseorang yang memiliki kekurangan. Dan lebih parahnya kita sering melakukan itu tanpa sadar. Candaan ringan yang menurut kita just a joke, ternyata bisa jadi boomerang buat orang lain. Dia bisa jadi ikut tertawa atas joke yang kita buat, tetapi sebenarnya itu masuk ke alam bawah sadar orang tersebut dan akan merusak her/his mentality as a good human.
It can i called silent bullying
Setujuu
Dan lagi, Allah memperlihatkan padaku bahwa ada orang-orang yang berjuang keras untuk menggapai mimpinya, dan itu menyadarkanku bahwa Allah ngga ingin aku bermalas-malasan, Allah ingin aku berjuang. Pesaing dunia-akhirat itu ngga hanya 1 atau 2 orang,namun beribu-ribu. Berjuta-juta. bangkit lah calon orang sukses! Bangkitlah pemenang!
Jauh-jauh hari
Kamu bilang, yang instan itu biasanya nggak baik atau kurang maksimal. Bahkan selezat indomie pun kamu tidak mau, yah karena dia masuk dalam golongan makanan instan. Padahal, aku termasuk penikmat yang instan - instan. Seperti indomie rebusnya aa burjo.
Aku tahu, kamu tipikal orang yang terstruktur. Jadwalmu tersusun, dan tertulis. Cara kerjamu sistematis terencana. Tidak seperti aku. Eh tapi sungguh, semua ide cemerlangku bisa tumbuh saat aku terdesak (kepepet), tapi kamu bilang kalau aku cuma beralasan. Kebiasaan yang dijadikan alasan. Baiklah.
Ah apapun itu. Yang paling membekas di ingatku adalah saat dengan santai kamu katakan :
Kamu, kalau “sedang ada mau” jangan mendadak. Jangan maunya yang singkat - singkat kemudian berharap terus dapat. Minta yang lama, yang sering, yang sungguh - sungguh. Bilang sama Allah dari jauh - jauh hari. Biar yang tergantung di langit itu banyak , biar yang digantung di langit sana adalah apa yang sedang kamu mau dengan jumlah yang paling banyak. Biar malaikat banyak yang mengaminkan doamu.
Iya.
Jakarta, 1 Maret 2018