Fahry Samudera
Lewat tangan nenek umur 63 tahun, ikan asin yang sudah dikeringkan itu kemudian dikumpulkan ke dalam karung. Setelahnya, barulah dibawa ke setiap warung makanan lokal yang ada di Gili Matra (Gili Meno, Gili Ayer, dan Gili Trawangan). Memang selain wisatawan mancanegara, terdapat banyak warga lokal serta wisatawan domestik yang berkunjung ke kawasan konservasi Gili Matra. Nenek ini menciptakan pasar di tengah padatnya makanan khas dari luar negeri yang disajikan di restoran-restoran besar yang ada di sana. Menurutku itu semangat muda yang baik. Sedikit informasi, bahwa nenek ini sangat gifo ketika saya meminta izin untuk memotretnya. Bahkan meminta untuk diperlihatkan hasilnya. Makasih nek, untuk semangatnya. . Venue: Gili Ayer, Lombok Utara . . . . #pesonaindonesia #folk #folkindonesia #livefolk #livefolkindonesia #photooftheday #visualoflive #exploretocreate #createexplore #createexploretakeover #justgoshoot #instaindonesia #exploreindonesia #explorelombok #indonesiachalange #liveautenthic #peoplescreatives #snapseed #vsco #vscocam #afterligth #indonesia_photography #streetphotography #maklumfoto #enjoyindonesia #indonesiabagus #indonesia #geonusantara #indonesiajuara #faces_our_world (at Gili Air, Lombok, Indonesia)
Fahry Samudera
Selamat berbahagia!
Selamat berbahagia! Sebab dari sekian banyak orang yang telah punya manfaat bagiku, kali ini - radarku mengudara kepadamu. Ada pesan berbunyi "terima kasih" meskipun dengan nada yang agak terbatah-batah di sana. Bukan karena ucapan itu tidak ikhlas, namun karena sinyalku saja yang sedikit terganggu. Aku hanya ragu, bahwa ini akan sampai atau tidak kepadamu. Aku hanya takut, bahwa ini akan diterima oleh selain dirimu, dan karena itu, mereka menganggap layak untuk mendapatkan ucapan itu. Padahal kau tentu berbeda dengan mereka. Ini kalimat pasti. Terakhir, aku pun khawatir, jika nyatanya ucapan itu tidaklah cukup untuk membayar seluruh manfaat darimu. Tentu tak ada orang yang tahu, kalau-kalau dalam hidupku pernah menemukan lubang sarang semut yang ketika aku masuk ke dalamnya, aku bertemu dengan sederet perjuangan hidup. Aku menemukanmu. Ini bukan sekedar diksi saja. Aku mencoba memberimu kata kunci untuk kau dapat masuk ke dalam rumah sederhana ini. Agar orang selain kau sadar, bahwa tulisan ini bukan kuperuntukkan selain kau. Selamat (aku) berbahagia! Lombok, 9 September 2016 Fahry Samudera
Dari setiap perjuangan yang memerdekakan, kadang kita lupa bahwa ada begitu banyak orang yang menopang sehingga puncak merdeka itu ditemukan. Pada kesempatan lain, yang kemudian mendapatkan penghargaan dari segala jerih payah, hanya ia yang wajahnya paling di atas, dan paling di depan. Harusnya kita menyadari itu, bahwa hidup ini dapat dikatakan hidup oleh sebab orang-orang yang berada di bawah dan di belakang kita, yang sementara atau telah menopang kita.
“Kepada Pertiwi”
Dari balik punggungmu yang lugu Darah merayap, senyap berujung pada kakimu Kutukan sejak kelahiran itu Dan tangis yang begitu riuh Pertiwi, rahimmu mengepak menuju langit kelabu Dan dititip matahari padaku Nyalakan sunyi Mekarkan bunga Ku selip di telingamu Aku Kamu Dan bunyi Telah mati Sebelum akhirnya datang mati GKSdH, 10 Des 2013
Karena saya begitu yakin, bahwa kehidupan haruslah dipandang dari banyak arah mata angin. Sehingga dengan begitu, saya akan tahu ke mana tujuan yang tepat untuk pergi dan kembali. -Fahry Samudera Venue: Gili Trawangan, Lombok Utara Taken by: me #folk #folkindonesia #livefolk #livefolkindonesia #lifefolkindonesia #indonesia_photography #Indonesia_juara #eksploreindonesia #explorelombok #gilitrawanganbeach #gilitrawanganisland #gilitrawangan (at Gili Trawangan Island,Lombok)
Fahry Samudera (riwayat seorang nenek suku bugis dalam penantian pelayaran suaminya)
Fahry Samudera
Kamu lupa, bahwa hidup tidak jauh dari meja perjudian. Setiap dari kita punya akhlak yang terus berputar, bagai roda. Kamu hanya perlu tidak membiarkannya berlama-lama berada pada titik paling bawah. Sehingga ketika hujan, ia tak perlu tenggelam di sana. Venue: Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan
Fahry Samudera
Keluar dengan Benar
Kamu berada dalam pertentangan yang paling sungguh. Pada hatimu, telah kembang kelopak gulita masa lalu. Meresapnya darah luka lewat akar nun kukuh. Ia hidup. Ia tumbuh. Waktu telah hampir usai ketika kabut berantai mendekapmu. Mata hanya sehasta dapat memandang. Kamu hanya bisa meronta dan teriak. Namun tak seorang pun dapat menolongmu. Bangun dari puisimu yang amat palung. Segala yang membacanya bukan menyelamatkanmu. Mereka tidak lebih daripada menunggu-nunggu dukamu. Menanti-nanti kematianmu. Suatu ketika, jauh di harapan sana, jeritanmu terngiang di kepala mereka. Mencungkil seluruh ingatan. Lalu kamu ditiadakan. Bukan, aku tidaklah memintamu berpasrah, apalagi amarah. Aku tidak lebih daripada mencoba agar kamu tak koyah. Agar hidupmu lebih lama dari hidup. Kamu hanya perlu berdiri dengan kedua kaki. Berjalan lalu meraba-raba asa. Pada sebuah ruang kotak, tentu ada pintu kan kamu dapat. Keluar. Lalu balas dendamlah dengan benar di sana. Makassar, 2 Juni 2016 Fahry Samudera
Fahry Samudera
“Kita”
Sejak senja buramkan kata Rembulan tiba bisikkan kenang Lirih jengkrik menantang sepi Dan malam yang paling malam; kita masih hanya diam
Makassar, 10 Desember 2013 Fahry Samudera (Chapter: Aku Lupa Sajakku #5)
Fahry Samudera
Cc. @kitasulawesi