Just me and me
“But, hijrah is hard right? kerasa banget. Ada perasaan gak nyamannya. Ninggalin sesuatu yang udah jadi comfort zone, even for good sake, tetep gak mudah.- curhatku random.
Air mata udah penuh di ujung dua bola mata.
“Hei. Fi. are you okay. Kita lagi di Alfamart. Tapi gak papa kalo mau nangis. Gak usah nunda.”
Katanya berusaha menenangkanku.
“Yesss. aku juga gak mau nahan. Air mata baik buat kesehatan perasaanku. Dan buatku merasa makin baik-baik aja dengan nangis depan Mas. Udah biasa juga kan nangis random semauku.” hahaha.
Jawabku sambil ada tawa tipis yang menghangatkan suasana.
Akhirnya, setelah hampir 4 tahun tinggal menemani Bapak, sejak almarhum Ummi gak ada, aku merasa keputusan untuk pindah di tempat kecilku bertumbuh, yang gak pernah ada di rencana pernikahan kami. Tapi ternyata, kehidupan pernikahan memang sedinamis itu. Malah, nikmat banget bisa nemenin Bapak di sini. Belum lagi kadang ada mamah, dan di tengah perjalanan, aku ketemu Bibi yang sayang banget sama Bapak. Tapi, karena kuliah mulai padat, akhirnyakami sekeluarga memilih menetap sementara di tempat kampusku.
Mas uta meyakinkanku bahwa ini demi kebaikan. Yess kerjaan beliau gak akan keteteran selama ada koneksi, tapi kuliahku ini amanah dari orang-orang yang udah ngasih kepercayaan ke Fifi, bahkan jerih payah banyak orang banyak kalangan dari membayar pajak.
“Iya pun meyakini, bahwa insyaAllah kita akan bisa melaluinya. Seperti biasa. Kita akan selalu sama-sama.”
Tangisku pun makin pecah. Entah kenapa, aku berat melepas Bapak, yang makin hari makin tua. Meski Beliau nampak ikhlas dan baik-baik aja, tapi siapa yang tahu kedalaman hati.
“Fi akan rajin nengok enggih Pa.” Jawabku.
“Hussh.. Sebulan atau 2 bulan sekali juga cukup. Gak perlu sering-sering yah. Pastikan bahwa Mas Uta tetap nyaman aman sama kamu. Bapak baik-baik aja.” Iya pun menimpali.
Solat maghrib berjamaah sama Bapa tadi, juga berasa tumpah-tumpah air mata. Liat Punggung Bapak saat doa, banyak sekali ungkapan cinta sayang lewat lantunan doanya.
Bismillah. Semoga bisa melaluinya. Semoga aku dan sekeluarga baik-baik aja.
Semoga apa yang di perjuangankan dalam rangka mencari ridho-Nya semata.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk Allah, dan keluarga yang begitu hangat.
Awalnya ingin menemani Bapak untuk bisa berbakti sama Bapak di sini. Tapi, malah aku juga yang diurusin sama beliau-beliau, Bapak dan Mas Uta.
Semoga bisa melaluinya. Semoga Allah ta’ala memberikan keberkahan di sisa umur kita dan orangtua kita. Karena bisa jadi, kemudahan yang ku dapat selama ini, adalah dari doa-doa mereka.
all is well. all is wel..
Makasih juga untuk Ziyad dan Hana, yang makin hari makin pinter belajar meregulasi emosinya. Makasih untuk saling menyempurnakan dan selalu menyediakan ruang yang besar untuk bunda belajar menjadi Ibu yang baik untuk kalian. Semoga kalian sadar, betapa besar kasih sayang Nenek, Kakek, dan kita semua. Terima kasih telah menjadi qurrota a’yun untuk kami.
Kadang dalam hati suka nanya sama Allah, apakah kami pantas, mendapatkan cinta dan kasih sayang yang sangat besar dari hati kalian yang besar, meski di balut dengan fisik yang kecil mungil. :’)
Terima kasih ya Allah, telah mengirimkan kalian untuk kami cintai dan jaga. Semoga kita bisa terus saling menjaga ya Nak. Amiiin. :’)
Mulai lembaran baru, dengan mencoba hijrah ke Jakarta.
Perjalanan ke Bandung kemarin, sekaligus jadi perjalanan yang sangat menyenangkan, hangat, dan menambah tabungan kenangan untuk kami sekeluarga.
InsyaAllah, terhubung dalam dimensi doa ya Pak. :’)
Btw, untuk kakak-kakaku, kak basyt dan t nzah, Barokallahu fiikum untuk bisnisnya yah. Semoga berkah,lancar, Amiiin. Love you genks!
Buat suamiku sayang, semangat ya yang lagi di ikhtiarkannya. Aku menghargai privasi karena suamik amanahi gak boleh cerita-cerita sebelum terlaksana, hihihi. Gemes. Bismillah. Semoga Allah senantiasa bimbing keluarga kita ya Amiiin.
Jakarta, we are coming. 🙂