_Sabrang_
Menemukan Rasa tak Teridentifikasi
Awalnya ngga tahu kenapa tiba-tiba tenggorokan saya rasanya sesak diujung, air mata saya keluar, lalu sesenggukan begitu saja. Padahal sebelum kejadian, saya justru ketawa cekikan terus. Ceritanya saya emang lagi nonton podcast di youtube.
Suami yang duduk disebrang sana langsung datang menghampiri. Katanya, "duh sampai nangis gini.." Diam-diam beliau menyimak juga isi podcast yang sedang saya tonton itu.
Gimana ngga nangis, rasanya deg! banget ke hati saat ust Felix Siauw dalam podcast YNTV bareng Bintang Emon (yang jadi bintang tamunya) ngobrolin soal tujuan hidup dan seputar kehidupan berkeluarga.
Ust Felix bilang kalau, ada saatnya suami dan istri itu perlu ngobrolin ulang soal tujuan pernikahannya. Kira-kira diusia 2,5 tahun pertama pernikahan, 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun. Karena problematika rumah tangga bisanya ada ditahun-tahun itu.
Kenapa begitu?
Karena ternyata di dalam pernikahan itu, antara suami dan istri perlu ada kalibrasi ulang. "Alignment" kalau kata suami saya menyebutnya.
Manusia itu bisa berubah, pemikirannya, perasaannya, tujuannya, target hidupnya, maka perlu di cek ulang dan dicari tahu bersama. Dibicarakan ulang dengan pasangan.
"Apa yang ingin kita cari di dalam rumah tangga ini sebenarnya?"
—sejenis itu.
Yang mengejutkan adalah saat beliau bilang, "karena pada satu titik, aku anak sudah 4, sudah jadi keluarga, tapi itu rutinitas itu yang harus dilawan. Jadi sehingga kita perlu punya tujuan baru.
Yang bikin hidup jadi bosen kan rutinitas ya. Rutinitas yang bikin bosen sehingga kita perlu tujuan baru."
Bagian kalimat ini lho yang bikin saya akhirnya menemukan kepingan emosi yang tak terdefinisi selama ini.
Makanya saya nangis. Terhenyak.
Sepele sih kalimatnya. Cuman ketika itu adalah jawaban yang dicari-cari selama ini, jadinya dalem banget gitu masuk ke hatinya.
Bosan. Ternyata selama ini perasaan yang saya rasakan ini adalah perasaan bosan. Bosan dengan rutinitias.
Dan itu manusiawi, wajar sekali..
Kenapa kok rasanya sulit mengidentifikasi perasaannya, kenapa selama ini saya melawan diri, mengabaikan perasaan saya sendiri.
Bagai es yang meleleh dan mencair, setelahnya hatiku lega. Suami jadi lebih mengenali kondisiku, belajar paham posisiku dan saya perlu belajar lagi menata diri.
Semoga setelah ini banyak pembicaraan bermakna dan bertujuan ya.
Pernikahan memang banyak memberi kita pelajaran berharga. Yang di dalamnya suami & istri berusaha menopang satu sama lain. Jadi kekuatan kedua setelah pertolongan Allah di dalam kehidupan rumah tangganya. Semoga Allah selalu jaga kita semua. Aamiin Allahumma Aamin.
ini pembelajaran yang bagus sekali.