Avatar

NUKIK

@yuvenil / yuvenil.tumblr.com

Karena tak ada jalan yang benar-benar lurus
Avatar

Kayak ga ada alasan lg buat bertahan selain krn ada Migu

Avatar

Senang 1 hari. Nangis 6 hari

Avatar

Kala Raya

Rahim mengkerut, diremas perutnya tanda raya kelak kan lebih besar. Dicup-cup keningnya, dielus pipinya, untaian semangat dan kuat sayup di telinga yang setengah tertutup rambut ikalnya.

Tangis tak kunjung bersua, bebatuan menghantam masa, detik semakin hilang dan di ujung malaikat kecil menunggunya pulang.

Raya tak menyerah. Ia jentikan jarinya, sang ibu meringis melalui sedikit ajalnya dengan derai tangis.

Sekilas bayangan air sungai yang jernih, suci, tak ada noda lewat begitu saja menyejukkan mata. Seikat bunga dirangkai, wangi menyengat sempat ganggu mimpi indah tentang bayi mungilnya.

Kala Raya akhirnya bersua, ia genggam ruangan dingin dengan penuh hangat, hening seketika, tapi senyum terukir indah.

Saat itu Raya tak berdaya, dibekap sepanjang kain mengitari tubuhnya, diayun, nangis, kemudian tertidur dan kala Raya mengadu, ibunya yang tersentuh.

Dari ibukmu (Yogyakarta, 23 Desember 2021)

Avatar

Kubilang jg apa, menjadi baik2 saja pun tidak cukup. Lebih baik berantakan sekalian.

Avatar

Tangis

Air mata

Sudah hilang

Dan mengering

Kumpulan cerita

Kan tersaji

Pagi nanti

Avatar

TERLALU TENGGELAM KE DALAM KUBUR

Sudah lama tak bersua, nyai. Sebatang rokok telah dilenyapkan dalam setengah jam, dihirup dalam-dalam, dibuang dengan keluh dan kedip mata yang dalam.

Nisan yang sudah kusam, bermandi kemenyan dintengah malam. Nyai bersorak sendirian menggenggam doa-doa yang baru saja terbang mendatanginya. Dari anak, cucu, mantu, dan sanak saudara lainnya.

Tanah ia keruk sendiri, semakin jatuh ke dalam karena hujan seharian membuat rumahnya hanyut semakin dalam. Merindukan kasur kamar, kipas setengah berisik, lampu kemerlip, dan suara cicak beradu nasib.

Semakin malam, hujan menjadi sahabat, tanah semakin tenggelam jatuh ke dalam kubur, menyisakan setengah nisan, doa sayup semakin hilang tertelan suara bising motor dan jalanan, Tuhan menggenggam tangan, kembali mengangkat nyai ke kuburan yang terdalam.

"Manusia masih senang dengan harapan dan doa yang seringnya hilang dihisap kenyataan" Tuhan jelasnya menggetarkan.

Yogyakarta, 16 Des 2021 - Tiwi Pras

Avatar
Migunani

Nak, berguna adalah arti namamu. Tak muluk kan ibuk menjadi orang tuamu, menginginkan kamu menjadi anak yg berguna, ah, setidaknya untuk dirimu sendiri, nak.

Ibuk rasa, terlalu egois dan kejam jika baru saja kamu bisa bernapas di dunia, sudah ibuk taruh beban berat untuk menjadi manusia sukses. Siapa ibuk, nak menuntutmu begitu.

Nak, menjadi berguna itu tidak akan rugi, dan mungkin akan sedikit modal, tidak akan ibuk tuntut kamu dengan gaji belasan atau puluhan juta. Lesung pipimu sudah cukup membuat ibu bersyukur setiap saat.

Nak, semenjak kamu ada, puisi kalah indah dari kamu, pelangi kalah berwarna dari sorot matamu, hujan kalah menyejukan dari senyummu. Begini rasanya jatuh cinta kepada orang yg bahkan belum bisa kau panggil ibuk.

Nak, maafkan ibuk, kamu masih bayi saja ibuk sudah suka naik pitam, kesal kalau lihat kamu menangis jejeritan, seharian minta ditimang, tak lepas dari nenen, ah padahal ya hanya itu yg kamu bisa. Sudah gila bukan, ibukmu ini menuntutmu agar diam dan selalu menjadi anak yg penurut sejak masih menjadi bayi.

Nak, belajar sama-sama ya. Ibu lelah, tapi ibuk tahu, ibuk lelah untuk kamu yg sedang berjuang menjadi anak yang berguna. Makasih, Migunani sudah menjadi anak berguna sejak dalam kandungan.

Sleman, 13 Nov 2021

Avatar

Debur tak selalu meresahkan, kadang membuat rindu akan kerusuhan, air mata mengiringi debur itu. Begitu kan hidup, merasa baik-baik saja pun tidak cukup, karena merindukan kekacauan, dan justru takut akan hidup yg baik-baik saja.

Avatar

Yang paling berat saat kehilangan ibu adalah ketika tiba2 sungguh sangat ingin detik ini juga bertemu sama ibu krn kangen, yg benar2 ingin ketemu, tapi sayang bagaimanapun tidak bisa :')

Avatar

Curhat Pertama Kehidupanku

Kemarin, 9 Mei 2021 adalah hari di mana aku sangat sangat yakin tidak menyesal memilih dia sebagai suamiku.

Kisahnya bermula dari 4 Mei 2021 aku dan suami akhirnya menjadi orang tua, yaps aku melahirkan putri pertama kami, Raya Migunani Purwanto (Migu). Menjadi orang tua pertama tentu biasanya membutuhkan orang lain untuk merawat anak, entah itu ibu, atau mbah kita.

Berhubung aku baru saja kehilangan ibu September 2020, tentu mamak (ibu mertuaku) yang akhirnya membantu aku dan suami merawat Migu.

Mamak membantuku dari hari pertama aku melahirkan, beliau jugalah yang menemaniku selama masih dirawat di rumah sakit, karena suami belum bisa mengganti popok, dll.

Mamak adalah mertua idaman, setidaknya idamanku sejauh ini. Keluarga suami datang dari desa di salah satu desa di Kulonprogo. Tapiii, mamak berpikir ke depan, bahwa ya zaman dulu tidak bisa disamakan dengan zaman sekarang, banyak mitos mitos yang tidak perlu dilakukan lagi pada bayi di zaman sekarang. Dan tentu itu membuatku tenang, karena mamak sudah paham.

Contoh, zaman dulu anak baru lahir aja dikasih madu, air gula jawa, dll. Tapi mamak sudah paham bahwa justru penelitian menyatakan angka kematian bayi lebih banyak di zaman dulu karena kurangnya edukasi. Yah, intinya aku sangat terbantu dengan kehadiran mamak.

Sampai aku pulang ke rumah, mamak tetap membantu, ia menginap di rumahku sampai tanggal 9 Mei, artinya 5 hari beliau membantuku dan mengajarkanku merawat Migu dan mengurusku. Yak, mengurusku, karena aku lahir dengan proses SC (sesar) yang tentu pemulihannya lebih lama.

Sampai tanggal 9 Mei itu mamak memutuskan pulang, iyak, hanya berjarak 1 jam dari rumahku, cuma Sleman-Kulonprogo padahal. Selain mamak yakin aku sudah bisa merawat Migu, ya sudah mendekati hari lebaran juga, jadi mamak memutuskan pulang.

*maaf cerita selanjutnya mungkin tidak menarik bagi kamu yang baca, tapi bagiku yang merasakan, sungguh ingin rasanya nangis tanpa henti*

Sore itu mamak sudah berkemas, pamit dengan Migu, bapakku, dan tentu aku. Ketika pamit denganku, mamak nangis, aku? Ikut nangis, ikut terharu karena mungkin mamak merasa akan meninggalkan cucunya.

Tanpa sadar di ujung kursi di dapur, suamiku sudah sesenggukkan menangis. Sebagai seorang Tiwi yang pacaran dengan dia selama 8 tahun, aku tidak pernah sama sekali melihat dia menangis. Eh, sekali, ketika ibuku meninggal, dia ikut menangis, tapi tidak sesenggukan.

Entah, air mataku ngalir tidak terkendali, bahkan ketika aku mengetik ini pun masih menangis. Ya karena ini pertama kali aku melihatnya menangis. Menangis karena akan ditinggal ibunya (yang hanya berjarak 1 jam) sekali lagi mungkin bagi kalian yang merantau itu tidak seberapa, tapi bagi kami ini sangat menyedihkan, maaf kalau terlihat lebay.

Selepas mengantar mamak, suami pulang menjelang buka puasa. Kutanya kenapa nangis. Dia menjawab "ini pertama lebaran sama keluarga baru, udh punya istri, anak, dan ga lebaran di rumah, ga lebaran sama mamak, bapak, adek2. Sedih aja ga bisa lebaran sama mamak, sedih ditinggal, padahal cuma 1 jam hehe" tawa renyahnya mengakhiri alasan ia menangis.

Bagaimana aku tidak beruntung dan bersyukur mendapat suami seperti dia. Laki laki yang menyayangi ibunya, aku percaya akan memperlakukan istrinya pun seperti ratu di dalam rumah. Dan itu memang terjadi. Selama satu minggu punya anak, suamiku memasakkanku khusus untukku. Ga mengizinkanku memegang kerjaan apa pun selain menyusui dan sesekali menggendong Migu.

Sekali lagi aku beruntung dan bersyukur. Aku memang tidak pernah ragu dengan dia sejak mengenal dia di tahun 2012 dulu, dan hingga sekarang yang membuat aku semakin mencintainnya.

Ah iya, aku jadi ingat bahwa ini juga pertama aku tidak lebaran dengan ibu :')

Avatar

Pernah kepikir ga sih, kalau aku mati keknya semua baik2 aja deh. Keluarga tanpa aku jg kayaknya justru akan lebih baik

Avatar

Fase "mati sekarang juga gpp lah." Adalah fase yang paling terpuruk, sudah di bawah, lelah, merasa sangat menderita, ah bukan merasa, memang dalam kondisi paling menderita. Tak apa, nikmati, nangislah, terpuruklah, tapi tolong tetap dalam pengawasan orang-orang terdekatmu. Jangan, jangan sendirian yaa. Ingat, masalahmu memang ada, tapi orang-orang yang sayang dan masih peduli denganmu juga ada. Mereka ada juga untuk kita, yakinlah, dan jangan lupa tetap berdoa, karena yang selalu ada tetap mengawasi kita.

Avatar

Perjalanan yang paling melelahkan dan panjang adalah menjalani keikhlasan, sungguh, kau berdiam diri tapi kau akan sangat merasakan lelah yang berkepanjangan untuk menuju keikhlasan.

Avatar

Kata-kata "dia aja bisa, masa gue nggak" sepertinya harus dikaji lebih dalam. Apakah benar kita harus memaksa diri untuk mencapai yg sudah bisa dicapai orang lain? Sedangkan jalan setiap orang berbeda, rintangannya, masalahnya, dan kehidupan lainnya.

Bukankah menyadari dan mengakui bahwa kita tak lebih kuat dari orang lain itu tak mengapa? Mengakui bahwa kita tidak/belum bisa menjalani seperti mereka kurasa tidak jadi masalah. Justru akan jadi masalah baru jika kita memaksa diri untuk mencapai apa yang orang lain capai dengan dalih "dia aja bisa, gue harus bisa". Fisik, psikis, hati, pikiran kita sudah berbeda bukan dengan mereka?

Tolong, sayangi dirimu, berhentilah jika memang lelah, dan akui bahwa ya memang kita tidak bisa seperti mereka. Itu lebih baik, agar kesehatan dari segi apa pun itu lebih bisa dikontrol, tolong ya.

Avatar

Kupikir takdir tanpa ibu adalah yg terbaik, mungkin agar aku tak lelah menjalani hidupku sebagai seorang anak, seorang istri, sekaligus seorang ibu, tapi nyatanya, tanpa ibu kurasa jauh lebih berat. Setidaknya jika ada ibu, ibulah yang menguatkan, mengajarkan, memberi waktu dan tenaganya yang tak seberapa untuk aku anaknya.

Ah tapi mungkin ibu yang akan kelelahan, itu mengapa ibu yang harus pergi lebih dulu. Dan, sekarang aku yang harus merasa lelah itu, ya Tuhan benar, setidaknya aku lebih kuat dari ibu, mungkin.

Avatar

Ya memang harus gimana lagi untuk mengatasi kebosanan? Dunia tidak selalu besar seperti yang dikatakan banyak orang, bukan? Jadi berkutik di kamar bersama hati dan pikiranmu saja kadang memang solusinya, tow?

Sponsored

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.