Mengasuh dan Inner Child
Sebagian besar orang berkata inner child yg masih tertinggal akan mempengaruhi cara kita mengasuh anak kita. Sehingga hrs 'bersih dulu'.
Aku jg setuju sekali. Namun, ada bbrp yg 'lucu' menurutku padaku.
Semasa hidup, aku hampir tidak pernah mendengar org tuaku berkata "maaf" padaku saat mereka bersalah. Ak juga jarang mendengar kata "terimakasih" kepadaku atas hal-hal kecil baik yang ku buat. Aku jg hampir tidak pernah mendengar kata "tolong" saat orang tuaku meminta bantuan, ya seringnya kalimat2 suruhan tanpa kata tolong. Itu bahasa cinta Word of Affirmation ya.
Bahasa cinta yang lain seperti physical touch dg memeluk hangat, mengelus saat hatiku luka, menyeka saat aku menangis. Jarang sekali mereka lakukan.
Sampailah aku memiliki anak. Aku berusaha sekali menggunakan semua bahasa cinta kepada anakku. Aku selalu menggunakan 3 kata ajaib (terimakasih, maaf, tolong), ak sering memeluk anakku saat ia membutuhkan pelukan, aku jga mengelus punggungnya saat hatinya sdg krg baik. Ak jg berusaha memberikan hadiah kepada anakku. Ak jg hampir selalu meluangkan waktu berbincang2 dengan anakku dsb.
Itu semua menurutku karena inner childku belum tuntas. Namun, dg berusaha bukan merusak tapi merubahnya mjd lbh baik.
Terimakasih ya aku sudah berusaha. Sampai saat ini, aku bangga sekali padamu. Kamu hebat karena sudah berusaha meski rasanya ingin menyerah dan sulit. Kamu patut bahagia :)