Avatar

Memetakan Kenangan

@khairunnisasyaladin / khairunnisasyaladin.tumblr.com

By Khairunnisa Syaladin
Avatar
Avatar
prawitamutia

rezeki yang berbeda

beberapa hari lalu di Twitter, seorang teman dekat saya berujar soal anak yang dibelikan rumah oleh orang tuanya. beban finansial anak yang dibelikan rumah oleh orang tuanya, menurutnya, terangkat 50%. ini privilese yang sangat luar biasa.

saya menimpali cuitan itu dengan apa yang terjadi pada saya dan mas y--kami tidak dibelikan rumah, tetapi mendapatkan banyak sekali rezeki dari keempat orang tua kami. mulai dari biaya pernikahan, tempat tinggal (rumah kontrakan), bahkan biaya rumah sakit atau susu mbak yuna. saya bilang, pada keadaan lain, bisa jadi 80% beban finansial yang terangkat.

kalau ditanya mengapa begitu, jawabannya panjang sekali dan mungkin tak semua orang akan mengerti. mulai dari resepsi pernikahan yang adalah hajatan orang tua alih-alih hajatan kami berdua. atau mas yunus yang masih residensi sehingga belum berpenghasilan dan mengandalkan uang saku beasiswa--sehingga sejak awal menikah, kedua orang tua mas yunus terkesan ingin memastikan bahwa saya ternafkahi dengan baik, paling tidak untuk urusan mendasar dan keperluan-keperluan besar.

tanpa saya duga, ternyata cuitan teman saya itu viral luar biasa. balasan saya pun menjadi tempat diskusi. beberapa juga membully, tapi sudahlah, mereka tak tau yang sebenarnya terjadi. banyak pasangan yang keadaannya seperti kami, tidak bisa menolak pemberian orang tua karena tak mau menyakiti perasaannya. banyak juga yang menentang, urusan rumah tangga seharusnya diatur tanpa melibatkan orang tua.

apa pun itu, yang ingin saya sampaikan adalah setiap keluarga punya prinsip dan nilai hidup masing-masing yang tidak perlu diperbandingkan. sekarang, kuping saya sudah sangat tebal dari omongan orang akan bagaimana saya dan mas yunus menjalani rumah tangga. selama kami berdua sepakat dan mau menerima segala konsekuensinya, mengapa pusing dengan kata orang?

kedua, setiap keluarga pasti ada rezekinya, bentuknya bisa berbeda-beda. ada keluarga yang rezekinya dapat rumah dari orang tua. ada keluarga yang rezekinya berjuang agar bisa membeli rumah atau mengontrak rumah. ada keluarga yang rezekinya dipinjamkan uang oleh orang tua untuk membeli rumah. ada keluarga yang rezekinya tinggal di rumah orang tua. ada keluarga yang rezekinya menempati rumah dinas. ada juga yang justru memberikan rumah untuk orang tua. ini baru urusan tempat tinggal, belum urusan lain-lain.

yang saya percaya, rezeki itu paling nikmat apabila kita menjemputnya. meskipun apa saja yang menjadi rezeki kita sudah ditakdirkan, kita tetap harus berjuang dan berupaya. kadang saya berpikir bahwa letak rezeki yang sesungguhnya tidak terdapat pada apa atau berapa yang didapatkan, melainkan bagaimana sesuatu itu didapatkan.

lalu yang saya juga percaya, rezeki tak melulu datang dari arah yang kita tuju atau duga. ini sudah berkali-kali kita dengar dari cerita zam-zam bunda hajar dan ismail. lagi-lagi, tugas kita adalah berupaya, Allah yang akan mencukupkan.

oleh karena itu, kalau masih sendiri, buatlah prinsip untuk diri sendiri. kalau sudah menikah atau sudah ada calon, bicarakan prinsip itu. bicara artinya juga mendengarkan dan terkadang berkompromi.

selebihnya, tetaplah berupaya untuk menjemput rezeki dengan sebaik-baiknya. tak perlu iri dengan rezeki yang didapat orang lain. jika mulai ada perasaan tak senang melihat rezeki orang lain, letakkanlah rezeki bukan pada apa dan berapa, melainkan pada bagaimana.

bagaimana rezeki didapatkan. bagaimana rezeki dibelanjakan. itulah yang kelak akan kita pertanggungjawabkan.

Avatar
Avatar
prawitamutia

sahabat terbaik (2)

sekiranya teman-teman yang sudah menikah setuju tentang ini. jika ditanya siapa teman berceritamu sekarang, kemungkinan besar jawabannya adalah suamiku atau istriku.

ada yang sengaja menjadikan pasangan sebagai sahabat, tidak mau salah bicara kepada orang lain sehingga tak sengaja mengumbar aib. tapi saya rasa, kebanyakan ini terjadi secara alami. bagaimana tidak? dia orang yang kita temui setiap hari, berbicara dengan kita setiap hari, menjadi teman kita dalam mengurus semua perintilan rumah tangga.

sungguh, menikahlah dengan seseorang yang adalah sahabat terbaikmu. atau, menikahlah dengan seseorang yang bisa kamu jadikan sahabat terbaik. tidak terbayang bagaimana rasanya hidup dengan seseorang yang tidak bisa memahami kita, tidak mau mendengarkan kita, tidak mendukung mimpi-mimpi kita, tidak asyik untuk diajak bicara hal-hal yang remeh.

tapi demikianlah. sebagaimana persahabatan, akan ada kalanya kita kecewa, marah, sedih, atau cemburu. di sanalah jiwa ksatria seorang sahabat diuji. maukah meminta maaf jika salah, memberi maaf jika terluka--maukah selalu hadir. seperti kata teman saya, janganlah pernah berjanji untuk tidak pernah menyakiti. itu mustahil. berjanjilah untuk tetap ada ketika yang lain tersakiti.

dulu saya bertanya-tanya siapa atau seperti apa teman yang bisa saya sebut sebagai sahabat. rupanya sekarang saya tau. sahabat adalah seseorang yang dengannya, kita bisa jujur atas dan kepada diri sendiri. sahabat terbaik, adalah seseorang yang membuat kita tidak hanya menjadi diri yang paling jujur, tetapi juga diri yang berani mengakui.

sekarang saya memegang ini sebagai prinsip pernikahan. sebagai sahabat baik, saya harus selalu jujur dan berani mengakui. sebagai sahabat baik, saya juga harus belajar menerima--di mana menerima itu tak terjadi saat akad nikah saja, tetapi setiap hari setelahnya.

marry your best friend. or, you should make your spouse your best friend. you should be the best friend.

Avatar

Aku iseng mengintip akun Instagram sahabatku. Sudah 10 menit kami bertemu, tapi pandangannya belum beranjak dari benda kotak itu.

“Kamu enggak malukah mengirim satu-satu pesan seperti itu ke mereka?” tanyaku heran. Ternyata, dari tadi dia mengirimkan pesan yang tak pernah dibalas.

“Buat apa malu? Ini enggak melanggar apa pun, kok!” jawabanya sambil tersenyum tipis.

“Duh, anak ini,” timpalku.

“Begini, aku sadar kalau diri ini bukan orang yang punya privilege, makanya kalau tetap memelihara gengsi, habislah sudah,” katanya sambil tetap menggerakkan dua ibu jari.

Bandung, 18 September 2020.
Avatar

Assalammu’alaikum teman-teman 😃

Buat yang lagi bingung nyari kado untuk temannya yang sebentar lagi menikah,

Tenang aja yaa

Ada buku #awalyangbaru :)

Ready stock, dan bisa dapat bonus kartu ucapan jugaa, loh :)

Untuk pemesanan WA Tya 08156059485

Sampelnya bisa dilihat disini bit.ly/sampelawalyangbaru

Terima Kasih

Avatar

Terima Kasih :)

Pre-order #awalyangbaru masih fibua yaa teman-teman :)

Avatar

Assalammu’alaikum teman-teman :)

Alhamdulillah, waktu yang bikin saya super deg-deg-an tiba jugaa

Yaitu...

Open Pre-Order Buku Awal yang Baru :)

Setelah melewati prosesnya selama 3 tahun, akhirnya buku ini akan segera sampai di tangan teman-teman :)

#awalyangbaru adalah kumpulan catatan perjalanan dalam mempersiapkan pernikahan dan menjalani peran sebagai keluarga muda. Catatan yang ingin diceritakan seorang kakak kepada adiknya, catatan seorang teman kepada sahabatnya.

Berharap lewat buku ini, kita bisa bersama-sama menciptakan perjalanan yang lebih bermakna dan lebih berwarna dengan versi terbaik dari masing-masing diri kita. Dan semoga kita tetap berada di jalan dan muara yang sama yaitu meraih rida-Nya :)

Klik link di bio atau bit.ly/preorderAYB untuk pemesanan. Terima kasih telah menjadi bagian #awalyangbaru :)

Yuk mention sahabatmu yang mungkin sedang mempersiapkan pernikahan atau menjalani peran sebagai keluarga muda ❤️

Salam Sepenuh Cinta,

Nisa

Avatar

Bagaimana caranya mengatasi "Mutung Nulis"?

Well, sebenarnya saya sudah punya naskah sejak 2017 yang tertunda untuk terbit. Bayangkan sudah berapa lama saya mutung menyelesaikannya? huhu hampir 3 tahun dong. Dan itu sudah banyak sekali momen yang terlewati. Dari hamil, melahirkan, gagal beasiswa, diterima kampus LN yang ku impikan, sampai akhirnya LDM. Doakan naskahnya segera selesai dalam waktu dekat yaa teman-teman.

Dan semoga LDM dan momen gagal yang bertubi-tubi bisa bikin semangat untuk berkarya. Memang sudah gak ada jalan lain sih selain menulis, mungkin ini memang skenario terbaik dari Allah yaa.

Serasa Allah itu pengen bilang, "Udah nisa kamu nulis aja, selesaiin bukunya. Mau alasan apalagi coba? kan beasiswa mu gagal semua. Udah nulis aja. Nulis, nulis, nulis!"

Yaa begitulah cara saya tetap berprasangka baik sama Allah. Semoga ini jalan yang tepat dan terbaik yaa :)

Jadi, sebelum mulai nulis lagi.

Saya memetakan alasan yang menghambat saya menulis atau excuse yang dijadikan tameng selama ini. Merasa gak expert lah, temanya berat lah, lagi fokus beasiswa, jadi ibu baru dan segala macam excuse sejenis lainnya. Padahal, kalau kita merasa gak expert dan merasa temanya berat, cara mengatasinya yaa dengan belajar, banyak baca dan cari orang yang berpengalaman. Alhamdulillah, sekarang sudah punya sekitar 20an buku yang dijadikan referensi dan mendata beberapa orang yang akan ditanya-tanya.

Kalau kita ngerasa ujian hidup gak abis-abis, perlu terus beradaptasi dengan segala kondisi yang baru, yaa memang gak pernah bakalan habis dan kita perlu beradaptasi terus sampai kita meninggal dunia.

Zona nyaman memang menyenangkan, tapi kadang menghanyutkan. Jadi, yang perlu dilakukan adalah bagaimana tetap bisa bertumbuh diberbagai kondisi diri.

Biar lebih nyata lagi perjuangan nulisnya, saya juga bergabung disebuah training menulis. Bersyukur banget bisa bergabung disini, trainernya meminta semua peserta termasuk saya untuk menuliskan writing goal, nah ini isinya berupa pertanyaan yang super detail dan akhirnya membentuk gambaran buku yang akan kita tulis. Semacam guidline yang enak banget untuk diikuti.

Terus saya juga membuat 10 halaman isi pokok buku yang akan ditulis.Nah, sekarang lagi belajar nulis terus setiap hari selama 4 hari minimal 4 halaman, kalau enggak akan di keluarkan dari grup. Seru ternyata bertemu dengan sesama teman yang berjuang menyelesaikan naskahnya. Apalagi setiap minggu ada juga webinar yang kasih kesempatan untuk diskusi dengan para coach handal.

Begitulah beberapa cara saya untuk bangkit dari rasa "mutung nulis" saat memang enggak ada hal lain yang bisa dilakukan selain menulis. Huaaaa

Mohon doanya yaa teman-teman.

Kalau punya project yang belum selesai tuh rasanya berat-beratin kepala, enggak sih?

Bismillah, semoga nanti bukunya bisa jadi amal jariyah kalau kita sudah pamit dari dunia ini.

Buat kamu yang pengen nulis buku tapi masih banyak ragunya, coba deh mulai analisa lagi masalahnya dimana dan coba untuk mencari solusinya. Dirinci satu persatu dan coba jalan lagi pelan-pelan. Semangat!

Avatar

Bagaimana Agar Konsisten Menulis?

Menulis secara konsisten artinya enggak harus menulis tiap hari kok. Menulis konsisten artinya menulis dengan jadwal yang sudah disepakati dengan diri sendiri. Bisa setiap hari, bisa dua hari sekali, bisa seminggu sekali, bisa juga sebulan sekali. Bisa sesuka hati bikin jadwalnya, yang penting bisa bikin kita nyaman, bisa terus menulis, enjoy, dan juga bahagia. Yang paling penting adalah bagaimana caranya belajar untuk menepati janji sama diri sendiri aja sih :)

Menulis sambil menikmati, berproses dan bertumbuh. Sudah menulis sekali, gak akan langsung bikin tulisan kita bagus. Dengan banyak-banyak latihan menulis, insyaAllah karya kita akan bagus juga, asal kita siap menerima feedback, evaluasi dan belajar terus tentunya.

"Don't break the chain", ini katanya James Clare di buku Atomic Habit.

Namun kalau kata Malcolm Gladwell nih ya, seseorang itu bisa menguasai sesuatu secara world-class mastery kalau sudah menghabiskan waktu 10.000 jam. Ini kalau mau ahli tingkat dunia, kalau mau ahli di tingkat Indonesia dulu, atau Antapani dulu, mungkin bisa dikejar belajar dan latihan sampai 1.000 jam dulu.

Nah, ini dia yang membedakan. Kalau kita nulisnya seminggu sekali, untuk mencapai 1000 jam akan butuh lebih banyak hari dibandingkan bila kita konsisten nulis tiap hari.

Yaa, mungkin bisa dibilang kalau terkadang kita butuh keras sama diri sendiri sebelum dunia yang keras sama kita. Mau nyobain nulis sehari sekali boleh, sebulan sekali juga boleh sih. Tapiii, masing-masing ada konsekuensinyaa.

So, pilihan udah ada ditangan nih, mau beneran serius menulisnya? mau beneran meluangkan waktunya? mau jaga komitmen buat konsisten nulis?

Avatar

Bagaimana untuk Mulai Menulis?

Yang pernah sekolah jurusan IPA, mungkin familiar dengan Hukum Newton 1, yaitu

"Benda yang bergerak akan cenderung bergerak dan benda yang diam akan cenderung diam”.

Kemudian, ada juga yang disebut Inersia, yang merupakan kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaanya (tetap diam atau bergerak). 

Begitu juga dengan keadaan kita. kalau kita hanya memikirkan saja bagaimana memulai menulis tapi tetap tidak menggerakkan pulpen di atas kertas, tidak mengetikkan jari diatas keyboard laptop kita, yaa tetap saja tulisan kita tidak akan pernah ada.

Ada sebuah nasehat dari penulis favorit saya, kak Novi Ahimsa, tentang bagaimana beliau memaksa diri untuk menulis ketika tidak tahu mau menulis apa. Beliau akan mencoba menuangkan apapun yang ia rasakan untuk memulai. Contohnya, "hari ini aku tidak tahu menulis apa, aku bingung mau cerita apa. Gimana yaa caranya agar aku bisa menulis, tema apa yaa yang bagus untuk dijadikan tulisan". Begitu terus hingga akhirnya diri mulai menulis dan menuangkan ide-ide di atas kertas atau blank page microsoft word.

Cara ini adalah cara meruntuhkan momen inersia yang awalnya diam menjadi bergerak. Ketika jari kita sudah mulai mengetik dan terus mengetik, maka jangan heran bila akhirnya kita pun mampu menghasilkan sebuah tulisan.

Ada satu hal lagi yang mungkin menjadi permasalahan banyak orang.

"Kak, aku mau menulis, tapi bingung mau pilih tema apa"

Bila kita bingung memilih tema, maka kita bisa memulainya dengan memilih tema yang dekat dengan keseharian kita, yang dekat dengan minat kita, yang dekat dengan pelajaran yang ada di sekolah kita atau kampus kita. Misalnya, ketika sedang mencoba menghafal al-qur'an, maka bisa memulai dengan cerita perjuangan suka duka menghafal Al-qur'an. Tapi yang perlu di garis bawahi adalah bagaimana caranya agar ada pelajaran yang bisa didapatkan orang lain yang membacanya, dan tetap mencari cara agar tulisan kita tidak hanya berfokus pada diri sendiri saja. Izinkan orang lain untuk bisa belajar dari tulisan kita.

Untuk mulai menulis, kita tak perlu menunggu menjadi seorang yang ahli dalam tema yang kita pilih. Karena kita tak perlu menunggu apapun untuk mulai berbagi apapun yang kita miliki.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyaknya diskusi dan banyaknya bacaan yang kita baca tentang tema terkait, maka akan bisa meningkatkan kualitas tulisan kita.

Semoga bermanfaat dan selamat menulis, ya!

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.