Avatar

Ruang Bercerita

@musyarofaah

Anak perempuan mama bapak yang suka belajar dan (masih) berjuang banggain keduanya ๐Ÿ’• Intuiting Introvert ๐Ÿ’™ | #catatanceritamusya
Avatar
reblogged
Avatar
jndmmsyhd
โ€œJujur, kehilangan itu akan mendewasakan meski rasanya pahit. Karena ia memaksamu untuk ikhlas dan segera bangun menjalani hidup tanpanya. Dan jika yang hilang itu adalah bagian dari keluarga, maka kamu seakan dipaksa terbang dengan satu sayap.โ€

โ€”

Jangan pernah merendahkan seseorang yang pernah merasakan kehilangan, sebab kamu tidak tahu bagaimana ia berusaha bangun dan bersusah payah menghapus air mata. Ia berusaha berdamai dan mengajak jiwa juga hatinya untuk kembali hidup dan melangkahkan kaki, tidak mudah untuk terbang dengan sayap yang patah atau hilang.
Dan jika saat ini kamu merasakan jatuh karena kehilangan, entah ia pergi selamanya atau telah berpindah pada rumah yang baru dan meninggalkanmu seorang diri, percayalah bahwa itu bagian dari cara Tuhan mendewasakanmu. Mengukur seberapa sabar kamu menahan api yang terus menyala dalam hati dan berusaha kamu padamkan dengan air mata, Tuhan juga ingin agar kamu belajar menjadi lebih kuat untuk ujian yang nanti pasti akan datang silih berganti.
Sekeras-kerasnya ayah, ia akan menjadi sosok yang kuat untuk kita menghadapi kerasnya dunia. Dan selembut-lembutnya ibu, ia akan menjadi hal yang paling kita rindukan dan menjadi tempat pulang ketika kita membutuhkan kehangatan kasih sayang yang tulus. Keduanya menenangkan hati dan jiwa, menetralkan rasa yang berkecamuk karena dunia yang mengkhianati dari segala penjuru.
Ingatlah, ada saatnya nanti kita menjadi salah satu dari mereka, entah menjadi ayah atau menjadi ibu. Jadilah sebaik-baik figur dan tempat kembali untuk anak-anak nanti, sebab ia akan berhadapan dengan dunia yang keras sebagaimana hari ini kita menghadapinya.

Siapkan bekal, setidaknya agar kita menjadi tempat pulang dan rumah ternyaman untuk keturunan kita nanti.ย 

Avatar
reblogged
Avatar
jndmmsyhd
Pergi itu melelahkan, entah pergi untuk mencari atau meninggalkan. Sebab keduanya sama-sama akan memakan kesabaran hati dan memberikan gemuruh pada rasa. Mulai dari pertemanan, lingkungan, atau soal rasa pada seseorang. Dan setiap kita pasti akan pergi, pada pilihan pertama atau kedua.
Benarlah bahwa perjalanan itu bagian dari hal yang menyakitkan dan melelahkan, sebab raga pasti akan capek, sementara hati dan pikiran akan saling bertabrakan. Dan terkadang saat ragamu duduk menunggu pemberhentian selanjutnya, akan datang memori-memori yang telah ditutup rapat tapi ia hadir tanpa kamu mau. Seakan masih ada yang harus kamu selesaikan.
Tapi akan lebih melelahkan, jika perjalanan hidupmu itu bersama seseorang yang tidak setujuan denganmu. Bukankah minyak dan air tidak akan pernah bisa bersatu?
Tidak mengapa kamu gagal dan jatuh pada fase pencarian dan meninggalkan, tidak ada yang salah jika harus mengatakan tidak pada seseorang yang tidak sejalan denganmu, tidak ada kerugian juga jika harus pergi meninggalkan lingkungan yang sama sekali tidak membuatkan baik. Bahkan, tidaklah kamu menjadi sendiri saat menjauh dari pertemanan yang justru membawamu pada gelapnya dunia.
Masing-masing dari kita memiliki perjalanannya masing-masing, memiliki kriteria masing-masing dalam mencari teman perjalanan. Tapi ada hal yang jangan sampai kamu lupakan, utamakan kriteriamu itu untuk mencari dan mendekatkan pada Allah dan keberlahan. Bukankah setiap perjalanan itu akan ada keberkahan jika yang dicari adalah kebaikan?

Sampai mana perjalananmu saat ini?

@jndmmsyhd

Avatar

Kalau bukan diri kita sendiri yang berjuang mewujudkan impian dan terus berjuang agar nyala api semangat itu terus ada; walau tidak dipungkiri kadang kala meredup, siapa lagi. Iya, siapa lagi kalau bukan kita. Diri kita sendiri.

Orang lain mungkin sesekali hadir, tapi lebih sering pergi. Supporting system hanya pendukung. Pemeran utama adalah diri kita.

Biarlah orang lain lihat dan menilai sebagai sebuah 'ketidakmungkinan', tapi kita punya pilihan. Mempercayai omongan mereka atau mempercayai kata hati kita sendiri.

Berbekal keyakinan diri, berupaya dengan iman, percaya pada proses, dan berserah pada hasil-Nya.

Biidznillah. Waktu-Nya yang akan menjawab.

Avatar
reblogged
Avatar
lacikata

Mertua dan Menantu.

Melengkapi pembahasan, โ€œMertua dan Menantu.โ€ berdasarkan kisah nyata.

Setelah menikah maka individu akan beradaptasi sebagai istri/suami, menantu, ipar, ibu/ayah, dsb. Berikut pendekatan yang bisa diterapkan kepada mertua entah tinggal serumah atau tidak:

(dirangkum dari pembahasan ajinurafifah)

  • Pahami karakter mertua, dari keduanya.
  • Tanya kepada suami, apa yang disuka, apa yang tidak disuka dan baiknya bagaimana. Sebagai contoh: jika mertua melarang kerja apa pun di rumah, patuhi. Karena itu bukan basa-basi. Jadi apa yang beliau minta, kerjakan saja, misal: diminta istirahat, ya istirahat. Beliau merasa dihargai saat permintaannya dipenuhi. Kenali bahasa cinta mertua. Tidak hanya berlaku kepada mertua, termasuk juga pasangan. Dengan memahaminya maka kamu bisa mencintainya sebagaimana ia ingin dicintai, bukan sebagaimana kamu ingin dicintai, menurut Dr. Gary Chapman.
  • Pasti banyak yang berbeda, entah dari cara masak, dsb. Jika mertua menyarankan sesuatu diikuti saja (hanya sebatas hal teknis, jika berbeda โ€˜valueโ€™ maka komunikasikan)
  • Sadar porsi dan sadar posisi.
  • Tekanlah ego, berdasarkan kisah nyata, lebih mudah menekan ego terhadap suami daripada mertua.
  • Jika kamu memiliki waktu luang di masa sendirimu, banyak-banyaklah belajar dan perkaya skill bertahan hidup, seperti berbenah rumah dan memasak.

Hal yang juga patut dipertimbangkan melengkapi pembahasan, โ€œSebelum Genap.โ€

  • Pertimbangkan bagaimana keluarga calon? Bagaimana orang tuanya? Bagaimana kedekatannya? Apakah kamu sanggup menjalaninya? Apakah calon anak mama atau tidak? (Ada yang memang mertuanya yaa gitu deh, suami juga sebenarnya bingung dengan orang tuanya sendiri, dan sebelum menikah sudah tahu kondisinya dan mereka tetap memutuskan menikah dan menjalani konsekuensi kerumitan tersebut dengan penuh kesadaran dan hikmah, namun ada juga yang modal nekat dan berakhir komplain sepanjang hidupnya)
  • Pertemuan dengan keluarga calon sebelum menikah itu penting. Jangan sungkan bertanya bagaimana kedekatan calon dengan mamanya. Jika masih sangsi bisa tanyakan ke teman dekatnya.
  • Pertemuan dengan calon mertua sebelum menikah menjadi penting sekali agar kamu bisa tahu dan mempersiapkan diri calon mertuamu itu seperti apa?
  • Anak mama dan sayang mama adalah dua hal yang berbeda. Anak mama tidak mungkin adil sejak dalam pikiran.
  • Bahkan, berdasarkan kisah nyata, istri merasa tidak memiliki suami karena setiap urusan rumah tangga didominasi oleh mertua. Suami tidak tegas, bahkan jika istri tidak enak hati dengan mertua, suami akan membela mamanya. Banyak kisah suami istri pisah bukan karena tidak cinta lagi, namun karena orang ketiga dalam hal ini mertua.
  • Kisah yang lain juga menyebutkan, menghadapi suami yang anak mama harus ekstra sabar, karena apa-apa yang benar adalah mamanya, istri tidak pernah dibela. Menantu sudah berusaha baik dengan mertua, namun mertuanya justru berusaha mengadu domba dengan suaminya. Dan sayangnya, suami tidak pernah berpihak pada istri setiap ada konflik dan rela cerai dengan istri demi mamanya.
  • Jika suami anak mama, mamanya pun akan selalu membela anak-anaknya apa pun itu.
  • Buatlah kesepakatan sebelum dan sesudah menikah, jika suami anak tunggal, pilihan untuk pisah rumah tetap bisa diambil. Carilah jalan tengah dengan rumah yang tidak jauh dari mertua.ย 

Kesimpulan:

Hubungan dengan mertua adalah hal yang patut dipelajari dan dipertimbangkan dalam memilih calon suami. Beda suku, budaya, tidak masalah sebenarnya asal sudah dari awal paham dan sadar konsekuensinya. Barangkali hal tersebut yang menjadi letak ibadahnya, berjuangnya, kerja samanya.

Tinggal dengan mertua juga tidak apa-apa sebenarnya asal paham dan sadar konsekuensinya. Terutama suami, jangan malah tidak adil, bakti kepada orang tua namun zalim kepada istri dan anak. Kamu tetap bisa berbakti dan memuliakan istri dan anak.

Untuk istri, setiap rumah tangga; hubungan dengan mertua pasti memiliki dinamikanya. Kurangi baper dan merasa menjadi korban secara berlarut-larut. Diskusikan dengan suami. Mari belajar lapang, sabar, ikhtiar, dan banyak berdoa.

Menikahlah dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan sebaik-baiknya persiapan bukan karena yang lain sudah menikah atau terdesak dengan pertanyaan โ€œKamu kapan?โ€ย 

Sama-sama belajar ya! :)

Source: lacikata
Avatar
reblogged
Avatar
lacikata

Sebelum Genap.

โ€œUjung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.โ€ - Iidmhd

โ€ฆ karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.

Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar โ€œApa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?โ€œ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.

Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:

  • Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
  • Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
  • Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
  • Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
  • Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
  • Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
  • Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
  • Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
  • Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
  • Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
  • Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
  • Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
  • Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
  • Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
  • Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai โ€˜keceleโ€™. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
  • Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
  • Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
  • Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
  • Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
  • Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)

โ€œPernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.โ€

โ€ฆ karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.

โ€œMembangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.โ€ - Istri Masgun

Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.

โ€œDan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.โ€ (QS. Ar-Rum: 21)

Libatkan Allah Subhanahu Wataโ€™ala selalu di dalam prosesnya.ย Lalu niatkan menikah karena ibadah.

โ€œJika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wataโ€™ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.โ€ - Ust. Khalid Basalamah.

Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga.ย  Aamiin.

Sebab, pernikahan bukan lembaga rehabilitasi.

Berbenahlah sebelum menikah. Berbenahlah bukan agar diterima atau sebab ingin menikah tetapi berbenahlah karena kesadaranmu sendiri dengan memohon pertolongan Allah Subhanahu Wataโ€™ala.

Jangan berharap orang lain akan berubah setelah menikah; hal tersebut tergantung kemauan yang ada dalam dirinya. Keputusan yang secara sadar dibuat oleh dirinya sendiri.

Jika kamu pun menyadari bahwa mengubah dirimu sendiri harus melewati proses yang tidak mudah dan sebentar maka menjadi mustahil memastikan kamu bisa mengubah orang lain.

Telaah karakter, cara berpikir, dsb karena di situlah โ€˜rumahโ€™mu seumur hidup; nantinya. Bukan hanya โ€˜rumahโ€™mu namun juga โ€˜rumahโ€™ bagi anak-anakmu; kelak.

โ€œJangan sampai kamu menikah dengan orang yang kamu tidak ingin hidup dengan sudut pandang dan cara berpikir yang kamu tidak mau.โ€ - Masgun

Tidak ada yang sempurna memang, tetapi putuskan dengan penuh kesadaran dan sekiranya kamu rida menjalaninya.

Jadi, pastikan semuanya sudah โ€˜clearโ€™ sejak awal; sebelum genap :)

Source: lacikata
Avatar
reblogged
Avatar
hazumio

Bekerja Tidak Sesuai Jurusan

Saat saya berucapย โ€˜โ€™ Apapun yang terjadi saya harus lanjut S2โ€ฒโ€™ ditengah pembicaraan private kami, salah seorang teman berkataย โ€˜โ€™ Ngapain kuliah lagi, kerja aja gak sesuai jurusanโ€, saat itu saya sudah tersulut emosi karena obrolan yang isinya hanya seputar persoalan uang, uang dan uang.ย 

Mendengar pernyataan temanku itu, aku langsung tersulut emosi dan mengatakan sesuatu yang juga pasti menyakiti hatinya. Sudahlah aku istifgfar dibelakang.ย 

Memang, realitas itu tidak sesuai dengan idealisme, aku seorang Sarjana bergelar S.Pi dengan kedalaman Ilmu pada Food Science and Techonlogy of fisheries. Bahkan kuliahku lebih banyak membahas persoalan pangan daripada perikanan itu sendiri, hingga aku tenggelam dalam karya ilmiahku yang berjudulย โ€˜ Ekstraks Sargassum Echinocarpum pelarut ethanol terhadap viabilitas Sel heLaย โ€˜ mulai titik itu aku seperti anak farmasi yang terputar-putar dipersoalan medicine.

Lulus kuliah, kudapati kenyataan, kehidupanku diliberalisasi oleh orangtuaku, aku tak lagi diberi uang jajan seperti kuliah dulu, punya uang bensin aja sudah alhamdulillah. Nongkrong sama teman? lebih banyak ku bilang ku tak punya uang (untuk nongkrong), alhamdulillah temanku pada baik, difase itu aku selalu dibayari.

Aku punya keahlian yang memang tidak sesuai jurusanku kuliah dari keahlian itu Allah buka pintu rezekiku, kenapa aku kerjakan? itu keahlianku dan waktuku tidak terkuras terlalu banyak namun hasilnya lumayan untuk buat aku, aku tetap bekerja sesuai dengan passionku, tapi ternyata menurut orang aku bekerja tidak sesuai jurusan.

Di daerah kecil ujung timur pulau sulawesi tempat aku tinggal ini, sudah jadi maklum kalau bekerja sesuai jurusan harus jadi honorer, dan aku tidak memilih untuk menjadi honorer, mengapa? terlalu banyak memakan waktuku, penghasilannya tidak sesuai jam kerjaku selain itu aku bekerja untuk menafkahi diriku sendiri bukan untuk membuka yayasan sosial.

Intinya aku punya pertimbangan sendiri mengapa aku memilih untuk tidak bekerja sesuai jurusan, walau jujur dari dalam hati, siapa juga yang mau bekerja tidak sesuai jurusan ? lebih baik bekerja sesuai jurusan yang nyata-nyata sudah kita ilmui daripada harus memulai dari nol.

Tapi realitas kehidupan tidak selalu demikian gaji menentukan keputusan, ada banyak orang diluar sana bertahan pada pekerjaan yang bahkan sangat tidak mereka sukai demi orang-orang tersayang, atau bahkan untuk memenuhi gaya hidup.

Masih menurut temanku, tidak ada gunanya mengambil S2 kalau kerja tidak sesuai jurusan, temanku itu tidak pernah bertanya aku belajar untuk apa? temanku itu hanya melihat realitas terbatas dihadapan dia.

Temanku tidak tahu apa cita-citaku, dan temanku itu juga tidak tahu kenapa aku mencita-citakan itu, setelah kejadian itu aku kembali berfikir, apakah dia benar-benar temanku? entahlah.

Aku hanya akan menjadikan mereka fase teman-temanku saat SMA, fase ini aku butuh orang-orang yang sefrekuensi dengan aku dan orang-orang itu sudah Allah beri alhamdulillah hirabbil alamin.ย 

Avatar
musyarofaah

Tapi realitas kehidupan tidak selalu demikian gaji menentukan keputusan, ada banyak orang diluar sana bertahan pada pekerjaan yang bahkan sangat tidak mereka sukai demi orang-orang tersayang.

Avatar
reblogged
Avatar
dianchs

Belajar dari Corona

Selamat malam, dunia. Tidak bisa tidur ya?

Pasti kamu lelah dengan manusia? Diberi kerja, mengeluh. Disuruh istirahat, mengeluh. Berpeluh macet di kota, mengeluh. Duduk diam di rumah, mengeluh.

Aku lihat linimasaku mulai bertabur hikmah, buah pikir kawan-kawanku, sebab kau berhasil membuat kami semua geger, dunia. Terimakasih ya, kami jadi banyak belajar. Ternyata pak ustadz di surau kecil itu benar: kami tak punya daya, kau cuma sementara.

Dunia, tahukah? Seisi rumahku mulai bosan.

Sepagian tadi, kau juga lihat kan ayahku asik di lahan sempit yang ia sulap jadi kebun-super-mini lengkap dengan kandang ayam.

Ibuku tak jauh berbeda. Lepas subuh, sudah kucium aroma sedap dari dapur. Aku mengintip panci, ah.. ibu masak coto makassar. Kugoda ibu dengan berkata โ€œtumbenโ€, katanya: agar ada kerjaan, kalau hanya tumis-tumis seperti biasa, terlalu cepat selesai, nanti bingung mau ngapain setelahnya. Oh ya, seharian ini ibu juga membuat ratusan amplop kecil dari kertas tak terpakai. Asik menggunting-lipat-tempel di depan televisi. Kutanya โ€œuntuk apa?โ€, memanfaatkan kertas dan menghabiskan waktu, jawabnya. Duhai dunia, ibu memang tak bisa diam.

Adik-adikku juga sibuk, tapi di kamar mereka masing-masing. Yang satu tak akan jauh-jauh dari kerjaan, satunya lagi tak jauh-jauh dari tugas kuliah dan Netflix.

Dunia, barusan, lepas salat isya, kami nongkrong berjamaah di depan televisi, tak jelas apa yang ditonton. Kami kemudian pesan martabak telur dari aplikasi pengantar makanan. Lalu dalam kunyahan ke-sekian, pikiranku yang suka melanglang buana ini memunculkan tanya, sekonyong-konyong, entah pada siapa..

โ€œmanusia gerobak mengisolasi diri dan anak-anaknya ke mana ya?โ€

Duh, dunia.. sebelum mengeluhkan timbangan yang naik karena di rumah makan terus, mestinya aku bersyukur sebab masih punya sesuatu untuk dimakan, kan?

Duh, dunia.. sebelum mencak-mencak bosan, mestinya aku bersyukur sebab masih punya anggota keluarga untuk diajak bicara, kan? Aku masih punya buku untuk dibaca, aku masih punya akses internet, aku masih punya cat air, aku masih punya film, untuk dinikmati โ€“atau setidaknya berusaha menikmati.

Aih, itu ada Quran tergeletak menunggu dibaca, jaminan ketenangan, kan?

Duh, dunia.. sebelum protes sumuk di rumah, mestinya aku bersyukur sebab masih memiliki rumah tempat berlindung, kan?

Avatar

Semoga dirimu selalu dalam keadaan baik juga dalam kebaikan. Setidaknya, ini sudah cukup melegakan. Bisa menguatarakannya dalam sebuah tulisan.

Avatar
reblogged

Tulisan : Pekerjaan Kita

Pekerjaan itu sejatinya tidak diukur pada seberapa besar angka yang dihasilkan, tapi pada manfaat, nilai, dan keberkahan apa yang bisa didapat dan timbul dari pekerjaan itu. Sesuatu yang mungkin tidak menarik untuk kita bahas. Andai semua orang mengejar gaji ratusan juta per bulan, kita mungkin akan kehilangan guru-guru di sekolah. Kita kehilangan pengajar di pelosok-pelosok daerah. Kita kehilangan tenaga-tenaga medis yang bekerja untuk kesehatan orang lain tapi mengabaikan kesehatan dirinya sendiri.
Kita juga akan kehilangan orang-orang yang mewakafkan dirinya pada jalan dakwah, yang mengajarkan nilai-nilai agama di kampung-kampung. Juga kepada anak-anak kita di tengah ambisi para orang tua yang ingin anak-anaknya menjadi penghafal diusia belia.ย 
Pekerjaan itu, andai kita benar-benar memahami apa yang timbul darinya. Ukuran kita tidak lagi uang, saat kita bekerja bukan karena butuh uangnya. Tapi kita tahu, kita bekerja karena kita ingin menjadi bermanfaat.
Semoga nanti kita semua sampai ditahap itu. Saat kita bekerja bukan karena tuntutan kebutuhan hidup, bukan karena tekanan sosial dan keluarga, bukan karena kita ingin memiliki harta sebanyak-banyaknya. Tapi karena kita tahu, ada pahala yang besar dari pekerjaan yang akan kita tekuni sejak hari ini sampai tua nanti. ยฉkurniawangunadi | 6 Februari 2020
Avatar
reblogged
Avatar
alizetia
Menulis untuk menginspirasi orang lain? Ah, kita yang paling tahu aib diri kita. Menulis untuk kewarasan diri. Mengabadikan nasihat yang sering kali paling cocok ditodongkan ke hadap muka diri sendiri, terlebih dahulu.

#diri

Avatar
musyarofaah

Menulis untuk menasihati diri sendiri. Menulis sebagai sarana pengingat diri pada setiap rasa yang berhasil dilewati. Terimakasih telah berbagi tulisan mbak.

Avatar
reblogged
Avatar
ibnufir

Terkadang kau harus menjadi seperti arus yang tenang. Mengalir, memasrahkan segalanya. Tanpa melawan, tanpa berusaha mengendalikan. Biarkan kenyataan menuntunmu pada damainya sebuah penerimaan.

โ€”ibnufir

Avatar
"Bukankah apa-apa yang disampaikan dari hati nantinya akan menyentuh hati?"
Avatar
reblogged
Avatar
semaknakata

Terima Kasih.

47 hari yang begitu singkat.

Semua ini berawal dari ajakan kak @musyarofaah untuk mengikuti sebuah pelatihan di kampus.

Perjalanan itu di mulai dengan kami mendaftarkan diri pada kelas yang sama. Hingga akhirnya kami berdua lolos seleksi administrasi dan dilanjutkan dengan tes substansi.

Tes substansi dilaksanakan tidak jauh dari malam pengumuman. Tanpa persiapan yang baik, aku mengerjakan 60 soal (apa 50 ya?) dalam bahasa inggris dengan durasi 1 jam. Beberapa materi masih kuingat baik saat mempelajarinya kala di bangku kuliah dulu. Namun, lebih banyak yang aku merasa tidak tahu. Setelah semua soal terjawab (apa adanya, ngarang, alias asal dijawab), aku berdoa "semoga enggak lolos". Dan benar saja, saat malam pengumuman, aku tak melihat namaku ada di daftar peserta pada kelas yang aku daftar. Namun ternyata, aku dan kak Musya sama-sama menjadi peserta cadangan. Hingga batas akhir daftar ulang tak kunjung ada kepastian. Akhirnya kak Musya memutuskan untuk "berhenti", sedangkan aku, entah apa yang merasukiku, setelah meminta petunjuk pada Sang Maha Tahu, aku semakin yakin dengan tawaran untuk pindah kelas. Dengan basmallah, aku menulis surat pernyataan bermaterai sebagai bukti komitmen.

Pada fase ini aku kembali bimbang, ada ragu untuk kembali ke Jogja dalam waktu dekat, apalagi semua aktivitas pelatihan akan di laksanakan di jalan kaliurang, tepatnya di almamater dulu. Rasanya aku tak akan sanggup. Aku masih belum benar-benar "sembuh" dari "sakit". Yang aku tahu, ini tidak akan sebentar tapi aku percaya pada waktu sebagai jawabannya. Aku sudah terlalu lama "tidur", mungkin sudah saatnya aku "bangun" dan melanjutkan perjalananku. Meskipun harus dengan tertatih, aku percaya Tuhan tak akan tinggal diam. Karena "sakit" ini harus diobati, bukan di diamkan dan berharap menguap begitu saja.

Aku komunikasikan semuanya dengan orang tua. Dari mulai tentang apa hingga bagaimana nanti di Jogja. Mereka begitu antusias dan dengan ridho mereka, aku berangkat.

Tepatnya hari Sabtu terakhir di bulan Oktober aku memutuskan kembali untuk merantau, kembali ke Jogja.

3 pekan pertama, aku habiskan bersama Nadia. 1 pekan selanjutnya, kembali ke kontrakan lama, Al Aqsho, bersama Vivin. 1 pekan kemudian, aku bersama salah 1 teman yang aku temui selama pelatihan ini berlangsung, namanya Anggun. Dan hari-hari terakhir aku habiskan di Rumah Zahwa bersama Kak Umay.

Pelatihan yang cukup menguras energi. Selama 144 jam mata pelajaran yang di rangkum dalam 36 kali pertemuan. Senin hingga Jum'at, dari pukul 08.00 hingga 17.00.

Terima kasih kak Musya, lewat ajakanmu, Tuhanku yang Maha Baik, lagi dan lagi memberiku kesempatan untuk mengejar ketertinggalanku, untuk mengisi kembali dalam rumpang ini. Tak pernah terbesit dalam benak. Bisa belajar sesuatu yang ingin aku pelajari dengan gratis bahkan diberi uang saku. Dipertemukan dengan teman-teman yang merasa butuh akan ilmu. Hingga aku kembali percaya, bahwa aku belum gagal, bahwa aku belum terlambat, bahwa aku tidak sendiri.

Terima Kasih, aku tak mampu membalas segala baik kalian. Semoga Tuhan menjaga kalian selalu.

Avatar
musyarofaah

MasyaAllah aku baru baca, kembali kasih kaka Antisa โœจ๐Ÿ’•

Avatar
reblogged
Avatar
chibird

Something Iโ€™m trying to practice and ingrain more in my thinking! Itโ€™s okay and normal to feel anxious about anxious situations, but instead of clinging onto those thoughts, we can feel better by letting the anxious thoughts go and replacing them with healthier ones! ๐ŸŒฑโœจ

Source: chibird.com
You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.