Avatar

Khai.

@ririkhairunnisa / ririkhairunnisa.tumblr.com

Hi!
Avatar
reblogged
Avatar
yulialatifah

Persalinan Maryam “Memetik Hikmah Kisah Maryam, Melahirkan Keshalehan”

Narasumber  : Bidan Mugi Rahayu, Amd.Keb., S.Fil., MPH

Tanggal Workshop : 6 Januari 2018

Tempat : Hotel Malaka Bandung

Waktu : 09.00-11.00 WIB

Latar belakang Bidan Mugi menjadi seorang Bidan.

Bidan Mugi adalah seorang founder Persalinan Maryam, beliau adalah Bidan yang dulunya menempuh pendidikan Kebidanan di Stikes Aisyiyah Yogyakarta saat usianya 27 tahun. Sebelumnya beliau menempuh pendidikan kebidanan, ternyata beliau sempat menganyam pendidikan S1 Filsafat di UGM. Setelah lulus dari UGM beliau melanjutkan kuliah di Kebidanan. Hal ini berangkat dari keinginan ibunya yang sangat ingin memiliki anak perempuan yang bisa menjadi seorang penolong perempuan ( hal ini karena pengalaman 2 kehamilan sebelumnya, Ibunya Bidan Mugi harus mengalami keguguran, barulah saat kehamilan ke-3 yaitu saat mengandung Bidan Mugi Ibunya bisa memiliki anak dan berharap jika anaknya perempuan untuk bisa menjadi penolong perempuan karena merasakan rasanya banyak kesulitan saat proses hamil dan melahirkan waktu itu) + suami juga yang saya nikahi saat semester 5 kuliah di mana beliau kebetulan bekerja di Rumah Sakit memiliki keinginan untuk memiliki istri Bidan maka cocoklah keinginan ibu dan suaminya tsb sehingga Bidan Mugi pun mencoba untuk berkuliah di Kebidanan dan bergelut di dunia kebidanan selama 7 tahun.

Doa ibu hamil itu sangat diijabah oleh Allah SWT, maka mintalah yang baik-baik jika sedang hamil. Ibunya Bidan Mugi pun begitu.

Latar Belakang Persalinan Maryam dilakukan ada 3, yaitu: 

(1) Panduannya adalah Al-Qur’an yang sempurna, terjaga, dan lengkap.

“Yakin ga dia terjaga? Yakin”.
“Lengkap ga? Lengkap”.
“Sempurna? Ya”.
“Sudah digunakan belum oleh kita? Belum”.

Nah hal ini yang jadi tantangan Bidan Mugi sebagai Bidan masa kini untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam melakukan tindakan-tindakan menolong persalinan. Harusnya jika Al-Qur’an sempurna maka jadikanlah sumber dan kembalikan kepada Al-Qur’an jika ada masalah apapun. Manusiapun jika ada masalah apapun cobalah buka secara acak Al-Qur’an, pasti nanti akan menemukan sesuatu yang merupakan petunjuk bagi kita.

(2) Indonesia Muslim Terbesar

Ini adalah ladang dakwah dan ladang amal terbesar, muslim terbesar adalah modal terbesar kita dan seharusnya jika semuanya kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah mungkin akan tenang dan rahmatan lil alamin nanti akan terjadi. Jika Allah sudah menetapkan suatu kodrat maka terimalah. Kodrat perempuan spt: hamil, melahirkan, menyusui., dll Dikatakan jika ada laki2/ perempuan yg menolak kodratnya maka di dunia ini bisa terjadi kerusakan.

Kerusakan tsb terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Contohnya seperti menolak melahirkan normal. Apakah ada perempuan seperti ini? Adaaa!! seperti takut sakit, takut mati, takut tidak ditemani suami saat melahirkan, dan takut lainnya. Hal ini boleh ga? Tidak boleeh karena seharusnya ada ikhtiar terlebih dahulu untuk bisa bersalin normal.

Contoh lainnya lagi adalah wanita takut untuk menyusui karena takut sakit, takut kendor, dsb. Hal ini tentunya tidak boleh karena termasuk menolak kodrat sebagai perempuan yang seharusnya menyusui sang anak.

(3) Persalinan itu fisiologis

Persalinan Maryam adalah dasar persalinan fisiologis/ alami. Maryam tidak di epis (gunting), tidak di induksi, tidak di sesar bahkan melahirkan sendiri. Intervensi medis boleh dilakukan jika dalam keadaan darurat. Manusia boleh merencanakan birth plannya, namun tetap harus punya adab dalam menyampaikan rencana persalinannya. Kita harus percaya bahwa dokter/ tenaga medis memiliki ilmu yang memumpuni dalam memberikan saran saat kita menyampaikan rencana persalinan kita.

Belajar dari Maryam, tujuan kita dari kehamilan & persalinan yaitu:

(1) Selamat di dunia & akhirat

Ini yg harus kita perhatikan. Di dunia menjadi orang shalih dan shalihah untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Ibu yang shalihah maka akan menjadikan keluarga yang shalih shalihah juga. Menjadikan anak yangshalih dan shalihah itu tidak mudah, harus berasal dari orang tuanya terlebih dahulu. Usahakan suami ikut dalam proses kehamilan dan melahirkan karena akan berpengaruh terhadap bonding Ayah terhadap anaknya kelak.

Ada cerita saat Bidan Mugi membantu persalinan, kemudian sang Ayah langsung sujud syukur kemudian menangis. Hal ini membuat Bidan Mugi merinding. Saat bayinya lahir kemudian IMD (inisiasi menyusui dini), ayahnya sangat meriah menyambut anaknya. Hal ini dikarenakan sejak kehamilan, sang Ayah selalu mengajak mengobrol sang bayi di perut dan merasa sudah berkomunikasi sejak lama dan saat sudah muncul ke dunia sang Ayah sangat terharu. Proses kehamilan sampai persalinan selain ruang belajar untuk sang ibu juga tentunya adalah ruang belajar bagi sang Ayah.

(2) Tentang hijrah dan menjaga diri dan janin

Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (QS. Maryam 19 : 22)

Dalam (QS. Maryam 19 : 22) menceritakan bahwa Maryam Hijrah untuk menjaga diri dan janinnya. Hal ini harus Maryam lakukan karena jika tidak hijrah maka akan membahayakan diri dan janinnya, masyarakat saat itu menghujat Maryam karena beliau hamil tanpa ada laki-laki yang diketahui siapa Ayah dari sang Bayi. Maryam pun tidak bisa menjawabnya karena kehamilan tersebut merupakan pemberian Allah SWT langsung.

Hal ini menggambarkan bahwa dalam kondisi saat ini ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang cukup kondusif seperti: keluarganya, masyarakatnya, dan juga tenaga kesehatannya. Ibu hamil perlu mengusahakan lingkungan yang baik untuk calon anaknya kelak yang merupakan calon seorang pemimpin masa depan, dan hal ini juga adalah tugas sang Ayah dalam mengusahakan lingkungan tersebut. Lingkungan yang mendukung juga pada zaman sekarang bisa dengan mencari ilmu sebagai bekal, olahraga dan berkumpul dengan orang-orang shaleh/shalehah sehingga dapat menjadi syari’at untuk membantu kepercayaan diri calon ibu.

 (3) Tentang sakit, syukur, dan posisi.

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam 19: 23)

Tentang rasa sakit. Apakah Maryam merasakan rasa sakit? YA tentu, Maryam merasakan rasa sakit yang membuatnya hampir putus asa, bahkan sudah mengatakan lebih baik mati daripada merasakan rasa sakitnya ini. Padahal Maryam adalah salah satu dari empat perempuan yg dijamin Allah masuk surga, namun beliau juga ternyata merasakan sakit saat melahirkan layaknya perempuan. Lalu kita yang perempuan bukan siapa-siapa, kalo menolak rasa sakit itu padahal dibalik rasa sakit itu Allah menurunkan ampunan. Kalo kita menolak, betapa meruginya kita menolak rasa sakit tersebut, justru kita harus beryukur, kita harus terima, karena ada nikmat didalamnya. Ya walaupun sulit menahan rasa sakit namun harus ingat dengan adanya ampunan dari Allah SWT ini.

Rasa sakit akan membuat perubahan momen pada seorang perempuan, pada saat hamil dan melahirkan inilah momen yang paling banyak diijabah doanya oleh Allah SWT. Kalo dari sisi Allah meninggal saat melahirkan itu ya mati syahid. Jadi jangan takut kita menghadapi rasa sakit!  proses hamil ini hanya sebentar, tapi melahirkan itu sampe 9 bulan, dan proses membesarkannya itu seumur hidup dan seumur hidup pula ladang amal seorang perempuan untuk menggapai Surga Nya.

Siapa kita dibandingkan Maryam? Bukan siapa-siapa!. Maka syukurilah rasa sakit yang ada karena adanya ampunan tadi dari Allah swt. Kehamilan, persalinan, menyusui, semuanya serahkan kepada Allah swt karena beliau lah yang akan menolong kita kelak.

Posisi Maryam saat melahirkan yaitu bersandar ke pohon kurma dan setengah duduk. Berdirikah? Tidak. Bidan Mugi menganjurkan tidak memilih posisi berdiri saat melahirkan karena lebih banyak mudorotnya daripada manfaatnya. Mudorotnya gimana? Saat melahirkan itu posisinya jangan harus enak di pasien saja tapi juga harus sama-sama enak dari segi posisi tenaga kesehatan yang menolong. Jika dalam posisi berdiri, maka cara untuk tenaga kesehatan observasi akan menjadi sulit dan jika air ketubannya pecah ya bisa langsung habis mrebes ke bawah. Jadi dianjurkan untuk posisi setengah duduk, bisa sambil bersandar/ sambil istirahat.

(4) Tempat yang rendah, kabar baik

Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam 19: 24)

Ini tentang pendamping persalinan yaitu Bidan/ dokter/ suami. Terutama untuk VBAC (melahirkan normal setelah riwayat sebelumnya operasi sesar) Bidan Mugi menekankan bahwa sang istri harus mendapatkan izin dari sang suami. Saat melahirkan, ibu yang sedang berproses fokus melahirkan tentunya tidak akan bisa memutuskan keputusan, maka suamilah yg nantinya akan memberikan keputusan jika ada apa-apa. Sang tenaga kesehatan pun harus membantu proses melahirkan dengan tetap mengembalikan segalanya kepada Allah SWT tetap rendah diri.

Bidan Mugi pernah mendapatkan kasus istri yang sangat-sangat manut terhadap suami, padahal pembukannya sangat lamaaa sekali prosesnya. Ibunya sudah lemas, tapi dia malah semakin manut sama suaminya. BIdan Mugi pun menganjurkan untuk dirujuk karena pembukaan lambat. Namun suaminya tetap yakin untuk tetap di sini lalu memberikan motivasi kepada istrinya, dan istrinya malah semakin manut. Ketaatan pada suami ini ternyata membantu sang istri untuk bisa bertahan dan memudahkan persalinannya. Ini adalah contoh ketaatan kepada suami yang akhirnya Allah SWT ijabah dalam bentuk kemudahan.

Ketaatan kepada ibu. Seorang perempuan saat melahirkan akan menjadi ibu. Doa ibu adalah doa yang sangat mujarab. Bidan Mugi juga pernah ada kasus di mana seorang perempuan akan melahirkan di usia 35 minggu, sudah kontraksi luar biasa namun karena prematur jadi beliau merujuk ke RS. Ternyata saat 36 minggu beliau datang lagi dengan sakit yang sama, jadi saat dirujuk ke RS ternyata hanya kontraksi luar biasa yang berlangsung selama empat hari namun tiba2 hilang. Sehingga beliau bilang saat usia kehamilan 37 minggu silahkan datang lagi dan diperiksa pembukaan ternyata baru membuka sangat sedikit sekali.

Ternyata saat proses melahirkan tersebut, terlihat sang anak sangat berprilaku  tidak sopan kepada ibunya. Akhirnya Bidan Mugi menyuruh anak tsb meminta maaf kepada ibunya, karena jika tidak mau minta maaf otomatis Bidan Mugi akan merujuknya ke RS karena hal simple tsb. Akhirnya si ibu anak tersebut malah yang memberikan maaf terlebih dahulu dan meminta Bidan Mugi untuk tetap menolongnya. Setelah hal ini dilakukan maka proses melahirkan pun bisa lancar dan lebih tenang.

Hal ini perlu menjadi pelajaran bahwa kita harus tetap patuh dan sayang terhadap orang tua kita, ada baiknya justru sebelum melahirkan kita meminta maaf terhadap orang tua kandung atau mertua kita, minta doa dan restu kepada mereka supaya persalinan ini dilancarkan.

Terkait kabar baik dan buruk maksudnya adalah jika tenaga kesehatan akan menyampaikan suatu kabar kepada pasien maka bagusnya tidak secara blak-blakan, namun akan lebih baik jika  kabar baik ataupun kabar buruk itu disampaikan dengan cara yang baik kepada pasien ataupun keluarganya.

(5) Keyakinan sempurna, kurma

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (QS. Maryam 19: 25)

Tanpa keyakinan sempurna ibu tidak bisa melahirkan. Yakinlah! Harus yakin kepada Allah swt, bukan yakin kepada bidan, dokter, tatau kepada siapapun tapi kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa Allah SWT bisa memberikan kita ketrampilan untuk melahirkan nanti dengan dibarengi ikhtiar dan usaha yang kita lakukan.

Tentang kurma, kurma adalah multivitamin alami, dalam satu butir kurma mengandung 19 kandungan kebaikan. Penelitian tahun 2011, menunjukkan bahwa kurma dapat membantu mempercepat dilatasi serviks (pembukaan), mempersedikit jumlah perdarahan, mempermudah persalinan. Selain karena penelitian pun, kurma, minyak zaitun, madu, semuanya ada dalam Al-Qur’an sehingga kita harus meyakininya. Ini adalah makanan alami yang proses pengolahannya sedikit sekali campur tangan manusia.

Selain kurma, ibu hamil bisa jugaminumlah air campur madu saat bangun tidur, kemudian disertai 7 butir kurma selama waktu dhuha berlangsung, kemudian mengkonsumsi minyak zaitun juga akan membantu memperlancar persalinan. Namun untuk takaran/ dosis minyak zaitun ini masih butuh diteliti lagi (fyi kalo informasi dari Bidan Farida dari Amani Birth 2 sendok pagi hari dan 2 sendok sore hari).

 (6) Makan dan minum, sedikit berbicara

Maka makan, minum, dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam 19: 26)

Pada saat bersalin sang ibu harus disertai dengan makan dan minum supaya fisik ibu kuat. Lalu saat bersalin biasanya ibu bawaannya ingin berbicara terus, atau bahkan berteriak nah seharusnya sedikit berbicara saja seperti yang dilakukan Maryam yang sedikit berbicara. Selain untuk mengurangi tenaga untuk berbicara, maka alangkah baiknya juga ibu berbicara yang baik-baik saja. Contohnya pada saat IMD kuping bayi tentunya akan dekat sekali dengan mulut sang ibu. Jika bisa murojaah lakukanlah, atau sampaikanlah kalimat dan doa-doa yang baik dan bagus kepada bayi.

Selain makanan dan minuman, beberapa anjuran sunnah Rasulullah yang baik untuk ibu hamil, ada juga gerakan sholat yang menurut  Bidan Mugi sujud yang tuma’ninah bermanfaat juga untuk maksimalisasi posisi janin terutama bagi yang berposisi sungsang (bokong janin berada di bagian bawah jalan lahir). Jadi ibu hamil tidak ada alasan untuk tidak sholat.

Selain itu gerakan ruku sangat membantu meredakan nyeri pinggang yang biasa dirasakan oleh ibu hamil terutama menjelang persalinan. Hal ini biasanya diakibatkan oleh posisi bayi yang mulai turun masuk ke panggul sehingga menyebabkan kekakuan otot pinggang dan ruas tulang belakang. Sehingga sholat menjadi jawaban yang sederhana untuk dapat membantu kelancarakan proses hamil dan bersalin. Juga menjadi jalan bagi kita untuk memohon pertolongan Yang Maha Pencipta agar memudahkan segalanya.

Kemudian disarankan ibu hamil untuk membuat form mutabaah harian yang bisa dilakukan oleh ibu hamil sehari-hari. Maksudnya adalah list aktivitas disertai kegiatan spitirualsupaya tetap mengingat Allah SWT, contohnya seperti di bawah ini:

(Dokumentasi Cek List Harian Kelas Bumil Cerdas, yang merupakan modifikasi dari Program Mutabaah Persalinan Maryam dan telah mendapatkan izin  untuk diubah)

Kesimpulan,

“Jadi pada hakikatnya kehamilan dan persalinan adalah tugas mulia yang Allah SWT berikan kepada seorang ibu. Sehingga di dalamnya sebaiknya diisi dengan amalan-amalan sunnah dan keshalehan bukan hanya bagi sang ibu namun juga penolong persalinan. Segalanya dikembalikan sesuai apa yang Allah syariatkan. Mengambil dari kisah persalinan Maryam r.a , salah satu sunnah yang dapat diambil adalah konsumsi kurma selama hamil dan di dalam proses persalinan, minimal 7 butir/ hari. Selain itu Maryam r.a juga dikisahkan menjauhkan diri dari kaumnya menjelang proses persalinan yang dapat diartikan bahwa ibu sebaiknya mencari lingkungan yang mendukung secara psikis untuk kelancaran persalinannya. Untuk zaman sekarang, mencari ilmu sebagai bekal, olahraga, dan berkumpul dengan orang-orang shaleh dapat menjadi syariat untuk membantu kepercayaan diri calon ibu.” - kesimpulan dikutip dari IG @harkel_bandung

Bandung, 10 Januari 2018

Notulensi Workshop oleh @yulialatifah

Avatar
reblogged
Pernikahan secara teori tampak mudah dan sederhana. Tetapi, semuanya menjadi sama sekali tidak sederhana saat ia sudah dihadapkan pada seorang manusia. Seseorang yang lengkap dan memiliki banyak pertimbangan terkait masa lalu, keadaan keluarga, nilai-nilai, pandangan hidup, visi misi, juga hal-hal lain yang mungkin tidak pernah ada dalam hidupmu, apalagi pikiranmu. Sebab itulah, mendoakan jauh lebih baik daripada menilai. Memahami jauh lebih baik daripada berburuk sangka.
©kurniawangunadi
Avatar
reblogged

ideal

“An ideal wife is any woman who has an ideal husband”

Hampir dua minggu lalu, ratusan ribu pasang mata menjadi bagian dari viralnya kabar pernikahan Raisa & Hamish Daud. Terbukti, Raisa sudah tak lagi terjebak di ruang nostalgia dan resmi menemukan pemeran utama hatinya. Bahkan beberapa minggu sebelumnya, banyak warganet yang merayakan pekan patah hati nasional saat mengetahui Raisa & Hamish telah melalui tahapan-tahapan menuju pernikahan lewat prosesi lamaran ataupun siraman.

Sebetulnya, apa yang menyebabkan kabar tentang hubungan asmara para figur publik terasa menyita perhatian untuk diperbincangkan hingga menjadi viral di dunia maya? Apakah karena fitrah kita sebagai manusia yang senang mengandaikan hal-hal seindah itu terjadi pada diri sendiri? Atau mungkin karena mereka merupakan sosok-sosok yang terbilang rupawan dan diidolakan oleh banyak orang?

Tapi kalau penyebab yang terakhir disebut hanya mendorong Raisa-Hamish kemarin untuk menjalin hubungan sebatas pacaran, tentu warganet tidak perlu bersungguh-sungguh merayakan pekan patah hati nasional karena siapapun tahu bahwa hubungan serupa pacaran bisa dibilang amatlah temporer. Nyatanya, saat para idola resmi melepas masa lajangnya, fantasi orang-orang awam tentang pernikahan ideal seolah menjelma jadi kenyataan. Mempelai prianya tampan, mempelai wanitanya cantik dan pernikahannya pasti terlihat bak pernikahan di negeri dongeng. 

Kabar pernikahan para figur publik menyiratkan pesan bahwa semanis-manisnya gambaran yang dibangun oleh hubungan asmara manapun takkan bisa menyamai pencapaian #relationshipgoals lewat pernikahan. Dapat dipahami kemudian kenapa banyak warganet merasa perlu menyemarakkan tanda pagar #terpoteque kemarin karena siapapun tahu bahwa pernikahan merupakan puncak tertinggi dari keromantisan dua insan sekaligus menjadi kerangka hubungan terbaik untuk melanggengkan keberkahan. 

Viralnya tanda pagar itu membuat saya dibercandai oleh istri dengan pertanyaan, “Kamu patah hati enggak Raisa nikah?”. Saya cuma tertawa sambil menggelengkan kepala. Bukan karena yang bertanya adalah istri, tapi karena memang kabar hubungan semanis apapun di linimasa akan terasa biasa saja saat kita sudah berumahtangga. Terlebih lagi saat mereka yang sudah menikah tahu bahwa cerita cinta yang terasa ideal bukan sebatas datang dari kecocokan rupa atau hebohnya pemberitaan media, melainkan berasal dari pertumbuhan yang dilalui bersama-sama. 

Maka tentu kabar bahagia dari Raisa-Hamish ataupun Bella-Emran tidak akan sedikitpun menyita perasaan apalagi pikiran laki-laki atau perempuan yang telah menikah karena nyatanya mereka pun tengah sibuk menikmati cerita cinta paling ideal. Disebut ideal karena mereka yang sudah melepas masa lajang senantiasa terdidik oleh proses untuk bersyukur dan berpikir bahwa laki-laki atau perempuan yang sudah dipilihkan-Nya sebagai pasangan hidup merupakan sosok terbaik bagi mereka.

Seorang bijak pernah berujar, “Many people spend more time in planning the wedding than they do in planning the marriage". Pernikahan para idola menjadi pengingat bagi para lajang untuk tidak terlena dengan kemegahan resepsi pernikahan yang beredar viral. Jauh lebih bijak saat para lajang sibuk dalam mematangkan diri ketimbang sibuk mematangkan resepsi idaman semata. Toh resepsi hanya berlangsung selama 3 jam sementara rumah tangga berlangsung seumur hidup. 

Di sisi lain, pernikahan para idola juga mengingatkan para lajang untuk lebih realistis dan tidak menaruh harapan terlalu tinggi ketika membayangkan sosok calon pendamping hidup. Toh harapan itu takkan serta merta menggiring para lajang pada umumnya untuk dipertemukan dengan jodoh serupa Raisa, Bella, Hamish atau Emran. Percayalah, cerita cinta seumur hidup yang dijalani sendiri akan terasa jauh lebih ideal dibandingkan hubungan asmara idaman yang dinobatkan sebagai #relationshipgoals di linimasa media sosial terkini sekalipun. 

Avatar
dokterfina

menikah : membangun peradaban baru yang harus lebih banyak membawa kebermanfaatan untuk ummat. 

Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia
Jika ini tentang seberapa, maka aku mencintaimu secukupnya saja. Namun jika ini tentang bagaimana, maka aku mencintaimu sebaik-baiknya.

— Taufik Aulia

Avatar

Kita tau orang-orang yang sengaja menghilang, tak benar-benar ingin pergi dari kehidupan kita. Hanya saja, belum siap menerima segala hal yang di harapkan tak menjadi kenyataan -- dari hadirnya kita dikehidupannya. Kita, yang sedang 'melihat' bagaimana cara -- ia mengobati dirinya sekarang, juga tak perlu berusaha membuatnya baik-baik saja. Tak perlu pula merasa mengecewakannya. Kita hanya perlu menerima diri kita untuk memahami, bahwa makna dijauhi dan tidak dipedulikan ini adalah caranya untuk sembuh. Karena luka yang sembuh, hanya bisa di obati dari diri sendiri yang tau bagaimana cara untuk sembuh. Semoga lekas sembuh, ya.

Avatar
Untuk setiap yang diperjuangkan, ditunggu, dijalani, dan dibayangkan, bersiaplah untuk semua twisted ending yang mungkin belum pernah kita perkirakan. Tapi, tetap tenang dan bersabar, ya! Allah menjanjikan ada kebaikan di setiap ketetapan, bukan?
Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia

Pernah gak, saat tekanan lagi banyak-banyaknya dan kekalutan seperti tak terbendung lagi, kamu mencuri sebagian waktu untuk tilawah, dan dalam tilawahmu itu kamu menangis dengan alasan yang tak kamu mengerti? Kalau jawabannya tak pernah, lalu kepada siapa kamu melarikan segudang resah dan gelisah?

— Taufik Aulia

Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia

Kepulangan para lelaki yang kelelahan itu, adalah untuk mencari sepenggal firdaus di rumahnya sendiri. Maka tanggung jawab para wanita, menjadikan rumah itu sebagaimana surga yang ada di telapak kakinya.

— Taufik Aulia

Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia

Kepulangan para lelaki yang kelelahan itu, adalah untuk mencari sepenggal firdaus di rumahnya sendiri. Maka tanggung jawab para wanita, menjadikan rumah itu sebagaimana surga yang ada di telapak kakinya.

— Taufik Aulia

Avatar
reblogged

7 Anger Management Tips

1. Don’t say anything until you’re feeling calm. We often regret what we say when we are mad.

2. Think before you speak as you can’t take back your words.

3. Be simple and clear when you express what bothered you. Don’t be disrespectful, rude or hyper-critical.

4. Choose to leave the room or to distract yourself when you feel your emotions are really being stirred.

5. Try, if you can, to get some exercise as that reduces stress, and changes physiology.

6. Think about the people you enjoy being with, as that will remind you that not everyone is bad.

7. Try to plan ahead so you have some strategies when you feel the anger rising, and you need to take control.

Avatar
reblogged

di depan sana

Didepan sana, akan ada banyak yang harus dilewati, juga terlewati, juga hal-hal yang memang harus kamu lewatkan sekuat apapun kamu menginginkan. Jadi, siapkanlah hatimu untuk selalu berani dalam mengambil setiap keputusan yang harus diambil dalam perjalanan ini. Akan ada banyak keputusan, tidak semuanya selalu menyenangkan, lebih banyak membuatmu bimbang. Selalu ingat-ingatlah kemana tujuanmu agar kamu bisa lebih bisa menerima segala kenyataan yang harus kamu temui.
©kurniawangunadi
Avatar

Udah 2 hari ini agak merasakan sakit di bagian perut sebelah kanan. Searching-searching, bisa jadi usus buntu, bisa jadi batu ginjal, dan bisa jadi maagh.

Kilas balik apa yang udah aku makan, dan apa yang udah aku lakukan kemarin-kemarin. Udah diingetin ayah jangan capek, tapi merasakan banget kalau kemarin capek banget.hmm, tapi enggak dirasa gitu sih soalnya seneng-seneng aja. Udah diingetin ayah, jangan lupa makan. Dan perihal makan, emang suka gapeduli gitu. Kadang makan sehari sekali, karena gak inget buat makan bukan diet ya.

Baru merasakan pentingnya menjaga makanan, minum air putih, sekarang setelah udah insecure ini tuh perut kenapa. Kebiasaan kalau udah di tegur baru paham.

Alhamdulillah, Allah baik banget kasih sakit disaat emang riri udah bener-bener lupa menjaga kondisi diri sendiri.

Ya, ayokkk minum air putih, madu dan habbat!

Avatar
reblogged
Avatar
philosofio

Hai, Nak!

Kata bidan, hari ini usiamu sudah 17 minggu. Siang tadi aku dan ayahmu pergi kontrol untuk memastikan keadaanmu. Juga mengadukan keadaanku yang sudah berhari-hari kram tangan dan batuk. Tapi kita baik baik saja kan? Seperti yang setiap hari dalam hati kuucapkan; kau baik baik saja, kau kuat, dan aku akan menjadi seorang ibu.

Nak, sebetulnya aku punya banyak kekhawatiran tentang kita. Aku takut kehilangan waktu, kehilangan diri sendiri juga. Untuk tidak kehilangan itu semua, aku harus berani mengambil keputusan. Bahwa untuk bisa selalu ada, aku harus mengorbankan sesuatu. Karena kau berharga, Nak.

Aku tak peduli akan visi misi dan cara hidup orang lain. Aku harus berani, Nak. Mengambil keputusan dan menerima risiko. Kelak akan kuberi tahu.

Kehadiranmu, menuntutku memberikan hak lebih dulu kepadamu. Setidaknya aku harus selalu ada sampai nanti usiamu menginjak 6 atau 7 tahun. Aku ingin ada, menjadi semesta bagimu, menjadi tempat bertanya paling mengasyikkan. Seperti guruku, temanku, dan ibuku. Aku ingin dekat denganmu, aku ingin kau tau bahwa kau memilikiku.

Temanku menomorduakan passion mengajarnya untuk gadis kecilnya. Setelah melahirkan anak keduanya ini, dia bilang ingin di rumah memperbanyak quality time dengan kedua buah hatinya. Dia bilang “takut mendahulukan yang sunnah dan meninggalkan yang wajib” pada suatu siang ketika kami berjumpa.

Nak, setiap orang punya cara dalam mengasuh anak anaknya. Pengalaman banyak orang di sekitarku membentuk pola pikirku, tapi tetap saja mengambil keputusan itu sulit. Sesekali kita akan terbentur opini orang lain, sekali lagi kita akan terbentur oleh ego logika kita. Tapi Nak, tugas utamaku adalah menjadi sekolah pertama bagimu. Entah bagaimana caranya? Aku pun tak bertitel sarjana pendidikan. Semoga denganku, kau akan tau rasanya menyenangkan itu seperti apa.

Laki laki atau perempuan, kau harus kuat pendirian dan aqidah. Dunia ini berputar cepat, terkadang kejam juga jahat. Tapi kau jangan, ya?

Nak, kita tak saling memilih. Allah yang memilihkan kau menjadi buah hatiku, Allah memilihkan aku menjadi ibumu. Semoga kita bisa sama-sama bersyukur kelak saling memiliki.

Sehat selalu sayang, my favorite precious little one. I love you before I met you ❤️

Perasaan baru kemarin curhat, skrg udah ini postingannya😢😢 Doaku untukmu, sis.. sehat-sehat😢

Avatar

Surat Terbuka untuk Orang-Orang yang Memutuskan Akan Menikah Tanpa Berpacaran

“Dulu sekali, menikah tanpa berpacaran hanyalah milik komunitas yang sungguh spesifik. Biasanya alasan yang menyertainya begitu ideologis bernuansa politis. Tentu saja saya tak membicarakan model pernikahan ala Siti Nurbaya dalam perkara ini. Karena pernikahan dengan cara perjodohan, baik paksa ataupun lembut, biasanya juga tak diawali dengan berpacaran. 

Belakangan, konsep menikah tanpa pacaran merebak layaknya berudu di musim penghujan. Tak peduli lebarnya cuma lima-enam jengkal, asalkan lubang itu cukup cekung untuk menampung hujan, hilir-mudiklah kita lihat para kecebong di sana. Tak harus sudah malang-melintang di dunia per-liqo-an sekian tahun. Tak juga perlu sudah lintang-pukang menempel-nempel poster dakwah (baik yang sifatnya politis atau apolitis). Beberapa orang enteng saja berujar, “saya gak mau pacaran. Taaruf aja.” Terserahlah apa yang orang ini maksud dengan “taaruf”, entahkah benar-benar menggunakan perantara dalam segenap komunikasi para calon yang hendak menikah, atau hanya sekadar eufimisme untuk “pacaran-yang-jangka-waktunya-lebih-pendek-dan-memiliki-tujuan-pernikahan-yang-lebih-jelas-dari-pacaran-konvensional” saya haturkan “surat terbuka” ini.

Surat terbuka ini tentu saja bukan seperti surat terbuka pada umumnya. Tak ada pihak yang ingin saya persalahkan. Tak ada juga pihak yang ingin saya benarkan. Saya memilih term “surat terbuka” biar kekinian saja kok. Gak ada maksud lainnya.

Nah, di surat terbuka ini saya hanya ingin menyampaikan arahan-arahan yang akhir pekan kemarin telah saya sampaikan kepada beberapa Kakak Guru Sekolah Bermain Matahari. Yah, mereka memang sering meminta “fatwa” saya untuk urusan-urusan hidup mereka. Padahal mereka pun sebenarnya sudah mafhum, hidup saya saja tak lurus-lurus amat. Akan tetapi tentu tak elok jika makan siang bersama setelah selesai mengajar di @sbmatahari , hanya diisi dengan senyap dan sesekali melihat lini masa sosial media. Suara kemerosok dari seseorang yang sok bijak dan memiliki selera humor kelas atas, tentu lebih menarik didengar sembari mengunyah nasi sebanyak 30 kali, sebagaimana sunah Nabi.

Presentism

Gaya bukan main kan sub judul di atas? Kalau kamu penasaran, tentu kamu sudah langsung meng-google-nya sebelum sampai ke kalimat ini. Kalau kamu meng-google-nya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (alias PUEBI asal tahu saja, EYD itu sudah out of date), yaitu tentu saja mengetik kata “presentism” di laman Google, bukannya di Bing apalagi Yahoo, kamu akan menemukan bahwa istilah itu berarti bahwa kita, manusia yang fana lagi tempatnya khilaf ini, punya kecenderungan melihat masa lalu dan masa depan sebagaimana keadaan saat ini.

Contoh sederhananya kira-kira begini.

Dulu waktu saya masih SD, keinginan saya sungguh sederhana, sumber kebahagiaan saya juga, saya tak ingin ada yang mengusik keberadaan saya di depan televisi dari jam enam pagi hingga sebelas siang pada hari Minggu, tak peduli orang itu adalah ayah, ibu, bahkan Pak Harto (waktu itu blio yang jadi presidennya, jika kamu bertanya). Waktu itu saya bahkan berpikir, kenapa ya ayah dan ibu saya tak ikut menonton film-film yang saya ikuti. Ayah saya malah asyik membantu ibu membilas pakaian yang telah dicuci. Ibu saya apalagi, asyik sekali menyuruh-nyuruh saya membeli telur-lah, minyak lampu-lah, ke warung yang jaraknya dari rumah bisa menghabiskan satu sesi film dan satu sesi iklan. Melihat ketidaktertarikan mereka ini, saya berjanji dalam hati, meskipun saya setua mereka nanti, saya akan tetap melestarikan perilaku Minggu saya ini. Hasilnya? Waktu saya SMA, saya sudah muak dengan segala macam rollerblade dan semua anak yang berambut warna-warni itu.

Kembali ke urusan pernikahan. Beberapa perempuan entah karena terlalu banyak menonton film Bang Haji Rhoma, menginginkan suami yang memberikannya kata-kata romantis setiap pagi. Ia berpikir pasti hidup yang diawali dengan puisi adalah hidup yang sungguh layak dijalani. Padahal nanti, ketimbang puisi, perempuan-perempuan ini akan lebih membutuhkan jenis laki-laki yang tak malu bertanya kepada mbak-mbak Alfamart (serius saya lebih suka dengan Alfamart ketimbang Indomaret. Pertama, Alfamart berbagi huruf pertama “A” sebagaimana nama saya. Kedua, pada Indomaret ada kata “maret” yang tak sesuai dengan bulan lahir saya “Agustus” yang lebih patriotik dan juga berawalan “A”.) di mana letak Laurier ukuran 1 milimeter. Lagi, ketimbang puisi, perempuan-perempuan ini akan lebih membutuhkan jenis laki-laki yang bernapas panjang. Meskipun sudah letih bekerja seharian masih kuat mengajak anaknya yang baru pandai berlari, berkejar-kejaran dari blok A hingga Z kompleks mereka.

Beberapa semua pria memimpikan isteri yang jika pun tak secantik Raisa, paling tidak sebelas(tiga perempat)-dua belas dengan Maudy Ayunda. Jauh di hatinya, ia merasa, jika menikah berarti menyelesaikan separuh agama, menikah dengan perempuan cantik berarti menyelesaikan tujuh perdelapan agama (kalau kamu sudah bosan dengan becandaan bilangan pecahan ini, sama kok, saya juga berpikir “apa matematika memang tak pernah bisa dibawa ke urusan tak serius ya?”). Laki-laki model begini, pastilah tak pernah tahu untuk mencapai wajah se-flawless Raisa, berapa banyak botol skin care yang harus dibeli. Jangankan tahu harganya, istilah toner, essence, lip mask, atau sleeping mask, saja insya Allah tak pernah mampir ke gendang telinga mereka. 

Saya tak bilang Raisa tidak kuasa membeli sendiri semua itu ketika ia menikah nanti, saya cuma mau bilang, “memangnya mukamu macam Hamish Daud heh, pengen isteri macam Raisa?

Begitulah. Apa-apa yang kita pikir kita butuhkan nanti ketika menikah ternyata itu hanyalah keinginan sepele hari ini. Sungguh otak kita tak bisa diajak bekerja sama dalam perkara-perkara memprediksi masa depan model begini. Apalagi jika kita telah disekap dengan kuatnya kebiasaan orang-orang di sekitar dan bumbu-bumbu yang ditawarkan sinetron dari tipi yang suka menyetel mars partai yang mirip nama BUMN itu. Kita kekeuh membeli beberapa bungkus Indoemie mi goreng hanya karena terpana melihat betapa seorang Al (El dan Dul, tak lengkap rasanya jika tak disebut ketiganya.) saja memulai harinya dengan mi goreng instan. Kita lupa kebiasaan kita membeli mi tek-tek yang lewat di depan kos setiap pukul 21.13 WIB itu dikarenakan di kamar kos kita tak tersedia panci, apalagi kompor.

Performance Paradox

Lagi-lagi istilah asing. Biar keliatan intelek, saya memang suka mengutip istilah-istilah keren macam ini. Padahal yah gak ngerti-ngerti amat jugak. Namun, jika mau diringkas performance paradox berarti gak nyambungnya nilai indikator suatu performa dengan nilai performa yang sebenarnya.

Ringkasnya kita langsung masuk ke contoh saja.

Semua orang tentu ingin pasangan yang saleh atau salihah. Biasanya jika ia adalah laki-laki, ia menginginkan yang salihah, jika ia menginginkan pasangan yang saleh, ya tidak apa-apa juga. Mungkin ia memiliki pengetahuan bahasa Arab yang lebih baik dari saya. Bukankah muslim itu berarti orang Islam baik laki-laki ataupun perempuan. Bisa jadi saleh ya laki-laki, ya perempuan juga. Sungguh kesotoyan yang bercampur dengan kebencian dan dibumbui sedikit prejudice adalah sumber segala macam peperangan yang pernah terjadi baik di dunia ini ataupun di dunia Tyrion Lannister sana.

Balik lagi ke laptop. Saya ulangi lagi, semua orang tentu ingin pasangan yang saleh atau salihah. Masalahnya muncul adalah bagaimana menentuka seseorang itu saleh atau tidak. Pada titik inilah muncul indikator. Entah karena malas untuk berpikir atau terlampau percaya dengan “kata orang” beberapa orang perempuan yang saya kenal menjadikan “ngaji” sebagai indikator dari performa kesalehan yang ia ingin dapatkan. Di otaknya yang cuma sejengkal itu ada semacam kepercayaan yang berkecambah, jika seseorang sudah “ngaji” berarti ia saleh semata. Ia tak pernah menunda bersemainya belief tadi dengan meluangkan waktu untuk bertanya, bagaimana orang tersebut menjalani aktivitas “ngaji”-nya? atau keinginan sendiri, dipaksa, atau sekadar ikut-ikutan-kah sehingga ia me”ngaji”? atau proaktif atau pasif belaka-kah ia ketika “ngaji”? atau rajin datang atau jika waktunya benar-benar kosong-kah baru ia hendak hadir ke forum “ngaji”-nya? Astagfirullah.

Ada pula laki-laki yang saya kenal membuat keinginan (alhamdulillah-nya) lebih spesifik: memiliki pemahaman agama yang baik. Ndilalahnya, indikator yang dibuat begitu buruk: ukuran jilbab yang digunakan. Semakin panjang jilbab yang digunakan, semakin baik pemahaman agamanya. Jika dililit di leher, mungkin baru bisa Iqra jilid satu. Jika terjulur ke dada dengan pinggir samping jilbab menutup setengah bahu, mungkin mau tamat Iqra jilid enam. Jika pinggir samping kiri-kanan telah sempurna menutup hingga siku, mungkin telah lulus program tahsin. Jika ujung jilbabnya sudah menutup hingga hampir mencapai lutut, sudah pasti ia telah hafal minimal tujuh surat panjang dalam Al Quran. Sungguh perkiraan-perkiraan yang berpotensi besar akan membawa kekecewaan nan panjang.

Nah, pada sesi ceramah saya biasanya ada sesi tanya jawab biar kesannya lebih demokratis dan bukan ajang indoktrinasi. Ada Kakak Guru Sekolah Bermain Matahari yang bertanya, “untuk menunjukkan bahwa ia adalah pria yang bertanggung jawab, bisa tidak kita melihatnya dengan apakah ia bertanggung jawab dengan pekerjaannya saat ini?”

Sungguh pertanyaan yang sangat brilian bukan? Bukankah indikator yang dinilai dengan performa yang mau disasar sudah cukup dekat: bertanggung jawab sebagai pria, bertanggung jawab sebagai pekerja. Jawaban saya sederhana saja, “betapa banyak keluarga yang hancur karena tak becus mengurus rumah tangga, padahal di lingkungan kerjanya dikenal sebagai pria atau perempuan yang sungguh berprestasi lagi dihormati”.

Persoalan pada performance paradox sebenarnya ada dua. Pertama, performa yang disasar begitu subtil. “Memiliki agama yang baik” memang jika dibaca baik-baik, sungguhlah romantis, agak melankolik malah. Akan tetapi, mau tidak mau, “baik” yang disandingkan pada “agama” itu musti kita definisikan lebih konkrit. Agar kekecewaan tak datang di kemudian hari. Ingatlah selalu peribahasa yang menyatakan bahwa, penyesalan selalu datang di akhir, jika ia datang di awal kita sebut itu perencanaan. Kedua, indikator yang digunakan untuk mengukur performa tak boleh sedikit, apalagi tunggal. Mana mungkin kita bisa mengetahui baik tidaknya bacaan Quran seseorang dengan melihat panjang jilbabnya. Jika kita mau tahu, silahkan langsung minta ia membaca beberapa ayat di depan kita. Kalau tak mau langsung ya minta direkam. (Kalau ia tidak mau dengan alasan suara perempuan adalah aurat, yah kamu pikir saja sendiri, kamu sebenarnya mau mencari isteri atau sedang melakukan seleksi musabaqah tilawatil quran tingkat kabupaten?)

Availability Heuristics

Sebenarnya saya ingin membuat sub judulnya, “Manusia Boleh Berencana, Tuhanlah yang Menentukan”. Setelah saya baca-baca lagi, kok ya terlalu dangdut, terlalu sesuai dengan diri saya, tulisan yang baik gak boleh terlalu mengumbar preferensi personal nanti gak obyektif lagi.

Saya langsung berikan contoh saja ya, sementara kamu googling dulu sana arti availability heuristics.

Seorang pria dengan niat tulus ikhlas ingin segera menikah. Ia tulis berderet-deret daftar yang harus dipenuhi seorang perempuan sehingga secara objektif perempuan ini memang adalah isteri yang tepat untuknya. Ia letakkan di posisi paling atas “restu ibu” karena ia tahu meskipun perempuan yang ia pilih baik jika ibunya tak merestui tak akan ia bisa melanjutkan ikhtiarnya itu. Di posisi berikutnya ia tulis berbaris rapi, “seakidah”, “satu manhaj”, “satu ustadz”, “satu almamater”, “satu suku”, “satu nusa”, “satu bangsa”, “satu bahasa”, “kita”, “iya, kita, kan sudah gak ada aku dan kamu lagi.” List macam apa ini?
Mulailah ia lakukan usahanya. Ia bergerilya masuk dari satu pengajian ke pengajian yang lain. Bertanya dari satu teman ke teman yang lain. Dari satu ustad ke ustad yang lain. Sampai akhirnya ia bertemu dengan perempuan yang masuk ke semua kriterianya. Ia bahkan telah memperkenalkan perempuan itu ke ibunya. Ibunya setuju. Pertemuan berikutnya perempuan itu bercerita hal yang begitu personal. Dulu sekali, kisah durjana itu datang padanya. Ada seorang pria entah dari mana datangnya. Tiba-tiba menghalangi jalannya menuju sekolah. Hal itu terjadi. Perempuan itu butuh bertahun-tahun untuk menghilangkan traumanya. Demi mendengar cerita perempuan tadi, sang pria terkulai. Ia bingung, bagaimana mungkin kriteria macam begini bisa terlewat olehnya. Ia juga bingung pada dirinya sendiri, bagaimana mungkin satu kriteria yang bahkan tak ada di kepalanya ini bisa menggoyang belasan kriteria yang dipenuhi perempuan yang ada di depannya itu.

Begitulah. Kita hanya memikirkan hal-hal yang sedang dekat dengan kita, yang baru saja kita alami, yang baru saja kita baca, yang baru saja kita bicarakan, yang baru saja kita dengar. Hal-hal yang jauh dari itu, kita anggap seolah-olah tak ada. sehingga tak layak dijadikan pertimbangan untuk memutuskan sesuatu.

Oleh karena itu, banyak-banyaklah berbincang dengan orang-orang yang telah menjalani. Meskipun hidup kita dan hidup orang-orang itu tak benar-benar sama, paling tidak kita akan mendapat sedikit masukan, hal-hal apa sebenarnya yang akan terjadi pada orang-orang tersebut.

Demikianlah tiga hal, yang harus kamu, khalayak yang memutuskan akan menikah tanpa berpacaran hiraukan (perhatikan, “hirau” berarti “perhatikan” begitu pula “acuh”. Jangan semena-mena diartikan “abai” yang bermakna ”tak peduli”. Sungguh orang-orang yang masih tak jua paham masalah ini, tak layak marah-marah kepada Malaysia karena telah membolak-balik Merah Putih, lah dia sendiri setiap hari masih membolak-balik Bahasa Indonesia. Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri!). Akhirul kalam, semoga surat terbuka ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Salam.

Avatar
reblogged
Avatar
herricahyadi

Doa itu artinya menunggu. Sebab selain keyakinan dan kesabaran, ini semua hanyalah masalah waktu.

Akan sangat terasa syukur dan magical feeling nya ketika sudah benar-benar tepat waktu.

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.