5 Hal dari Hospital Playlist (2020)
Ada hal yang membuat saya keranjingan menonton drama Korea, selain karena memang membuat ketagihan karena alur ceritanya yang membuat saya tidak berhenti menonton hingga tamat adalah karena drama Korea tahun-tahun belakangan semakin menawarkan sesuatu yang berbeda, unik, sesuai perkembangan zaman, dan yang paling penting (bagi saya) adalah membuat saya bisa memetik banyak sekali pelajaran.
Pada dasarnya saya selalu suka memetik pelajaran-pelajaran dari setiap adegan. Memang saya begitu, setiap kali menonton adegan tertentu dan itu berkesan karena saya pikir penulis benar-benar ingin menyampaikan pesan, saya langsung merasa terinpsirasi. Tidak jarang, saya langsung membuka notes/google keep untuk menuliskan apa yang saya dapatkan.
Kali ini drama yang menemani situasi pandemi untuk beraktivitas di rumah. Sayang saya menontonnya setelah tamat season pertama (lebih tepatnya saya baru menonton mulai dari Senin kemarin dan selesai pagi ini). Waktu itu saya belum paham ternyata cukup menyenangkan juga menonton on going drama, saya kira dulu itu sangat menyiksa. Saya juga sempat mundur menonton drama ini karena adegan pembuka yang kurang sreg bagi saya, sehingga tidak langsung membuat saya bertahan untuk menonton. Salah satu alasan yang membuat saya bersabar dan terus melanjutkan (di waktu yang tepat, yaitu ternyata berjodoh minggu ini) adalah karena terlalu banyak orang di sekitar saya yang memuji drama ini. Orang-orang yang saya kagumi penilaiannya, misalnya saja kak Avina Anin yang senang sekali drama ini bahkan mengulang-ulang OSTnya di Spotify, membuat saya bersemangat menonton (dan juga kecanduan memutar berulang OSTnya). Ada beberapa pelajaran yang berkesan sekali bagi saya, sehingga saya setuju menonton episode demi episode membuat hati saya merasa hangat.
1. Bagi saya fim ini benar-benar mengajarkan hidup yang seimbang. Ide cerita mengawinkan profesi dokter dan hobi bermain band benar-benar menarik. Tidak hanya itu, saya membaca bahwa drama ini tayang hanya 1x seminggu dengan alasan jam kerja yang sehat bagi seluruh pihak yang terlibat. Ah, bagi saya itu sikap yang berintegritas. Tidak hanya menggambarkan bagaimana usaha menyeimbangkan hidup, namun juga mengimplementasikannya di balik layar. Bagi saya hidup yang seimbang (work-life balanced) adalah hidup yang tidak hanya fokus pada satu hal saja. Bukan, bukan karena bekerja adalah hal negatif (karena saya sangat suka bekerja), namun saya pikir, terlalu fokus hanya pada satu hal saja dan melupakan hal-hal lain bukanlah sesuatu yang sehat. Jadi, bukan aktivitas kerjanya, karena kalau main terus dan tidak fokus bekerja juga sama-sama tidak sehat bagi saya.
2. Tentang persahabatan dan keluarga. Saya merasa iri dengan kelompok pertemanan ini. Dalam kehidupan saya, entah mengapa saya tidak mempunyai kelompok pertemanan laki-laki dan perempuan. Sepertinya kita akan ‘salahkan’ saja nilai-nilai yang saya percaya ya (HAHA). Saya kira menarik sekali memiliki kelompok pertemanan berisi perempuan dan laki-laki, kemudian pernah ada perasaan tertarik sebagai lawan jenis kemudian akhirnya tetap bisa bertahan sebagai teman. Dinamika hubungan seperti itu menyenangkan sekali untuk dimiliki. Tentang keluarga, tentu drama ini bercerita banyak tentang isu keluarga. Baik keluarga dari para tokoh utama, maupun keluarga pasien. Drama medis menceritakan pasien dan keluarganya membuat saya teringat bahwa kita perlu bersyukur ketika kita memiliki keluarga yang harmonis yang mampu memberikan dukungan dalam sehat maupun sakit. Bagaimana perjuangan mendonorkan organ, memperjuangkan agar anggota keluarga mendapatkan pelayanan terbaik dari tenaga kesehatan agar bisa sehat dan selamat, belajar melepaskan ketika memang sudah takdirnya demikian. Beberapa cerita kematian mengajarkan saya tentang melepaskan dan memaafkan.
3. Kerja Kemanusiaan. Bagi saya profesi dokter sangat mulia (profesi lainnya pun begitu), sama-sama mulia seperti profesi seorang Pastor. Saya benar-benar berusaha berempati ketika Ahn Jung Won ingin menjadi Pastor, mungkin karena kedekatan secara langsung kepada Tuhan dibandingkan profesi dokter ya. Awalnya saya kira kedua profesi tersebut sama-sama menjunjung tinggi kerja kemanusiaan. Saya benar-benar terinspirasi dengan apa yang Ahn Jung Won lakukan dengan program Daddy Long Legs-nya. Sepertinya menurun dari ayahnya ya, sama-sama senang berbagi. Saya kira sudah seharusnya kita berbagi. Pasti sangat menyenangkan, kita bekerja mendapatkan uang, dan uang tersebut dapat kita putar untuk membantu banyak orang. Profesi sehari-harinya saja sudah menolong orang. Seperti menolong orang lain adalah passion-nya. Saya ingin sekali demikian, hidup sederhana saja, sehingga sisanya bisa dimanfaatkan untuk yang benar-benar membutuhkan.
“A beautiful woman is a beautiful woman, but a beautiful woman with a brain is an absolutely lethal combination.”
― Prabal Gurung
4. Kelima tokoh utama digambarkan memiliki wajah rupawan (ya bagi saya Yang Seok Hyung imut lah walaupun mungkin ga begitu ganteng hehe), otak yang cerdas (dan rajin belajar), serta hati yang luar biasa peka. Penggambaran dokter yang ada di drama ini bagi saya IDEAL. Saya juga rasanya tenang kalau saya sakit kemudian ditangani oleh salah satu dari mereka berlima. Saya bertanya-tanya apa benar dokter di kehidupan nyata seperti mereka? Dokter-dokter yang selalu berjuang dengan maksimal. Saya benar-benar mendapatkan gambaran bagaimana mereka berusaha sampai akhir. Saya benar-benar jatuh cinta kepada dokter Ahn Jung Won (urutan pertama), kemudian Lee Ik Joon, dan Chae Song Hwa, Yang Seok Hyung, dan Kim Joon Wan (saya tidak sanggup lagi membuat urutan). Menonton mereka membuat saya merasa terinspirasi untuk belajar sebaik-baiknya agar menjadi ahli mengenai apapun yang kita lakukan. Saya juga belajar dari dokter residen Chu Min Ha yang tidak kabur meski menghadapi kesulitan. Dalam drama ini juga digambarkan penghormatan yang seharusnya kepada profesi perawat.
Jujur saja, menonton drama ini mengingatkan saya dengan Grey’s Anatomy (yang sampai sekarang masih saya ikuti ceritanya). Saya juga senang Alex Karev sebagai dokter bedah anak dan Meredith Grey yang akhirnya fokus di bedan umum. Saya juga selalu kagum dengan bedah saraf dan torakoplastik (saya baru tahu istilah tersebut, saya kira terjemahannya adalah kardiotoraks). Drama ini membuat saya kagum juga dengan dokter OB-GYN. Satu pelajaran yang sama-sama saya dapatkan adalah dalam kedua drama tersebut, digambarkan bahwa dokter tidak melupakan pasien-pasiennya, yang sembuh tapi kasusnya berkesan, atau yang meninggal. Saya baru tahu apakah benar seharusnya demikian? Luar biasa mulia, menganggap nyawa manusia benar-benar berharga, sehingga ketika pergi, ada bagian diri kita yang juga hilang.
Pada drama ini, ada hal yang saya kira lebih bagus digambarkan dibandingkan Grey’s Anatomy, yaitu bahwa dokter juga manusia. Digambarkan dokter juga merokok, dokter juga bisa saja kena tipu kontrak sewa tempat tinggal, dan dokter juga bisa sakit. Penggambaran yang manusiawi, yang meski mereka hebat sekali, mereka bukan Tuhan, mereka manusia yang sama seperti kita. Dokter juga selalu digambarkan berterima kasih kepada pasien karena mau bertahan, mereka hanya membantu melalui proses operasi.
5. Terakhir, saya kira masih banyak, tapi baiklah kita selesaikan saja di poin ini (kecuali ada hal vital yang saya ingat lagi). Saya belajar dari dokter Yang Seok Hyung tentang kehamilan. Bahwa seringkali orang tua, khususnya lagi calon ibu sering menyalahkan diri sendiri ketika terjadi sesuatu dengan kandungannya, sehingga hal tersebut membuat beban mental. Akan tetapi, setiap perkataan yang disampaikan dokter membuat saya sangat terharu. Terima kasih sudah berjuang, mari berjuang bersama-sama, mari mengusahakan yang terbaik. Ibu sudah berusaha sampai akhir. Ibu hebat, Bapak terima kasih sudah mendampingi.
Empati sesama Ibu juga luar biasa. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari saya melihat fenomena perempuan bisa lebih jahat kepada sesama perempuan, dalam drama ini tidak. Saya merasa perempuan calon ibu merasa terhubung satu sama lain berempati karena menjalani pengalaman yang serupa.
Dokter OB-GYN yang saya maklumi antrian janji temunya panjang. Saya pun lagi-lagi ingin bertemu dokter seperti itu di kehidupan nyata (jarang bertemu dokter Alhamdulillah, jadi mungkin belum banyak bertemu yang seperti di drama hehe).
Begitulah mengenai #apaapayangsayapelajari dari drama ini. Saya bersyukur di akhir episode terakhir sudah langsung disampaikan bahwa akan ada season selanjutnya di tahun depan.
Saya memutuskan menulis panjang lebar apa yang saya pelajari dari drama ini, karena ketika saya tidak menuliskannya, sejujurnya saya lupa. Saya tidak ingin lupa kesan yang saya dapatkan ketika menonton drama ini, maka saya mengabadikannya disini. Saya titip ya halaman Tumblr..