Avatar

Let's Running!!!

@letsrunning / letsrunning.tumblr.com

리야스. Ailurophilia. Blue. You can't read my mind, but you can "read" my mind.
Avatar

[Kali Pertama Bertiga ke IBF] Kemarin sore, kami bertiga pergi ke acara Islamic Book Fair (IBF) di GOR UNY dan ke Gubug Ngemil. Bagiku dan Umar, itu kali pertama kami pergi ke daerah utara bersama Mas pasca persalinan. Sebab, sebelum Umar genap dua bulan, biasanya kami hanya "jalan-jalan" ke PKU Muhammadiyah Gamping, Klinik Firdaus, dan Puskesmas Wirobrajan. Seputar itu saja. Sepanjang perjalanan menuju GOR UNY, Umar seperti biasa terlihat suka sekali menikmatinya. Matanya terpejam dan tubuhnya terasa terhipnotis dengan sejuknya angin mobil. Meski beberapa kali sempet rewel, tetapi Umar lebih banyak antengnya. Bagi para orang tua, apalagi orang tua baru seperti aku dan Mas, "kerewelan" Umar menjadi hal yang kami takuti ketika membawanya jalan-jalan. Padahal, setelah kupikir-pikir dan setelah beberapa kali pergi bersama Umar, seanteng-antengnya bayi, tentu akan ada rewelnya juga ketika sedang bepergian. Apalagi ketika dia merasa lapar atau merasa tidak nyaman. Hal lainnya yang terasa sekali berubah ketika akan bepergian yaitu barang-barang yang kami bawa. Dulu, kalau mau pergi paling hanya membawa ponsel-dompet masing-masing, mukena, dan air minum. Kalau sekarang, semenjak ada Umar, barang yang dibawa bertambah banyak. Bahkan barang yang kira-kira akan dibutuhkan jauh lebih banyak dari barang yang aku dan Mas bawa. Popok, minyak telon, tisu basah, tisu kering, kain, termometer, topi, selimut bertopi. Malah serasa ingin membawa satu box perlengkapannya Umar karena takut ada yang kurang. Meski perjalanan kemarin terasa begitu singkat dan terasa "terburu-buru oleh waktu", hanya belasan menit di GOR UNY, mencari al-matsurat dan keliling sebentar. Setelahnya kami berjalan menuju Gubug Ngemil untuk bertemu Bunda Sinta Yudisia. Lalu kami datang dan menyapa Beliau. Ternyata Beliau masih ingat kalau pernah bertemu denganku setahun yang lalu. Ketika tahu Mas juga anggota FLP, sontak Beliau berkata kepada kami, "Wah, nanti kita harus foto bareng. Biar yang lain tahu kalau di FLP juga bisa ketemu jodoh." Perkataan Beliau seketika membuatku senyum-senyum sendiri dan merasa "gimana-gitu" karena penulis seterkenal Beliau yang justru minta foto bareng. #riasrise https://www.instagram.com/p/B0v6xzAH9tk/?igshid=sr380aih1ios

Avatar

[(Belajar) Menjadi Orang Tua] Bagiku, ada banyak fase kehidupan yang tak kusangka sudah dan sedang kulalui. Lulus SMA, menjadi mahasiswa di kampus yang diimpikan, wisuda, menikah, hamil, melahirkan, meng-ASI-hi. Setiap fasenya memiliki nikmat dan tantangannya masing-masing. Terlebih ketika sekarang memasuki fase meng-ASI-hi, menjadi orang tua, menjadi seorang ibu. Setelah menjadi ibu, baru kusadari bahwa sejak lahir--bahkan mungkin sejak dalam kandungan--kita sudah merepotkan orang tua kita. Namun, orang tua memiliki sejuta kasih sayang yang senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kita yang saat bayi belum bisa berbicara, hanya bisa merengek dan menangis sebagai cara kita berkomunikasi, menyampaikan apa yang kita inginkan kepada orang tua dan sekitar kita. Begitu pun dengan Umar saat ini. Dia hanya merengek dan menangis ketika menginginkan sesuatu. Dan sebagai orang tuanya, aku dan Mas--terlebih aku--mencoba peka sembari menerka apa yang Umar mau. Meski di awal kelahirannya, aku sulit sekali memahaminya. Namun, lambat laun kami dan Umar sama-sama belajar. Aku dan Mas belajar memahami bahasanya Umar. Menangis karena tidak nyaman. Menangis karena kelaparan. Menangis karena tidak mau minum sambil tidur atau duduk, tapi ingin sambil berdiri. Menangis karena ingin digendong. Menangis karena ingin digendong sambil jalan-jalan. Menangis karena merasa silau. Menangis karena merasa gerah. Menangis karena merasa sakit. Atau menangis karena popoknya penuh. Umar pun belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain dan beradaptasi dengan lingkungan. Belajar untuk menyusui. Belajar mengenali sekitar, terutama mengenali wajahku dan Mas. Belajar miring ke kanan. Belajar miring ke kiri. Belajar melihat sekitar. Belajar tengkurap. Belajar duduk. Belajar merangkak. Belajar berdiri. Belajar berjalan. Satu yang pasti, aku, Mas, dan Umar sama-sama belajar menjadi orang tua dan menjadi anak. Belajar apa saja yang akan terjadi di setiap tahap perkembangannya. Sembari menikmati setiap perkembangan yang sedang Umar alami. #riasrise https://www.instagram.com/p/B0qkgFyFInU/?igshid=1b4pj3y1s9u60

Avatar

[Mengulang Bulan yang Kedua] Dua bulan bersamamu, belumlah cukup mengenalmu. Memahami gerakan tangan, kaki, kepala, dan badanmu. Memahami setiap isak tangis dan teriakanmu. Kata orang--terutama laki-laki--, wanita itu susah dimengerti. Padahal, memahami jauh lebih sulit. Hari berganti, usiamu pun kian bertambah satu hari. Perkembanganmu kian terlihat. Kamu mulai bisa melihat, meski masih samar. Kamu mulai bisa bicara, meski belum jelas apa yang kamu katakan. Namun, wajahmu selalu sumringah setiap kali mengoceh di hadapanku, Mas, dan orang-orang di sekitarmu. Dua bulan bersama, harapanku akan terus bersamamu dan mendidikmu menjadi anak yang saleh. Hingga bulan-bulan berikutnya. Hingga tahun-tahun berikutnya. Hingga kamu dewasa kelak. Dan izinkanku untuk terus mengenalmu. Memahami bahasamu yang mengisyaratkan rasa haus, kantuk, dan ketidaknyamananmu. Selamat mengulang bulan yang kedua anakku, Umar! 🚼👶 (at Special Region of Yogyakarta) https://www.instagram.com/p/B0e3jNIF3t8/?igshid=58ycb63px9lb

Avatar

[Mengulang Tahun yang Pertama] Kita bukanlah siapa-siapa. Belumlah menjadi "kita". Sebelum mitsaqan ghaliza itu tergelar. Sebelum ijab itu terucap. Dan sebelum doa "barakallahu laka wa baraka 'alayka wa jama'a baynakuma fii khayr" itu menjamah langit. Tepat satu tahun yang lalu. Kata orang, pernikahan adalah ibadah yang panjang. Kata orang, pernikahan adalah sebenar-benarnya taaruf, saling mengenal satu sama lain. Dan setahun bersamamu, belumlah cukup untuk saling mengenal. Meski segala sifat baik dan burukmu telah kuketahui. Meski kita terus menjadi pengingat dalam kebaikan. Meski kita telah menjadi pakaian satu sama lain, menutupi aib masing-masing. Setahun telah berjalan, beberapa kali sempat terlintas pikiran "masih belum nyangka bisa menikah sama kamu Mas". Sebab, saat kali pertama bertemu denganmu, tidak pernah kuduga bahwa kamu yang akan datang ke rumah, untuk melamarku. Sebab, ketika diminta menjadi narahubung rekrutmen anggota baru @flpyogya, tidak pernah kusangka bahwa salah satu dari anggota baru itu akan menjadi jodohku. Setelah setahun berjalan, kutahu bahwa cinta bukanlah alasan untuk menikah, tetapi komitmen dan kesamaan visi misi pernikahan. Sebab, cinta bisa tumbuh setelah menikah. Sebab, kalau kata ustadz Oemar Mita, dalam Islam ada konsep yang lebih tinggi daripada konsep cinta yaitu konsep membutuhkan dia untuk beribadah kepada Allah supaya lebih maksimal. Selamat mengulang tahun mas @muflihin_ibnu_m.nur . Bersamamu adalah salah satu nikmat Allah yang harus kusyukuri. Doa terbaik untuk keluarga kecil kita. #riasrise https://www.instagram.com/p/B0c55ASFEef/?igshid=1nwgxsp0bk77a

Avatar

[Penantian Sembilan Hari] Seorang senior pernah berpesan kepadaku bahwa semaksimal apapun usaha yang dilakukan untuk mewujudkan persalinan impian, tetapi tetap hanya Allah yang tahu bagaimana nantinya persalinan kita. Pesan itu begitu terngiang di kepalaku hingga akhirnya Umar lahir. Sebagaimana kebanyakan ibu hamil lainnya, aku pun ingin melahirkan secara normal. Apalagi Mas juga sangat mendukung hal ini. Sayang, hal itu tidak selaras dengan kondisi Umar saat masih di dalam rahim. Sempat sungsang, lalu kepala belum masuk ke dalam panggul membuat tiga bidan menyarankanku untuk memilih operasi caesar sebagai cara persalinan nanti. Apalagi usia kandunganku saat itu sudah memasuki pekan ke-36. Namun, aku dan Mas tetap bersikukuh untuk mengambil jalan normal. Menjelang HPL hingga terlewat beberapa hari, tanda-tanda persalinan itu pun belum muncul. Agar persalinan impian itu pun terwujud, aku dan Mas memilih untuk diinduksi. Empat kali induksi melalui obat dan dua kali induksi infus, ternyata hanya berhenti di pembukaan kelima. Setelah semalaman merasakan kontraksi yang cukup hebat, selepas pagi tidak lagi kurasakan adanya kontraksi. Melihat tidak adanya perkembangan yang berarti, dokter memutuskan untuk mengambil jalan operasi selepas Maghrib jika memang hingga sorenya tidak ada perkembangan. Menjelang siang, kontraksi itu benar-benar tidak lagi muncul. Perasaanku saat itu sangat mendung, tapi aku mencoba pasrah dengan takdir-Nya. Selengkapnya di: http://www.riasrise.com/2019/06/penantian-sembilan-hari.html (at RS PKU Muhammadiyah Gamping) https://www.instagram.com/p/BycZB78FPvA/?igshid=1dqkl7xa6mvmw

Avatar

[Merangkum Ramadhan 1440H] Setiap tahunnya, Ramadhan selalu menyajikan kisah dan hikmah yang berbeda. Apalagi di Ramadhan tahun ini. Merangkum segala yang terjadi sejenak membuatku kembali merenungi makna Ramadhan tahun ini. Tentang menahan hawa nafsu, perjuangan, penantian, dan kebersyukuran. Tentang menahan hawa nafsu, aku teringat akan kami sekeluarga yang kompak batuk dan pilek. Bahkan Mas dan Ibu sampai demam dan sakit kepala. Dari situ, aku belajar bahwa puasa memang mengajarkan kita untuk menahan hawa nafsu. Nafsu untuk beli makanan dan minuman banyak, padahal belum tentu akan dihabiskan. Apalagi setiap tahunnya, menjelang buka puasa, banyak sekali penjual dadakan yang menjajakan makanan dan minuman segar yang begitu menggoda. Tentang perjuangan, aku teringat bagaimana aku dan Mas bolak-balik ke Dindukcapil dan Dinas Perizinan. Mengurus pergantian KK dan KTP demi bisa menggunakan jaminan persalinan. Padahal saat itu waktunya begitu mepet dengan hari perkiraan lahir (HPL) anak kami. Setelah memiliki kartu jaminan, perjuangan kami ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tentang penantian. Menuju dan lewat dari HPL, "udah lahiran belum Yas?" menjadi pertanyaan yang tidak begitu kusukai. Sebab, aku pun bertanya-tanya, mengapa anak kami belum terlahir ke dunia. Bahkan tanda-tanda persalinan yang sebenarnya pun belum datang. Hingga aku dan Mas memilih untuk melakukan induksi persalinan. Meskipun, pada akhirnya, aku harus masuk ke ruang operasi untuk dapat mendengar rengekan pertama anak kami. Mengenai kebersyukuran, aku sangat bersyukur memiliki support system yang selalu mendukung dan membantuku. Mas, Ibu, adik ipar, dan siapapun yang mendoakanku. Tanpa itu semua, mungkin aku bisa begitu stres menghadapi penantianku. #MemoarRamadhanFLPYogya @flpyogya https://www.instagram.com/p/BySYAC0lEVB/?igshid=12vt79sm1q29g

Avatar

Assalammualaykum warahmatullah wabarakatuh Alhamdulillah wa syukurillah, telah lahir putra pertama kami yang bernama: Abdullah Umar Alfatih (Umar) dengan berat badan seberat 3,1 kg dan panjang 49 cm. Lahir dalam kondisi sehat pada hari Rabu, 29 Mei 2019 pukul 16.30 di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Semoga kehadiran anak ini menjadi "kelahiran" cahaya Allah bagi umat Muhammad SAW, keluarga, bangsa, tanah air, dan alam semesta. Kami yang berbahagia, Muflikhin. L (@muflihin_ibnu_m.nur) dan Apriastiana Dian Fikroti (Rias) (at RS PKU Muhammadiyah Gamping) https://www.instagram.com/p/ByFG4LDFv6s/?igshid=1puvrx0o94s2f

Avatar

[Mencintai FLP dalam Lima Paragraf] Kata orang-orang, mencintai seseorang atau sesuatu itu tidak butuh alasan. Kalau sudah cinta ya tidak perlu lagi mencari alasan-alasannya. Begitu juga dengan cintaku kepada FLP ini. Sebuah organisasi kepenulisan yang sudah kuikuti sejak akhir 2016. Namun, jika harus menyebutkan alasanku mencintai FLP, mungkin ada lima alasannya. Salah satunya, yaitu mengubah tujuanku dalam menulis. Semenjak di FLP kutahu bahwa menulis tidak sekadar menulis, tetapi juga menulis yang menyampaikan nilai-nilai keislaman. Tidak lagi sekadar menulis atau meluapkan emosi, tetapi juga untuk berdakwah, menebar kebaikan kepada siapapun melalui tulisan. Seringkali teman-teman FLP menyebutnya dengan “berdakwah melalui pena” atau “berdakwah melalui tinta”. Empat alasan lainnya silakan baca di sini: http://www.riasrise.com/2019/03/mencintai-flp-dalam-lima-paragraf.html Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22Th. #riasrise #BloggerFLP #KuotakanMauMu #BloggerFLPxSF https://www.instagram.com/p/BvO8BwkHYjw/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=123xuh5hhre61

Avatar

[Kisah Pagi Hari: Rencana dan Rezeki] Suatu pagi, sebelum mengantarku ke Masjid Kampus, aku dan Mas berencana untuk sarapan di depan Panti Rapih. Sebelumnya, kami mampir sebentar ke tempat kerjanya Mas untuk finger print dan menaruh tas. Qadarullah, tinggal beberapa langkah menuju tempat kerjanya Mas, ban motor yang kami naiki kempes. Akhirnya, kami harus menuntun motor tersebut sampai tempat kerjanya Mas. Rencana kami pun seketika berubah. Setelah menaruh motor, tas, dan finger print, kami memutuskan untuk mencari sarapan di dekat tempat kerjanya Mas. Mengubah rencana untuk sarapan bubur ayam menjadi nasi kuning. Di tengah sarapan, Mas membuka pembicaraan tentang hikmah kejadian pagi itu. Bahwa seringkali kita merencanakan sesuatu, tetapi Allah ternyata menyiapkan rencana yang lainnya. Seperti kami yang berencana sarapan di tempat A, harus mengubah ke tempat B karena ban motor kempes. Di balik pengubahan rencana tersebut, sepertinya Allah ingin membagi rezeki yang kami miliki ke tempat B. Pun Allah sepertinya ingin memberi rezeki kepada tukang becak melalui tangan kami. Namun, saat sarapan kami baru saja selesai, tukang becak tersebut telah mendapat rezeki melalui tangan penumpang lainnya. Dari situ kami menyadari bahwa mungkin Allah ingin memberikan rezeki kepada tukang becak tersebut melalui tangan orang lain, bukan tangan kami. Setelah membayar nasi kuning, kami pun menyeberang ke barat. Mencari tukang becak sembari mengecek biaya Go-Car. Saat itu kami belum tahu mana yang akan mendapatkan rezeki melalui tangan kami. Sampai hampir menuju jam 7, tidak ada satu tukang becak pun yang lewat di hadapan kami. Akhirnya, aku pun menekan "order" di aplikasi. Dan sepertinya hari itu memang rezekinya bapak Go-Car. Kejadian pagi itu, membuat kami--terlebih aku--menyadari bahwa apa yang kita rencakan tidak akan selalu terwujud. Pun kita tidak tahu apa yang menjadi rezeki kita. Siapa saja orang yang mendapatkan rezeki dari tangan kita. Dan yang terpenting, kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dialami. Kalau kata Mas, "Jangan mengeluh. Ikhlas. Kalau nggak ikhlas, kita nggak bisa mengambil pelajaran dari kejadian pagi ini." . #riasrise https://www.instagram.com/p/Bun37tAHPoC/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1ghr00ysqo1g6

Avatar

[Menjadi Kupu-kupu Hitam] Sabtu kemarin, tidak sengaja kulihat seekor kupu-kupu hitam di batang pohon jeruk depan kontrakan. Sebuah hal yang menarik karena sekarang jarang sekali aku bisa melihat kupu-kupu. Apalagi sepertinya kupu-kupu hitam itu baru keluar dari kepompong yang ada di sampingnya. Beberapa saat setelah difoto, kupu-kupu itu pun terbang untuk pertama kalinya. Melihat kupu-kupu hitam itu, aku jadi teringat sebuah kajian yang beberapa hari kemarin kutonton. Di kajian itu, sang ustadzah mengatakan bahwa seringkali orang tua yang sukses tidak ingin melihat anaknya kesusahan seperti mereka dulu. Merasa kasihan jika anaknya juga merasakan pengorbanan seperti mereka. Padahal hal itu dapat menjadi proses dan latihan anak untuk mencapai kesuksesan. Sama halnya ketika melihat kepompong, terkadang kita merasa kasihan melihatnya. Bahkan mencoba membantu agar kepompong itu segera menjadi kupu-kupu, segera dapat terbang ke langit. Padahal kepompong merupakan stadium terakhir sebelum berubah menjadi kupu-kupu. Dan membiarkan sang kupu-kupu keluar dari kepompong secara alamu ternyata merupakan prosesnya untuk menguatkan sayapnya agar dapat terbang dengan baik. Sebaliknya, jika kita "menolong" kupu-kupu itu agar segera keluar dari kepompong, maka mungkin dia akan kesulitan untuk terbang. Begitu pun dengan anak, jika--terutama sebagai orang tua-- tidak ingin anak kita merasakan kesusahan, maka mungkin mereka hanya mengetahui makna kesuksesan. Atau mengerti makna kesuksesan tetapi kurang mengerti makna pengorbanan dan perjuangan. https://www.instagram.com/p/BuVjYjOHA1R/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=5cr9i4hwh2ir

Avatar

[Perbincangan dengan Ibu] "Kasih sayangnya orang tua itu tulus," ujar Ibu beberapa pekan lalu, ketika berkunjung ke kontrakan. Banyak perbincangan yang terjadi di antara kami. Perbincangan kami membahas seputar kehamilan dan persalinan. Sebuah topik perbincangan yang sebelumnya tidak pernah dibahas. Pun aku tidak pernah menanyakan hal itu kepada Ibu. Namun, Ibu berbaik hati memberikan tips seputar itu, bahkan sebelum aku menanyakannya. Di antara perbincangan kami itu, ada pernyataan menarik yang dikatakan oleh Ibu. Ternyata, sebelum mempunyai anak--atau bahkan sebelum menikah?--Ibu sempat terheran jika ada orang tua yang begitu sayang dengan anak-anaknya. Berkorban dan melakukan banyak hal untuk kebaikan anak-anaknya. Sekuat yang dia mampu. Akan tetapi, setelah mengalaminya sendiri, mempunyai anak sepertiku dan adikku, ternyata Ibu juga melakukan sesuatu yang diherankan sebelumnya. "Berkorban dan melakukan banyak hal untuk anak-anaknya. Sekuat yang dia mampu." Pernyataan itu membuatku mengangguk setuju. Sebab, banyak sekali pengorbanan yang telah Ibu lakukan kepadaku dan adik. Pengorbanan yang memang dilakukan sesuai yang Ibu bisa lakukan. Bahkan sebelum sang anak lahir, seorang ibu telah berjuang begitu besar, menahan sakit selama sembilan bulan lebih demi melihat anaknya nanti terlahir di dunia dengan selamat. Begitu beratnya kehamilan, Allah bahkan akan menggantinya dengan anak yang salih (Q.S Al-A'raf ayat 189-190). Asalkan calon ayah dan calon ibu menguatkan doa dan tidak mengeluh selama kehamilan. (at Tamansari Keraton Yogyakarta) https://www.instagram.com/p/BuI-KFXHFRF/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1y6zotpjg5hw

Avatar

[Tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar] Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk amar ma'ruf nahi munkar. Menyeru kepada kebaikan, mencegah dari kemungkaran. Perintah itu Allah sebutkan dalam surat Ali Imran ayat 104. Ayat itu jugalah yang menjadi latar belakang berdirinya Muhammadiyah. Namun, bukan berarti perintah amar ma'ruf nahi munkar hanya berlaku untuk orang-orang Muhammadiyah. Mengenai amar ma'ruf nahi munkar, salah seorang ustadz pernah mengatakan bahwa "amar ma'ruf" jauh lebih mudah dibanding "nahi munkar". Kita lebih mudah untuk mengajak orang kepada kebaikan. Mengajak orang untuk salat, datang ke majelis, atau bersedekah. Namun, masih terasa sulit untuk mencegah orang lain untuk berbuat kemungkaran. Terutama jika orang tersebut adalah teman dekat atau keluarga kita. Sebab, biasanya akan muncul perasaan "pekewuh" ketika kita melakukannya. Lalu bagaimana solusinya? Mungkin kita bisa lihat bagaimana karakteristik orang tersebut. Apakah mudah menerima nasihat atau tidak? Kalau kata banyak kawan, tidak semua orang mudah menerima nasihat. Jika dia termasuk orang yang mudah, maka kita bisa melakukan amar ma'ruf nahi munkar secara verbal. Sebaliknya, jika dia orang yang sulit menerima nasihat, maka kita bisa melakukannya dengan menunjukkan perilaku kita yang baik. Namun, yang perlu diingat sebelum melakukan amar nahi ma'ruf munkar kepada orang lain, kita tidak boleh merasa jumawa atau yang paling berilmu dibanding orang lain. #riasrise https://www.instagram.com/p/BuBu8l4nmcO/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1rpljzqugb1ra

Avatar

[Membicarakan Buya Hamka yang Berbicara Tentang Perempuan] . "Jika perempuannya baik, baiklah negara, dan jika mereka bobrok, bobrok pulalah negara. Mereka adalah tiang; dan biasanya tiang rumah tidak begitu kelihatan. Namun, jika rumah sudah condong, periksalah tiangnya. Tandanya tianglah yang lapuk." (halaman 15) . Aku begitu kagum dengan Buya Hamka yang karyanya masih dinikmati oleh pembaca meski Beliau telah tiada. Banyak nilai-nilai agama, keteladanan yang Beliau tuang dalam bukunya. Salah satunya yaitu buku Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan. Sesuai namanya, Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan membahas tentang perempuan dari sudut pandang Islam. Seperti hak-hak perempuan, pembagian tugas+kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga, dan sebagainya. Sebuah hal yang menarik ketika Buya Hamka mengemas semua itu dengan begitu apik. Membuat pembaca, khususnya perempuan, begitu memahami betapa Islam menjaga kehormatan perempuan dengan aturan-aturannya. Meski banyak yang menyalahartikan hal tersebut sebagai mengekang kebebasan perempuan. Terlebih bagi para kaum feminis. Contohnya ketika zaman jahiliyah dahulu, jika sepasang suami istri memiliki anak perempuan, anak tersebut harus dikubur hidup-hidup. Abdullah bin Annas pernah mengatakan bahwa ketika perempuan akan melahirkan, digalikanlah sebuah lubang. Jika yang lahir anak laki-laki, maka anak tersebut akan disambut gembira. Sebaliknya, jika yang lahir anak perempuan, maka lubang tersebut langsung ditimbuni tanah. Selain itu, hal menarik lainnya dalam buku ini yaitu ketika Buya Hamka menyebut perempuan sebagai "tiang negara". Sesuatu yang terlihat kurang penting, tetapi ternyata begitu penting. Seperti tiang rumah yang lapuk akan membuat sebuah rumah menjadi condong. Aku jadi teringat sebuah ucapan bahwa jika ingin menghancurkan sebuah negara, "hancurkan" perempuannya. Hal ini menunjukkan pentingnya perempuan, seperti yang dikatakan Buya Hamka. Membaca buku ini, sejatinya seperti membaca tentang diri. Membaca untuk lebih mengenal, memahami, menghormati diri sebagai perempuan yang begitu dijaga oleh Islam. #111tahunbuyahamka #februaribersamahamka #baitulhikmahgiveaway (at Masjid Kampus UGM) https://www.instagram.com/p/Bt8SQV3ndTa/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=3gjzm91m33lm

Avatar

[Matahari 1/2 Lingkar: Ujian Menjelang Pernikahan] Matahari 1/2 Lingkar, salah satu komik di Webtoon yang kuikuti akhirnya Kamis lalu tamat. Sebuah komik yang menceritakan kisah cinta anak SMA antara Kay dan Arka. Cinta yang bertepuk sebelah tangan karena Kay yang menyukai Arka lebih memilih menjaga perasaan Shei, sahabatnya yang saat itu juga menyukai Arka. Sepanjang season satu hingga episode awal season dua aku cukup kesal dengan karakter Kay yang digambarkan belum dapat "move on" dari Kay. Padahal kisah mereka sudah terjadi sembilan tahun lalu. Namun, serasa tidak pernah usai. Memasuki season dua, konflik terasa semakin seru dengan munculnya Arka dengan calon istrinya, Misha. Masa lalu Kay dan Arka pun perlahan mulai diketahui Misha. Inilah yang menarik dan menyimpan pelajaran yang cukup berarti, terutama bagi orang-orang yang akan melangsungkan pernikahan. Bahwa orang-orang yang akan melangsungkan pernikahan biasanya akan mengalami "ujian" yang berbeda-beda. Seperti yang dialami oleh Arka dan Misha yang mengalami ujian dari masa lalunya Arka dengan Kay. Setiap membaca konflik antara mereka bertiga itu semakin terasa sekali bahwa ujian menjelang pernikahan memang benar adanya. Entah karena masa lalu yang belum tuntas atau munculnya keraguan dari salah satu atau kedua belah pihak. Kenapa begitu? Karena setan tidak menyukai orang-orang yang akan melangsungkan pernikahan, suatu hubungan yang sah menurut agama. Salah satu mitsaqan ghaliza atau perjanjian yang berat. Setan pun melakukan berbagai upaya untuk menggagalkan sebuah pernikahan. Baik membuat ragu maupun memunculkan masa lalu. Sewaktu aku akan menikah beberapa bulan lalu juga sempat mengalami ujian tersebut, yaitu berupa keraguan. Untuk mengatasinya aku minta saran ke teman-teman dan murabbiku yang sudah menikah. Mayoritas menjawab mengatasi dengan memperbanyak ibadah, berdoa bahwa pilihan kita merupakan pilihan terbaik menurut-Nya juga, dan memperbanyak ilmu tentang pernikahan dan pengasuhan. Sebaliknya, jika ujiannya berupa masa lalu, caranya adalah dengan menuntaskan masa lalu terlebih dahulu. Dengan demikian, ketika akan atau sudah berumah tangga tidak lagi dibayangi masa lalu. #riasrise https://www.instagram.com/p/BtqoPapHJ5m/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1cchaslx6j9ov

Avatar

[Meneladan Kisah Maryam: Ibu Hamil Tidak Boleh Bersedih] Beberapa hari lalu, dalam suatu kajian di YouTube yang direkomendasikan oleh Mas, Ustadz Budi Ashari menceritakan kisah tentang keluarga Imron. Sebuah keluarga yang saleh. Baik ayahnya, ibunya, anaknya, maupun cucunya. Dari keluarga tersebut lahirlah Maryam, salah satu wanita terbaik sepanjang masa. Pun dari Maryam lahirlah Nabi Isa. Ada hal yang menarik dari perjuangan Maryam mengandung Isa. Sebagai perempuan yang dikenal menjaga diri dan terlahir di keluarga yang saleh, tentu orang-orang akan heran karena "tiba-tiba" Maryam sedang mengandung anak. Berbagai omongan dari tetangga pun bergulir. Meski terdengar lembut, tetapi begitu menusuk Maryam, membuatnya begitu sedih. Puncak kesedihan Maryam terjadi ketika dirinya memiliki keinginan untuk mati, dilupakan dan tidak diperhatikan oleh orang lain. Mengetahui kesedihan hamba-Nya, melalui malaikat Jibril, Allah mencoba menghibur Maryam. Pertama, membuat anak sungai di bawah tempatnya bersandar. Kedua, Allah meminta Maryam untuk menggoyangkan pohon kurma yang sedang menjadi sandarannya. Ketiga, Maryam diminta untuk makan, minum, dan bersenanghati dengan apa yang telah Allah beri tersebut. Dari kisah Maryam tersebut, Ustadz Budi mengingatkan bahwa ibu hamil itu tidak boleh sedih karena akan memengaruhi janin yang dikandungnya. Saking tidak bolehnya sedih, Allah melalui malaikat Jibril berusaha menghibur Maryam. Puncak kesedihan Maryam yang tertuang satu ayat dalam surat Maryam ayat 23, Allah ganti dengan tiga ayat, surat Maryam ayat 24-26. Maka, bagi perempuan yang sedang hamil, jagalah diri untuk tidak sedih dan larut dalam kesedihan. Pun bagi suami yang memiliki istri yang sedang hamil, jagalah selalu perasaan dan jangan sampai membuatnya bersedih. #riasrise #31of31 https://www.instagram.com/p/BtTPIpNndAT/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=22h23d9o0a4b

Avatar

Berakhirnya #30haribercerita di tahun 2019 kemarin, (mungkin) sekaligus menjadi hari terakhirku merutinkan diri menulis setiap hari. Setelah ini, mungkin aku tidak akan sesering itu untuk menulis. Mungkin dua hari sekali, lima hari sekali, tujuh hari sekali. Tidak tahu. Tergantung kebutuhan. #riasrise #30haribercerita #30hbc19 https://www.instagram.com/p/BtTHTxynbOm/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=pw1kedafvvhe

Avatar

[Mengucap Sampai-Jumpa] Setiap kisah memiliki akhir yang tidak dapat diterka. Apakah berakhir menyenangkan atau kurang menyenangkan. Apakah berakhir baik atau kurang baik. Terlebih kisah kehidupan yang tidak dapat kita tentukan akhir ceritanya. Penuh perjumpaan dan perpisahan. Penuh "sampai" dan "jumpa." Sampai jumpa kepada masa putih--abu-abu, masa yang kata orang paling menyenangkan, paling membekas, paling "memorable". Sebuah masa ketika kita mulai mengerti arti kata perjumpaan dan perpisahan. Mengucap banyak "sampai jumpa" kepada teman-teman yang tidak satu kota perantauan atau yang memutuskan untuk tidak merantau. Sampai jumpa kembali terucap kepada masa perkuliahan. Sebuah masa yang mengubah banyak orang, penampilan dan pemikiran. Satu per satu teman-teman seperantauan menyelesaikan studinya. Meninggalkan kota perantauan. Berpencar, merantau ke kota lainnya. Sementara, kita tetap bertahan di sini. Begitu nyaman. Meski berat untuk mengucap "sampai jumpa" kepada yang lain. "Sampai jumpa" juga akan terucap ketika kita meninggalkan dunia yang fana ini. Dunia yang begitu sementara, tetapi seringkali diagungkan dan dipuja banyak orang. Pun meninggalkan orang-orang terkasih di dunia. Hingga kita dapat "berjumpa" lagi dengan mereka ketika hari kebangkitan itu tiba. In frame: langit sore kemarin @30haribercerita #30haribercerita #riasrise #30hbc19 #30hbc1930 #30hbc19sampaijumpa https://www.instagram.com/p/BtQo1lBn40R/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=iwa8hvsglv6i

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.