Avatar

The thoughts of her journey

@imeldafurqoni

This column isn't much about precious quotes or whatsoever. it's only about what she felt but mostly what's inside her mind and she decided to wrote it down so she'd felt relieved. anyway, she's just an ordinary girl with an extraordinary dreams
Avatar
Beauty is in soul and mind, not about how you looks like physically. And if someone ask me about this term, still I answer it that way. That’s my beauty, those are my standards, And I won’t change it to make you look at me

Cause pretty face don’t last but pretty heart

Avatar
“I hope someday we’ll sit down together, and laugh with each other about these days. All our troubles we’ll lay to rest and we’ll wish we could come back to these days”
- Jess glyne -
Avatar
reblogged
Avatar
achrafamiri

“Another head hangs lowly Child is slowly taken And the violence, caused such silence Who are we mistaken?” – RIP Dolores O'Riordan 

Avatar
“ When you start to lose hope, better to seek His guidance through Qur’an and stop looking back to what it was So you would get enough power to strengthen your faith. Don’t you ever dare to look back when your feet are trembling on the ground, it’s quite fragile and you will regret it someday. “
Avatar
reblogged
Sensitive people should be treasured. They love deeply and think deeply about life. They are loyal, honest and true. The simple things often mean the most to them. They don’t need to change or harden. Their purity makes them who they are.
Avatar
reblogged

TIDAK SEKUAT ITU

Orang yang kau pikir kuat itu, tak sekuat yang kau bayangkan.

Senyumnya di hadapanmu, bukan karena ia kuat, bukan. Ia hanya tidak senang saja, melihat orang lain sedih karenanya.

Ketabahannya di hadapanmu, bukan karena ia tangguh, bukan. Ia hanya tak mau saja, nampak lemah di hadapanmu.

Diamnya di hadapanmu, bukan karena ia tak punya masalah, bukan. Ia hanya tak mau saja, menambah beban pikiranmu yang nampaknya juga punya masalah.

Tapi, ia tak sekuat yang kau bayangkan.

Ia manusia biasa, ia juga merasakan kesulitan.

Banyak hal yang mampu membuatnya merasa bahwa dunia itu tidak adil, banyak hal yang mampu membuatnya merasa bahwa apa yang ia lakukan itu salah, banyak hal yang mampu membuatnya bersedih, bahkan untuk sekedar senyumpun, ia enggan.

Ia manusia biasa, ia juga berkeluh kesah.

Hanya saja, kau tak pernah tahu. Karena segala masalahnya, ia ceritakan hanya pada-Nya.

Di atas hamparan tempat ia bersujud, ia lampiaskan segala kesalnya, masalahnya, keluhnya, kesahnya, kekhawatirannya, kesedihannya, ia lampiaskan segalanya kepada Tuhan-Nya. Dinginnya malam selalu menjadi waktu yang tepat untuk mengeluarkan segala hal yang mengganjal di hatinya.

Bukan, bukan karena ia tidak mau bersosial, bukan. Hanya saja, ia tidak mau menambah beban teman-temannya dengan menceritakan segala permasalahnya. Dan baginya, itu merepotkan orang lain.

Bukan, bukan juga karena ia sok suci, bukan. Tapi baginya, itu sudah cukup menenangkan jiwanya. Karena ia paham, Tuhan tidak membalas jawaban hamba-Nya dengan sebuah obrolan, tapi melalui cara-cara mengejutkan. Yang pasti, ia percaya, apapun bentuknya, pastilah jawaban Tuhan itu selalu terbaik.

Orang-orang yang nampak kuat itu, tidak sekuat yang kau bayangkan.

Ia manusia biasa, Ia juga seorang hamba, maka ia pun tak lepas dari ujian-Nya.

TIDAK SEKUAT ITU Bandung, 15 Januari 2018

Avatar
reblogged

How to Deal with Emotional Manipulators

1. Don’t negotiate with them. For emotional manipulators, it’s all about having, exerting and gaining more power. So they’ll always push for more and they’ll never compromise.

2. Don’t engage with them. Don’t try to talk, or reason, or discuss some matter with them - as they’ll try to twist your motives, and leave you feeling “bad”.

3. Don’t confront them. They’re quick to take offense and they love an argument. They’ll then turn and attack you – and never let things go.

4. Know your own personal buttons. They’ll aim to press your buttons to get a strong reaction. But knowing yourself well means you have the upper hand. Plan how to “not react” and to stay detached and calm.

5. Refuse to accept help as they’ll treat you like “you owe them”. You’ll then be in their debt – so it’s hard to feel you’re free.

Avatar
reblogged

Didengar, Dikuatkan, Diyakinkan

Ada beberapa yang memilih untuk bercerita, dan bertanya harus bagaimana terhadap apa yang sedang mereka alami. Meski mereka sudah tahu apa jawabannya, juga apa yang sebaiknya mereka lakukan. Tidak ada yang salah dengan hal ini, tidak ada yang perlu dipandang berbeda, labil, atau di cap lemah.

Ada beberapa yang mungkin cukup berat untuk memendamnya seorang diri, sehingga perlu untuk mengurangi sedikit bebannya dengan membagikan apa yang ia rasakan pada orang lain. Bukan lantas beban itu akan hilang begitu saja. Juga bukan agar orang lain bisa merasakan beban yang sama. Mereka paham tentang itu. Tapi bercerita adalah cara yang mereka bisa tempuh untuk menata kembali ruang-ruang yang terbebani, untuk sedikit meredakan segala bentuk rasa sakit yang mereka alami. Setidaknya untuk saat itu.

Tentu, yang paling utama adalah menyerahkan segala permasalahan pada yang memiliki segala bentuk jawaban. Tapi kembali lagi, pada keadaan yang sulit untuk dibilang tenang atau stabil, sebagian dari kita akan memilih berbagai jalan yang menurut kita baik pada saat itu. Sebagian dari kita, tidak semuanya.

Dan semakin kesini, saya semakin memahami. Baik dari pengalaman pribadi, ataupun dari pengalaman orang lain. Sebenarnya banyak yang sudah paham, kalau membagikan apa yang mereka sedang rasakan atau suatu hal yang sedang mereka alami pada orang lain, jawabannya seringkali tidak akan jauh-jauh dari sabar, jalani, terima, jangan menyerah, tetap semangat, dan sejenisnya. 

Tapi satu hal yang cukup mengerucut dibalik itu semua. Saat sedang terguncang, saat keadaan sama sekali tidak menenangkan, mereka. Mereka hanya ingin didengarkan, atau diyakinkan, atau juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban yang sebenarnya sudah mereka tahu sebelumnya. 

Karena mungkin untuk mereka, itu adalah langkah yang perlu mereka coba tempuh lebih dulu untuk sedikit lebih tenang. Dan baru kemudian bisa memahami, kepada siapa segala permasalahan harus mereka serahkan. Meski mengerti, kalau hikmah tidak akan serta merta Tuhan perlihatkan. Begitu juga dengan jawaban, yang tidak bisa saat itu juga mereka dengar dan dapatkan.

Dengarkan, kuatkan, dan yakinkan. Apa-apa yang mereka ceritakan pada kita.

Surabaya, di tengah malam. - Danny Dzul Fikri

Avatar
reblogged

Orang yang Pernah Datang Kepadamu tapi Kamu tidak Memiliki Tempat untuk Menerimanya

©kurniawangunadi

Suatu hari, pernah beberapa kali terjadi di hidupmu. Ada orang-orang yang kamu rasa cukup baik, hadir di hidupmu. Ia berkata kepadamu, kata terbaik yang pernah diucapkan oleh siapapun yang berniat baik. Kamu tersipu, kamu merasa menemukan, ia pun demikian. Kamu merasa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik.

Siapa sangka. Ia adalah ujian.

Hidup ini kadang membuat kita khawatir, mengapa seseorang dinilai begini dan begitu, mengapa sulit melihat kebaikan orang lain, juga mengapa seringkali - kita pun begitu - lebih mudah melihat sisi buruknya. Mencari-carinya untuk menjadi alasan penyangkalan itu. Juga, ada pikiran-pikiran yang dipaksakan untuk seragam, padahal manusia itu sendiri amatlah beragam.

Ia datang kepadamu sebagai dirinya. Kamu menerimanya, tapi tidak dengan mereka. Alasannya beragam dari mulai terlalu jauh, terlalu asing, berbeda asal, berbeda usul, berbeda ini-itu, yang dicari adalah perbedaannya. Alangkah sedihnya hatimu, mendapati kenyataan bahwa ia adalah ujian.

Dikatakan kepadanya, bahwa tidak ada tempat untuk menerimanya. Ia pun berlalu. Begitu seterusnya hingga berkali-kali terjadi dalam hidupmu, kejadian serupa. Berulang-ulang. Sampai kamu bertanya-tanya, apakah akan selamanya begitu?

Salah satu bagian sulit di hidup ini adalah melewatkan kebaikan-kebaikan. Saat kebaikan itu berlalu, tidak sempat menjadi milikmu, dan ia menjadi milik orang lain. Menjadi pahalanya, menjadi amalannya. Kebaikan itu berlalu berkali-kali.

Kini coba perhatikan. Berapa waktu berlalu. Masih tidak ada ruang di dirimu untuk semua itu. Coba perhatikan bagaimana orang-orang yang dulu berlalu, perhatikan bagaimana hidupnya kini. Itu adalah pelajaran berharga yang amat penting.

Sebab satu hal yang sering luput untuk kita insyafi adalah kita sulit menerima kenyataan, kita sulit menerima perbedaan, kita sulit untuk menerima kebaikan hanya karena orang yang melakukannya tidak kita sukai.

Pelajarilah hal-hal yang berlalu, karena mereka adalah ujian. Tentu saja, mereka dititipi oleh Tuhan pelajaran berharga yang bisa kita petik. Sayangnya, tidak semua dari kita bersedia menerima pengetahuan itu dengan terbuka.

Avatar
reblogged

menempatkan kepercayaanmu.

©kurniawangunadi
Seseorang begitu tenang dalam menunggu, sebab dalam hatinya ada rasa percaya. Mengapa ada keresahan, kekhawatiran, kegelisahan? Karena tiadanya percaya. Tidak ada satu hal yang pasti memang, tapi rasa percaya mampu meredakan ketidakpastian.
Kau menunggunya, itu ketidakpastian. Kau mau percaya? Tidak ada satupun darinya yang bisa membuatmu percaya bahwa kau harus menunggu sekian lama. Jadi, meletakkan kepercayaan itu harus pada tempatnya.
Allah masih menjadi yang pertama, kan?
Avatar
reblogged
Avatar
edgarhamas

Membaca Timeline Sejarah Palestina dengan Jernih

Membaca tentang Palestina selalu saja membuat kita antusias. Karena benar adanya, ia bukan hanya bicara tentang tanah lapang di tengah bumi yang sama seperti belahan bumi lainnya. Jauh lebih dari itu, Palestina, walaupun kecil ukurannya (hanya 2/3 dari luas Jawa Barat) namun sungguh sejarahnya penuh pesona. Begitu banyak shahabat Rasulullah ﷺ yang bercita-cita dimakamkan di bawah hamparannya dan tercapai citanya itu. Diantaranya Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Shafiyah binti Huyai istri Rasulullah, Abu Ubaidah Ibn Jarrah dan banyak lagi, radhiyallahu anhum.

Palestina, selalu saja istimewa.

Dan kamu harus tahu, untuk mengetahui bahwa Palestina adalah bagian dari akidah kita, jangan mensetting ‘awal’ perjalanan bacaanmu dari episode Isra’ dan Mi’raj saja, walaupun benar bahwa peristiwa ini adalah momentum spesial yang mengubah arah sejarah manusia. Sebab nyatanya; Palestina adalah milik umat Islam jauh sebelum Rasulullah diutus. Palestina adalah tanah yang Allah berikan bagi penyembah-Nya yang shalih, bukan untuk yahudi yang dengan angkuhnya mengklaim Palestina milik mereka.

Apa yang Ada di Benak Yahudi?

Yahudi dengan sombong dan gampangnya berkata, “kami lebih berhak atas Palestina, karena kami bangsa pilihan Tuhan sementara yang lain hanya keledai dan monyet. Darah kami adalah darah para Nabi yang berasal dari Ibrahim”, kira-kira begitulah ringkasan pemikiran mereka yang ada di protokol zionis, talmud, dan taurat yang sudah diobrak abrik isinya.

Padahal Al Quran dengan tegas merekam dialog antara Allah dan Nabi Ibrahim, tatkala Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.”

Nabi Ibrahim berkata, “dan juga dari anak cucuku?”, maka Allah menjawab, “Janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.”

Para mufasir menafsirkan ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim adalah; yahudi.

Episode kepemilikan Umat Islam atas Palestina nyatanya dimulai sejak Nabi Adam diturunkan ke alam dunia. Nabi Adam mendapat perintah dari Allah untuk membangun dua masjid pertama di muka bumi. Yang dibangun lebih dulu adalah pondasi Ka’bah di Makkah. Selang 40 tahun kemudian, Nabi Adam membangun masjid kedua di muka bumi. Masjid inilah yang kita kenal sekarang dengan nama Masjid Al Aqsha. Ya, sejak awal manusia di muka bumi, Al Aqsha adalah masjid! Bukan kuil, bukan tanah kosong, apalagi kandang kuda.

Nah, sekarang kita meloncat beribu tahun setelah Nabi Adam menuju zaman Rasulullah ketika Isra dan Miraj.

Menurut kamu, apa yang membuat Isra Mi'raj menjadi momentum yang sangat agung dan mulia?

Peristiwa Isra Miraj, dulu ketika kita masih kecil, selalu dominan tentang kisah Rasulullah Muhammad ﷺ naik ke langit tertinggi, bertemu para Nabi dan mendapat perintah shalat dari Allah. Benar. Memang begitu kenyataannya.

Namun sejatinya, semakin dewasa kita, seharusnya makin memaknai lebih detil apa yang terjadi di peristiwa Isra dan Miraj yang sangat sayang jika pemahaman saat ini sama dengan pemahaman kita di masa belia.

Salah seorang Ulama mengemukakan judul yang sangat bagus untuk menggambarkan rahasia Isra Miraj, yaitu; Sebuah Estafeta Kepemimpinan yang Baru.

Salah satu alasan, mengapa Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Baitul Maqdis dulu, baru ke langit, adalah karena Baitul Maqdis menjadi satu latar utama ‘serah terima kepemimpinan umat manusia’ dari nabi-nabi sebelumnya kepada Nabi Muhammad. Dan serah terima ini, disimboliskan dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai imam shalat ratusan ribu Nabi dan Rasul di malam agung itu.

Ratusan ribu Nabi dan Rasul?

Benar. Bukan hanya mengimami Nabi-nabi Ulul Azmi yang lima sebagaimana kita diajari waktu kecil. Melainkan mengimami shalat “124 ribu Nabi dan 315 Rasul”, sebagaimana hadits Abu Umamah dari Abi Dzar. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.

“Dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai Imam shalat para nabi”, tutur DR Yusuf Qardhawi, “menjadi isyarat bahwa kepemimpinan umat manusia telah berpindah kepada umat yang baru dan Nabi yang baru ﷺ, kenabian yang sifatnya untuk semesta raya, bukan lagi yang terbatas pada satu kaum di ruang dan waktu yang berbeda. Kenabian ini untuk seluruh warna kulit manusia, segenap zaman, dan sampai hari akhir nanti.”

Isra Mi’raj Jadi Penegas; Pemimpin Baru Muncul, Bukan Lagi dari Bani Israil.

Ya. Kepemimpinan telah digantikan. Bukan lagi nabi-nabi dari Bani Israil. Allah telah menjadikan nabi terakhir dari bangsa Arab, untuk seluruh manusia bahkan semesta raya seluruhnya. Dengan momentum Isra Mi'raj ini, semakin terang bahwa Yahudi tidak berhak memiliki Palestina. Karena Rasulullah ﷺ diangkat menjadi pemimpin seluruh Nabi dan Rasul di atas tanah Palestina! Dan umat Rasulullah ﷺ adalah kita, Umat Islam.

Bagaimana keadaan Masjid Al Aqsha ketika Rasulullah melakukan Isra Mi'raj?

Keadaan Al Aqsha sangat memprihatinkan. Saat itu Al Quds dijajah oleh Romawi Timur dan diganti namanya menjadi kota Elia Capitolina. Bagian tengah Masjid Al Aqsha dijadikan tempat sampah kota, dan dibiarkan tidak terurus. Banyak sekali bangunannya runtuh karena peperangan dan perusakan yang dilakukan Romawi. Agar lebih jelas, akan kami ilustrasikan dengan gambar.

(sumber : Abdullah Al Ahmar Instutute for Ma’arif Maqdisiyah)

Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa saat peristiwa Isra Mraj, Al Quds atau Baitul Maqdis berada dalam jajahan Romawi Timur, dan dalam keadaan yang 180 derajat berbeda dengan kondisinya sekarang. Sebab pada faktanya, Al Aqsha mengalami rekonstruksi berkali-kali sebab usianya yang sangat panjang semenjak Nabi Adam hingga kini.

Apa Usaha Rasulullah Muhammad untuk Membebaskan Palestina?

Ini sangat jarang dibahas secara khusus dalam buku-buku Sirah Nabawiyah Rasulullah. Padahal, banyak sekali fakta yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sangat bersungguh-sungguh untuk membebaskan Palestina yang saat itu dijajah Romawi. Usaha itu meliputi; Pengiriman Utusan ke Raja Heraclius agar memeluk Islam, Perang Mu’tah –sebuah pertempuran pertama antara umat Islam melawan Romawi-, Perang Tabuk, hingga bahkan wasiat terakhir Rasulullah adalah ekspedisi Usamah yang bertujuan untuk membebaskan Palestina.

Perang Mu’tah (September 629 M) antara 3000 pasukan Muslimin melawan 200.000 tentara Romawi Timur.

Dalam pertempuran ini, 3 panglima muslim gugur, yakni Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah, radhiyallahu ‘anhum. Kepemimpinan pasukan muslimin diambil alih oleh Khalid bin Walid. Hasil dari pertempuran ini adalah; seri. Namun efeknya besar; Romawi ketakutan, bagaimana mungkin 3000 pasukan bisa seri melawan 1/5 juta manusia. Faktanya, Mu’tah berada 88 kilometer dari Al Quds. Sangat dekat.

Perang Tabuk (Oktober 630 M/ 8 H) antara 30.000 pasukan Umat Islam melawan 500.000 tentara Romawi.

Pertempuran ini berujung pada tidak bertemunya kedua belah pihak, namun memberikan sinyal pada Romawi bahwa Umat Islam telah menjangkau wilayah terdekat menuju Palestina. Jarak antara Tabuk dan Al Quds adalah 397 kilometer. Sangat dekat.

Ekspedisi Usamah bin Zaid (Mei 632 M/ 11 H) adalah perintah terakhir Rasulullah sebelum wafatnya (Juni 632 M/ Rabiul Akhir 11 H) untuk membuat pasukan yang dipimpin seorang sahabat beliau berusia 17 tahun, Usamah bin Zaid, guna membebaskan Palestina dari cengkraman Romawi Timur.

Bersama Usamah, ada 3000 sahabat Rasulullah diantaranya Abu Bakr dan Umar bin Khattab.

Dari 3 momentum besar itu, kita seperti diberi sinyal oleh Rasulullah, bahwa pembebasan Palestina adalah ruh perjuangan yang tidak boleh mati. Keadaan kita bahkan sama dengan masa Rasulullah, dimana Palestina sedang dijajah oleh kekuatan yang zalim. Bahkan sebelum wafat pun, Rasulullah membangun pasukan pembebasan Palestina. Bukan main perhatian beliau agar tanah suci itu terbebaskan.

Selanjutnya di bawah kepemimpinan Abu Bakar, perjuangan pembebasan Palestina tetap dilanjutkan. Perintah pertama Abu Bakar adalah, “lanjutkan pemberangkatan pasukan Usamah!”. Bahkan beliau melakukan langkah sangat hebat; Mengutus 5 batalion raksasa Pasukan Islam yang menyebar di Persia dan Syam, finish akhirnya adalah Al Quds Palestina sembari berkata, “Ketahuilah wahai umat Islam, bahwa Rasulullah telah memerintahkan kita membebaskan Syam (kini Syam adalah Palestina, Yordania, Suriah dan Lebanon), maka aku akan melakukan hal yang sama sebagaimana Rasulullah lakukan.”

Akhirnya, Al Quds atau Baitul Maqdis dibebaskan oleh Umat Islam di masa kepemimpinan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab setelah pengepungan sebulan sejak November 636 M sampai April 637 M.

Umar sendiri yang datang untuk menerima kunci Al Quds dari penguasanya saat itu. Al Quds saat itu bernama Elia. Kota itu dipimpin Uskup tinggi bernama Patrick Sophronius, Ada sebagian besar orang Kristen disana dan fakta pentingnya; tidak ada satupun orang yahudi.

Umar bin Khattab menyebut pembebasan Baitul Maqdis sebagai “Fathul Futuh” Pembebasan terbesar. Sebab kota itu adalah milik Umat Islam, dan disanalah sahabatnya, Rasulullah Muhammad ﷺ mengimami para nabi dan rasul sebelum naik ke langit. Pada hari bebasnya Baitul Maqdis jugalah Bilal bin Rabah kembali melantunkan adzan merdunya setelah lama tak bisa melakukannya sejak Rasulullah wafat. Dalam suatu kesempatan Umar berkata tentang Baitul Maqdis :

عمر بن الخطاب: ”نعم المسكن بيت المقدس، القائم فيه كالمجاهد في سبيل الله، وليأتين زمانٌ يقول احدهم ليتني لبنة في بيت المقدس“

“Sebaik-baik tempat tinggal adalah Baitul Maqdis. Orang yang tinggal di dalamnya seperti nilai mujahid di jalan Allah. Dan akan datang suatu zaman ketika seseorang akan berkata; seandainya aku adalah salah satu bata dari bata-bata Baitul Maqdis.”

Baiklah, sampai disini sebenarnya sudah cukup panjang. Terlalu panjang jika kita terus menerus berjalan mengarungi sejarah palestina yang masih sangat-sangat jauh untuk dijelajahi.

Kita padahal belum berbicara bagaimana perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi yang heroik melawan pasukan 22 negara Eropa. Pasukan Salib menjajah Palestina tahun 1096 M, yakni 6 abad setelah Umar membebaskannya. Selama 90 tahun orang Nasrani menjadikan Masjid Al Aqsha sebagai kandang kuda pasukan Salib dan mengganti kubah Al Aqsha dengan salib raksasa. Hingga akhirnya tahun 1187 M, Shalahuddin bersama 13 ribu pasukannya mengalahkan 60 ribu pasukan salib di pertempuran Hitthin, untuk kemudian membebaskan Palestina yang kedua kalinya.

Sekarang, umat Islam merasakan penjajahan atas Palestina yang ketiga kalinya. Dan parahnya, yang menjajah Palestina adalah kaum yang paling keras permusuhannya dengan Umat Islam.

Siapa mereka? Yahudi.

Darimana kita tahu bahwa mereka sangat membenci umat Islam? Dari firman Allah dalam surat Al Maidah 82, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” MasyaAllah.

Penutup; Sinyal Sejarah Sedang Berbicara Padamu

Kamu tahu? Ada sinyal yang sama, yang didengungkan sejarah padamu sebagaimana ia memberi sinyal pada Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al Ayyubi. Sinyal yang sama dan keadaan yang sama, yang membuat kamu hidup di titik sejarah dimana Umar dan Shalahuddin hidup.

Apa itu?

Baik Umar bin Khattab, maupun Shalahuddin Al Ayyubi, dan kita, sama-sama hidup ketika Palestina dijajah oleh kekuatan yang zalim. Umar menyaksikan Romawi menjajah Palestina. Shalahuddin menyaksikan dengan pedih pasukan Salib menyembelih umat Islam di Palestina. Dan kita, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, zionis yahudi membunuhi anak-anak tak berdosa, mengebom masjid dan sekolah, meluluh lantakkan perumahan dan rumah sakit.

Sejarah sedang memberi sinyal. Apakah kita adalah generasi yang ditakdirkan untuk membebaskan Palestina? Sebab saat ini dunia Islam sedang bangkit. Di saat yang sama, kezaliman yahudi makin menjadi-jadi dengan membuat Al Quds sebagai ibukota mereka.

Namun ingat; fajar mentari terbit biasanya setelah malam gelap gulita. Gelombang laut akan tsunami setelah didahului dengan air surut.

Inilah saatnya kita merebut takdir sejarah kita. Jangan sampai kita lewatkan, jangan sampai kita tak peduli. Jangan sampai kita malah membuang muka dan mengoceh mengabaikan Palestina. Sebab bahaya, jika Allah akan ganti kita dengan yang lainnya, “dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QSbMuhammad : 38)

Jangan pernah bosan membela Palestina!

(disampaikan dalam Diskusi Online bersama rekan perjuangan G10 Palestina. Komunitas G10 ini —Gerakan 10 juta untuk Palestina— komunitas sederhana yang dirintis mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk mulai ikut serta dalam Pembebasan Palestina melalui infaq rutin)

Avatar
reblogged

Ada yang Memerhatikanmu

Ada yang memerhatikanmu dari kejauhan, ia begitu memahami apa yang menjadi kesukaanmu dan juga apa yang menjadi ketidaksukaanmu. Semua dilakukannya tanpa bertanya, tapi dengan mudahnya ia bisa mengetahui semuanya. Maka, diam-diam ia sedang menyusun rencana sedemikian rupa untuk memberi apa yang kamu suka, meski sesekali ingin mengetahui reaksimu dengan memberi apa yang tidak kamu suka.

Tanpa ada likes, comment, reblog, atau jejak lain pada setiap postinganmu di sosial media, ia diam-diam mengetahui setiap detailnya. Entahlah, mungkin ia memasang fitur ‘get notification’ untuk setiap postingmu, tapi rasanya ia tak perlu bersusah payah melakaukan itu. Bahkan, bisa saja jika ternyata ia bahkan tak memiliki akun di sosial media sama sekali. Selain itu, tak seperti orang lain yang mungkin lantang mengatakan kekagumannya terhadapmu, ia hanya diam saja. Tapi, tanpa kamu ketahui, ia sedang dan selalu mengupayakan kebaikan yang banyak untukmu, banyak sekali, hingga suatu ketika rasa syukur dan ucapan terima kasih pun rasanya tak cukup lagi untuk menjadi ganti atas semuanya.

Magis! Tanpa perlu membaca apa yang ditulis olehmu dalam buku-buku, tanpa perlu menghadiri setiap majelis ilmu yang kamu ada di dalamnya, tanpa perlu bertanya pada teman-temanmu tentang hidupmu, juga tanpa perlu selalu bertukar pesan denganmu, ia memahami seluruh dirimu, lengkap dengan bagaimana pola-polamu dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Setelah mengetahui semuanya itu, meski mungkin banyak salah dan kurang yang ada padamu, tak sedikit pun ia meninggalkanmu. Jangankan benar-benar meninggalkan, berniat meninggalkan pun tidak.

Saat kamu sedih, ia mengetahuinya. Saat kamu bahagia, ia mengetahuinya. Saar kamu berpura-pura, ia mengetahuinya. Saat kamu kecewa, marah, atau bahkan putus asa, ia mengetahuinya. Bahkan, saat apa-apa yang kamu lakukan dan katakan tak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatimu, ia juga mengetahuinya. Bagaimana bisa? Ah, bisa saja! Tanpa kamu menunjukkan, mengatakan, atau bahkan memamerkannya, dengan mudah ia tetap bisa mengetahui semuanya.

Sayangnya, kamu seringkali menganggapnya tidak ada dan kamu pun sibuk mencari-cari yang lain selainnya. Padahal, pada akhirnya, ia adalah tempatmu berpulang untuk selama-lamanya. Tunggu, masihkah kamu berpikir bahwa sosoknya adalah personifikasi seorang manusia? Tolonglah, jelas saja bukan! Otak dan hatimu itu nyata sekali terlalu banyak terisi roman picisan!

Avatar
reblogged

Yang Hilang Kembali Datang

Dari sebuah buku, aku pernah mendapati sesosok Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan benteng Constantinople mengatakan bahwa kehilangan harapan adalah jauh lebih buruk daripada kehilangan senjata atau logistik makanan. Jauh lebih buruk, katanya dalam redaksi itu. Ternyata benar, sebab yang aku tahu, kehilangan rasa terhadap apa yang pernah aku harapkan bisa membuat gerak dan semangatku terhenti, hingga aku seperti tidak ingin berjuang lagi.

Mimpi yang satu itu, entah bagaimana, diam-diam sedang ingin aku lupakan hingga semakin lama aku semakin kehilangan rasa untuk memperjuangkannya. Aku seperti tak ingin bersinggungan lagi dan memilih diam berpura-pura tak mendengar jika ada orang yang membicarakannya. Mungkin hatiku masih terluka tersebab kecewa, atau, yang lebih parah, mungkin aku sedang lupa bahwa Allah berkuasa atas apa saja, sekalipun itu adalah sesuatu yang tak mungkin bagi seorang manusia.

Kemudian, gemetar aku mendapati pesanmu malam itu, tentang sesuatu yang pernah ada dalam harapanku. Lamat-lamat aku membacanya, lalu bertanya pada diriku sendiri, “Ada apa ini? Apakah Allah sedang ingin aku menuju mimpi itu lagi?” Kabar baiknya, pesan yang terhantar malam itu seolah datang teriring pesan cinta-Nya, sebab ia mempu membuat sesuatu terjadi: rasa yang hilang itu kembali lagi. Atas seizin Allah, aku tergerak untuk mau bangkit dan berjuang lagi, sebatas seluruh kemampuanku sebagai seorang manusia yang tak pernah punya daya jika tanpa kuasa-Nya.

“Kau tahu, aku pernah kehilangan rasa tentang semua ini. Tapi pesanmu kemarin itu membuat rasa itu kembali lagi. Terima kasih.” kataku keesokan malamnya, hmm, sekitar dini hari di tempatmu. Aku masih dalam gemetar yang sama, sebab begitu mudah Allah mengembalikan apa-apa yang telah hilang, meski lewat cara yang tak pernah aku perkirakan. Lalu, katamu, “Semangaaat! Mungkin tidak semua yang kita mau bisa kita dapat dalam 1-2 tahun ini, tapi kalau memang itu baik, insyaAllah ada jalan.”

Aku seperti ingin mengulang-ulang kalimat terakhirmu itu, “Kalau memang itu baik, insyaAllah ada jalan.”

Aku memang tidak pernah tahu kemana dan bagaimana takdir Allah akan menuntun langkah-langkahku. Tapi, sebagaimana kita boleh bercerita apa saja kepada-Nya, aku pun kembali jujur untuk meminta agar Dia menunjukkan jalannya jika memang dalam perwujudannya itu ada kebaikan, yang akan meluas, yang akan berrantai-rantai. Ah, kau tahu, aku baru saja menuliskan kembali mimpi itu diantara sederet keinginan yang sedang aku langitkan kepada-Nya dalam doa-doa panjang. Semoga Allah senantiasa memudahkanku agar tidak menuhankan rencana, dan yang paling penting, agar tidak salah bersandar.

Teriring sebaris doa, semoga kebaikan-kebaikan yang banyak akan bergerak dan terbang sejauh rentang 5.271 km, menuju sebuah tempat di ujung sana agar sampai kepadamu yang sedang berjuang. Selamat berjuang, teman! Allah menemanimu dalam setiap perjuangan :”)

Avatar
reblogged
Avatar
quraners
“Ihdinash shirathal mustaqim, shirathal ladzina an'amta'alaihim.. (Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya).

Permintaan seorang hamba kepada hidayah sama seperti kebututuhan kita kepada udara untuk bernapas. Ketika seorang hamba jauh dari hidayah, niscaya kesengsaraan akan menimpanya.

Pernah tidak, saat memutuskan untuk mengakhiri segalanya karena-Nya. Kita dihadapkan dengan berbagai macam bentuk ujian, ujian perasaan misalnya.

"aku sudah lama gak ada kabar tentang si dia semenjak ia pergi memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Tiba-tiba saja kini ia datang lagi dalam kehidupanku. Bertanya beberapa hal kepadaku. Entah kenapa rasanya begitu menyesakkan? Padahal aku sudah melepaskan perasaan itu dan memilih berjalan menuju-Nya.” Pesan seorang kawan beberapa waktu lalu.

Bukan hijrah namanya jika ia dilalui dengan baik-baik saja. Bahkan sekelas iman para nabi sekalipun tetap melalui proses yang panjang dan penuh kesulitan.

Itulah mengapa doa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam terkait diri beliau, “Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri (untuk mengurusnya), sekejap pun.”

Sebab seberapa keraspun kita berupaya, tetap Allah jualah tempat berbolak-baliknya suatu hati.

Meminta kebaikan kepada-Nya..

Meminta ketetapan yang baik dari-Nya. Merupakan upaya diri, agar kelak kita sama-sama menyadari bahwasannya hati manusia itu lemah. Lemah sekali.

Dan satu-satunya menepis perasaan semu adalah mengembalikann semuanya pada Allah. Dzat yang menggenggam segala perasaan.

Pada bagian ini kita akan memahami, perihal cinta, ujian ataupun harapan. Mengembalikan pada hakikat semulanya adalah solusi terbaik ketika kita menyadari bahwa apa yang kita rasa adalah salah.

Setelah ini, jadikanlah harapan tersebut laksana matahari, jika ia terbenam, kita yakin bahwa esok hari ia akan datang kembali.

Seluruh makhluk membutuhkannya, tetapi mereka tidak menangis ketika matahari tenggelam dan pergi menghilang. Sebab mereka yakin bahwa esok matahari akan kembali.

Maka sebesar itu pula seharusnya harapan kita untuk terus dan terus meminta kebaikan, meminta hidayah dengan sungguh-sungguh. Agar kelak, ketika ujian-ujian yang lainnya hadir menyapa. Allah sendirilah yang akan menyelesaikan semuanya. Tersebab ketergantungan kita penuh kepada-Nya.

((Self Reminder - Ibn Syams))

Avatar
reblogged
Avatar
taufikaulia
Dosa adalah penghalang kebaikan. Maka ketika kamu menemukan dirimu sudah jarang baca Al-Qur'an, jarang bangun malam, jarang puasa sunnah, dan terlambat shalat subuh, jangan-jangan ada dosa yang menghalangimu.

— Taufik Aulia

Muhasabah diri

Avatar
“Apa yang memang untukku tidak akan melewatkanku, dan apa yg melewatkanku pasti bukan untukku”

Umar bin khattab

You are using an unsupported browser and things might not work as intended. Please make sure you're using the latest version of Chrome, Firefox, Safari, or Edge.