Yang Lagi Kangen Kamu
Ahem, Selasa (bukan) Kali Pertama.
Udah beberapa kali pengin banget nulis lagi di tumblr. Selalu gagal. Sengaja gak disempetin, pura-pura sibuk, apapun alasannya. Habis diniatin, kuota abis, second smart phone nya batrei abis males ngecharge. Jadilah yang penuh di otak terbengkalai. Adapaun instagram pun dirasa kalau nulis panjang begini captionnya jadi awkward (bukan awk@arin loh). Emm, pengen nulis yang ringan-ringan dulu aja. Tentang 'perhatian' ke orang lain tapi diri sendiri sering banget lupa diperhatiin. Sepele misalnya, temen ke rumah main. Pas mereka mau pulang, kita pasti pesen "hati-hati brosis di jalannya, ya." Etapi, pas kita pergi sendirian bawa kendaraan lupa sama "hati-hati". Ngebut. Egois sama pengendara lain. Pura-pura 'buta' sama peraturan lalin. Astaghfirullah kan ya, yang kek gitu. Uhmm, perhatian sama pacar. Banyak tuh abg-abg (dibacanya bukan 'abang-abang loh, ye), yang baru punya gebetan aja semangat banget buat merhatiin yang digebet. "Jangan lupa maem, dek.." , "jangan lupa minum obatnya ya kakak..", eettdahh, padahal pas ngetik gitu dia sendiri belom sarapan dari pagi. Dia sendiri masih batuk vilek udah seminggu belom sembuh. Sebagian dari manusia tuh lupa merhatiin diri sendiri. Lupa sayang sama diri sendiri dulu, tapi malah langsung overload banget sayangnya ke orang lain. Pengecualian tapi ya; orangtua ke anaknya. Biasanya lebih mentingin apapun yang anaknya butuhin daripada kebutuhannya sendiri. It's okay kalau itu. Mungkin, 'the power of love' alasan mereka yang lebih memerhatikan orang lain dari diri sendiri. Mereka sebut itu cinta. Tapi kenyataannya, kalau lagi berantem mukul, teriak-teriak nyumpanin jelek ke pasangan. Kan "errgghh' sekali ya... Udah panjang ini tulisannya, entah nulisnya sambil ala-ala. Semoga bermanfaat. Semoga saya sendiri pun bisa menyayangi diri sendiri terlebih dahulu sebelum memberikan perhatian yang spesial untuk mereka yang spesial. With love via tumblr- @bintang2malam
Itu senyuman udah kayak gula jawa aja. .ππ
BintangYangInsomnia
kodekerasbuatyangsukangibul
rasigubukpenceng
- bintang(2)malam
Tak Habis Pikir
Lawatan Perpisahan
Pagi ini di pekuburanmu aku masih gigil sebab terisak kepergian Padahal pagi pekan lalu, kita masih ribut membincangkan kehidupan Memang nyatanya semesta seimbang, perihal pilu juga suka cita Tak ada yang kacau jika itu tentang takdir Tuhan Dan aku ingat di pekarangan tiap sore pukul lima Sorot bahagiamu memandang rekah kelopak bunga-bunga Kau bilang ingin menjadi kupu-kupu yang bertandang dari satu putik ke putik lainnya Ingin menjadi sayap-sayap alasan kebahagiaan; dari manusia-manusia yang kau sayang. Tapi waktu membawaku pada sebuah perpisahan Celotehmu masih terdengar berderik pada batinku yang dalam Memaksaku ikhlas mengantarkanmu kembali pada Tuhan Kupikir kita ini cuma tamu yang dipersilakan singgah dan kapan saja harus pulang. Seperti halnya seekor kupu-kupu bahkan dengan sayap terindah Bila ia mampir di suatu rumah Pertanda bahwa ia hanya singgah untuk waktu yang sementara Sebagai tamu yang tak ingin dilupa. Kudus, penghujung Agustus 2015 Cc : @kelaspuisi || @menatapmu || @katakakiku
Jgn pernah bertanya padaku serindu apa aku trhdp tempat itu. Sejak sepasang kakiku memijak dgn bergetar, disanalah hatiku tertinggal. Dan jangan pernah sekalipun menyuruhku menyudahi rindu.
- bintang2malam
Ada purnama yang diam-diam berpamitan padaku tatkala fajar hendak ia kembalikan apa yang dipinjam Akan ada cahaya-cahaya lain berpendar Romadlon 15, 1437 H.
Fajar Subuh yang Menjadi Canduku - . Mega subuh yang mengecup langitku pagi ini, cukup menjadi debar luar biasa pada hati Karena aku; selalu mencandu fajar-Mu. Pict source : ISK Kudus
Arisan Puisi: Ramadhan
Ramadhan telah kembali Berbenah diri, iktiqaf kan hati Puncak lailah munajat kepada Illahi Raih dan temukan Alf di bulan such ini @epicsymphony
Menghitung malam, aku ragu ramadan tak datang Iktiqaf yang lalu masih kurang dari satu Dirundung ragu Lailah pergi ke barat berganti dengan hafalan gadung Aku bersimpuh, alf kutempuh, semoga ada pahala datang membasuh @jambangcosmic
ada yang mengiktiqafkan diri dari hingar bingar duniawi demi mendapatkan lailah yang sempurna menuju surgawi barisan alfpun harus terlewati meski kadang setan buatnya dengki hanya di ramadhan ini sang anak adam bermunajat diri @pemudabiasa
Mengiring Alf menuju Lailah Ramadhan dalam kemenangan yang telah dinantikan Dan berbondong-bondong manusia iktiqaf dengan perjuangan mengharap maaf berupa segenggam kesucian. @menatapmu
Sejengkal saja rasanya jarakku denganmu saat ini, Ramadhan Hanya melewati satu lailah lagi Kemudian padamu akan kutemukan Alf kebaikan Hingga diakhir nanti, kuserahkan padaNya malamku dalam iktiqaf panjang. @ayisafarillah
Lailah yang ditunggu harumnya tiba Menengadah dalam iktikaf panjang tak akan jemu Aku jatuh hati dengan ramadan ini yang setiap hari menapaki alf semoga bertemu lagi dan lagi @es-kacang-merah
Semesta dan penghuninya bahagia menyambutmu Ramadhan iktikafkan damai pada perihal nafsu Pada utuhnya lailah aku mencandu sujud menanti malam-malam muliamu; malam alf qodr @bintang2malam
pada Lailah yang dijanjikan para jamaah sibuk iktiqaf; caranya, alf; bacaannya dan Ramadhan selalu jadi waktunya @diniswah
Ramadhan penyuci jiwa, kusambut tertatih Sungguh, tabir dosa penghalang cahaya ini membuat perih Ingin kuuntai munajat sepanjang malam, dalam simpuh iktikaf kala pahala alf syahr terbentang Pada lailah al qadar, saat Jibril dan segenap malaikat memenuhi ufuk langit @krisanyuanita
Selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman semua :) Salam hangat, Adinda & Kakanda
dan sepertinya bagiku, sabar dan ikhlas itu wajib. Seperti halnya lima waktu yang kupersembahkan untukMu, Tuhan.
Makan Malam yang Kauabaikan
...sepotong senja yang kusiapkan untuk makan malammu, terabaikan. Kau lebih asyik mengamati orang-orang yang lalu-lalang. Kau bilang, "mereka lebih menarik". Aku yang kelabakan kau abaikan menemukan satu purnama utuh. Kuambil lalu kuletakkan pada piringmu-- tepat di samping sepotong senjamu. "Makanlah.... bukankah ini menu kesukaanmu?" Kataku. Kau masih lebih tertarik pada manusia-manusia itu. Kutuang kerlip bintang-bintang di gelas, tapi aku tak melihat kau menoleh. Pada akhirnya, malam merambah sang fajar. Aku pamit pulang. Tapi aku sama sekali tak bisa memberimu janji akan kembali. "Siapa tahu jika sudah tiba di rumah, Tuhan tak memberiku izin untuk pergi lagi." Gumamku yang masih terpesona menatapmu. "Lantas besok siapa yang akan menyiapkan hidangan makan malamku?" Aku tersenyum mendengar pertanyaanmu. "Kau lebih tertarik dengan orang lain dibanding dengan apa yang kaubutuhkan. Lihat sepotong senja yang sudah basi itu, lihat bulatan purnama yang sudah meleleh lelah kau abaikan, lihat segelas bintang-bintang yang kutuang sudah dingin menunggu untuk kau teguk. Jadi untuk esok dan seterusnya, maaf, aku sepertinya sudah kenyang kau abaikan. Selamat menikmati hidangan makan malammu yang mulai basi." Kataku kemudian beranjak pergi. Dan kau, menatap nanar punggungku yang perlahan lenyap. -- Kudus, masih awal Juni. * terinspirasi dari judul buku best seller Seno Gumira Ajidarma : Sepotong Senja Untuk Pacarku.